Thursday 29 August 2019

Variasi dan Jeda agar Ibu Tetap Berdaya (Sesi Tanya Jawab KUNCI)

Variasi dan Jeda agar Ibu Tetap Berdaya




.



Ada beberapa pertanyaan bagus selama acara KUNCI 10 Agustus lalu. Tapi yang paling berkesan bagi saya adalah pertanyaan dari seorang teman, yang merupakan ibu dari 2 anak.




.




Bunyinya kurang lebih begini:



.




"Bu, kenapa ya saya merasa lebih mampu sabar menghadapi anak, ketika dalam sepekan ada satu atau dua aktivitas di luar rumah? Meskipun aktivitas itu melelahkan, saya akan pulang ke rumah dengan lebih sabar, seperti apapun perilaku anak saya.




.




Sementara jika saya sedang terus menerus hanya beraktivitas di rumah, saya cenderung cepat emosi, sulit sabar menghadapi anak. Padahal saya ingin terus menerus bisa ada di rumah untuk mengasuh anak saya"



.



Jawaban Bu Mun membuat saya terharu dan makin melihat kebijaksanaan dalam diri beliau.




.




Bu Mun menceritakan pengalamannya sebagai ibu rumah tangga penuh waktu. Hampir seluruh waktunya beliau habiskan di rumah bersama anak-anak. Beliau baru berkarir di luar rumah setelah anak terakhir berusia 5 tahun. Beliau paham betul bagaimana kehidupan seorang ibu rumah tangga.




.




Bu Mun sependapat, berada di rumah sepanjang waktu, melakukan rutinitas pekerjaan domestik dan mengasuh anak sejak bangun tidur hingga tidur lagi, terkadang membuat diri dihinggapi kejenuhan.




.




Kejenuhan inilah yang memicu emosi menjadi tidak stabil.




.




Bu Mun mencontohkan refleksi diri beliau ketika mengasuh anak dalam kondisi kuliah S1 dan lanjut S2 di luar negeri. Beliau melahirkan, menyusui, menyelesaikan tugas rumah tangga tanpa seorangpun yang membantu kecuali suami. Semua kegiatan kuliah diatur sedemikian rupa agar urusan keluarga tetap menjadi prioritas.




.


Menurut beliau, saat mengerjakan pekerjaan domestik seolah tidak ada selesainya, tidak kelihatan hasilnya.




.



Misalnya memasak. Begitu selesai masak, dimakan, habis. Lalu masak lagi, dimakan, habis lagi. Tidak ada bekasnya.




.




Begitu pula mencuci, menyetrika, beberes rumah. Kalau sudah beres, pasti ada pengulangan pekerjaan lagi dan lagi. Tak terasa waktu sudah beranjak malam kembali, tapi pekerjaan itu tak habis-habis. Besok dan besoknya, sama. Ada lagi, ada lagi.




.



Beda halnya ketika waktu digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah, misalnya. Dalam dua jam kita selesai satu bab, jelas kelihatan hasilnya. Orang pun seolah lebih menghargai karena terlihat nyata hasilnya.





.






Oleh karena itu, menurut Bu Mun, seorang ibu perlu VARIASI dalam kehidupan sehari-hari. Tidak terus menerus tenggelam dalam tugas domestik. Melainkan punya waktu sesekali untuk keluar rumah, melakukan kegiatan yang bermanfaat dan tidak monoton.




.



Dalam pengalaman Bu Mun, variasi ketika beliau menjadi ibu rumah tangga beranak balita 4 adalah kegiatan beliau membina keIslaman di sekitar rumah. Ini beliau lakukan dengan istiqomah, baik saat berada di luar negeri apalagi saat pulang ke Indonesia.




.


Sambil mengasuh 3 balita,
 dan 1 anak yang sudah masuk TK, Bu Mun menawarkan diri ke tetangga-tetangga belajar baca Al-Quran secara privat, lalu membentuk kelompok pengajian ibu-ibu di sekitar rumah. Beliau juga  mengontrak rumah dekat tempat tinggal mendirikan Diniyah Bina Insaniyah untuk mengajarkan tambahan pelajaran agama bagi anak-anak SD.



.


Saat di luar negeripun demikian. Meskipun harus naik turun angkutan umum, membawa 4 anak kecil dan 1 bayi, beliau giat mengisi kajian keislaman untuk kalangan Muslimah Jepang, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dll. Beliau senang melakukannya sebab menjadi aktivitas yang memberi warna tersendiri dalam kehidupan beliau sebagai ibu rumah tangga.




.



Beliau juga selalu meluangkan waktu membawa anak-anak ke taman untuk membuat mereka sibuk bermain bebas. Membawa anak anak-anak ke perpustakaan atau toko buku sehingga tak heran menjadi pecinta buku. Saat anak-anak anteng dengan kegiatan mereka, Bu Mun bisa membaca buku, tilawah, untuk memberi santapan jiwa.




.



Bu Mun menyarankan para ibu untuk menekuni hobi dan berjejaring dalam komunitas yang memberdayakan. Saat ini untuk mengikuti berbagai k

egiatan positif kita sudah dibantu oleh teknologi digital sehingga lebih mudah, tidak perlu sering meninggalkan rumah.




.



Semua variasi itu adalah usaha untuk mengusir kejenuhan agar ibu bisa tetap optimal menjalankan perannya di rumah.




.


Pernah suatu ketika, Bu Mun ditelepon oleh sesama Muslimah di Jepang. Ibu tersebut menangis minta nasihat. Ia mengaku benar-benar merasa sudah tidak bisa sabar menghadapi tiga anak yang rewel padahal ada segunung pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya.



.



Apa jawaban Bu Mun? Beliau tidak mengeluarkan nasihat, tidak menyitir ayat, melainkan menyuruh ibu tersebut keluar rumah saat itu juga, membawa semua anaknya.



.



Ibu tersebut awalnya heran. Mengingat di luar rumah salju sedang turun. Membayangkan betapa repotnya keluar rumah membawa semua anaknya saat itu. Sementara di rumah cucian menumpuk demikian pula peralatan makan yang kotor, juga rumah yang berantakan.



.



Tapi Bu Mun terus menerus mengulangi saran itu hingga menekankan untuk dilakukan saat itu juga. Sang ibu menyerah dan mulai berubah pikiran. Ia mengajak semua anaknya keluar rumah dengan kostum lengkap yang melindungi dari dingin salju.



.



Beberapa saat setelah berada di luar, anak-anaknya puas bermain. Sang ibu pun merasa tenang karena dapat menghirup udara segar dan menyaksikan tiga anaknya bergembira.


.



Mereka pulang setelah ketiga anaknya puas bermain. Sampai di rumah ketiganya tidur pulas dan sang ibu bisa menyelesaikan segunung pekerjaannya dengan hati yang ringan.  Sang ibu menelepon Bu Mun dengan ceria, menyampaikan terimakasih atas  saran Bu Mun.  Alhamdulillah Allah berikan kembali semangat sang ibu menjalankan perannya sebagai manajer rumah tangga.



.



Begitulah, betapa sebuah jeda dan variasi sangat dibutuhkan dalam keseharian seorang ibu.




.


Saya pun menghela napas.





.


Jadi, saat diri mulai penat dengan rutinitas, bukan berarti ada yang salah dengan seorang ibu. Bukan  berarti ia tidak ikhlas, tidak ridho dengan perannya.





.




Mungkin ia hanya butuh variasi untuk mencukupi kebutuhan intelektualnya yang dinamis. Ia hanya butuh jeda untuk mengisi ulang baterai hatinya agar jiwanya kembali semangat memperbarui keikhlasan, kesabaran, dan kekuatan menjalani perannya sebagai ibu.




.



Masya Allah, terimakasih Bu Mun atas pengalamannya yang menginspirasi.



.


#KUNCI
#KelasIbuBerdaya

3 comments:

  1. Replies
    1. Laa quwwata illa billah..maaf baru kebaca komennya mba 🙏🤗 Terimakasih sudah mampir

      Delete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete