Thursday 11 July 2019

ANAK (TIDAK) MAHAL-facebook Yunda Fitrian 2017

ANAK (TIDAK) MAHAL

Emak bapak yang lagi cerita soal anaknya kadang menggunakan istilah 'anak mahal' pada anak mereka.
Istilah tersebut merujuk pada anak yang proses kelahiran maupun perkembangannya memakan banyak biaya melebihi anak lain seusianya. Misalnya anak yang lahir lewat berbagai tindakan medis atau membutuhkan bermacam perawatan dalam perkembangannya.
Kalau dipikir pikir, menurut saya, semua anak pantas menyandang gelar anak mahal. Karena hakikatnya, seorang anak terlahir sebagai anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya. Mahal semahal mahalnya.
Apa ada manusia yang mampu membayar dengan materi untuk menciptakan setetes mani, sebutir sel telur, rahim yang kokoh, segumpal darah, janin, dan seterusnya...
Atau, mampukah manusia membeli segala potensi fisik, akal, dan jiwa dari seorang anak?
Semua anak mahal, namun seringkali orang tua-tanpa sadar-memperlakukan anak seperti 'barang murah'.
Ciri barang murah itu diperlakukan seenaknya, seadanya. Tidak perlu ilmu khusus.
Maka murahnya anak kita. Sebab untuk mencari ilmu mendidiknya lewat seminar parenting seharga ratusan ribu kita mengeluh mahal. Sementara tangan ringan mengeluarkan uang untuk gadget jutaan atau belanja kebutuhan sekunder bahkan tertier.
Mengeluarkan uang untuk buku parenting rasanya berat, padahal beli pulsa bisa berkali kali harga buku.
ciri barang murah itu tidak dihargai keberadaannya. Karena kita lebih sibuk menikmati barang mahal yang dibeli dengan pengorbanan lebih.
Sering tanpa sadar kita tidak menghargai keberadaan anak, baik fisik maupun jiwanya.
Saat anak berada di dekat orangtua, kita sibuk dengan gadget. Masih mengurus yang lebih penting bernama bisnis atau pekerjaan kantor.
Barang murah itu sering terlupakan, tidak jadi prioritas karena sudah ada rutinitas.
Ketika anak mengajak bermain, kita sibuk dengan cucian dan kain pel..belum lagi kompor.. Kita lupa, betapa mahal harga kecerdasan yang terjalin dari kegiatan bermain.
Bukan hanya kehadirannya secara fisik yang sering diperlakukan serupa dengan barang murah, tapi juga jiwanya.
Buktinya, ada orang tua yang merendahkan harga diri anak, hanya karena anak tak sengaja menumpahkan segelas susu.
"Gitu aja gak becus!"
"Selalu deh tumpah kalau nuang susu!"
"Makanya jangan belagu mau nuang susu sendiri!"
"Banyak tingkah sih!"
Dan ucapan ucapan pengerdilan lainnya.
Hanya karena segelas susu. Hanya karena ia mencoba melakukan sesuatu sendiri.
Seolah segelas susu begitu mahal harganya.
Lebih mahal dari harga diri anak kita.
Ketika anak tak sengaja memecahkan piring. Mengapa jadi begitu murah harga diri seorang anak?
Lebih murah dari sebuah piring. Sebab ketika piring pecah, anak dimaki seolah piring jauh lebih mahal dari kepercayaan dirinya.
"Dasar teledor!"
"itu piring mahal tau!"
Atau ketika nilai ulangannya tidak sebagus kita di masa sekolah, murah sekali usaha belajarnya kita hargai.
"Kamu ngapain aja sih, nilai rapormu jelek begini?"
"Papa dulu selalu juara tau!"
"Udah disekolahin mahal mahal cuma begini hasilnya?!".
Kalau anak diperlakukan seperti barang murah, jangan heran ia merasa rendah.
Jangan aneh ia tumbuh menjauh dari bunda dan ayah
Karena di sisi kita, mereka merasa tak berharga
Jangan kaget suatu saat anak masuk geng motor atau pulang pagi pergi ajep ajep
Karena di sana mereka dibuat bangga dan diajak tertawa
Kalau anak diperlakukan seperti barang murah, kelak saat kita tua mereka pun bisa berbalik memperlakukan kita dengan cara yang sama...

No comments:

Post a Comment