Thursday, 11 October 2018

Konsep Gender dalam Islam (2)


Mempelajari fitrah seksualitas membuat saya mencermati kembali konsep gender dalam Islam. Salah satunya melalui riwayat berikut ini, yang saya ambil dari muslimah.or.id:

Asma’ radhiallahu ‘anha adalah termasuk shahabiyah Anshar yang pertama masuk Islam, keilmuannya sangat luas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr bahwa Asma’ adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus agamanya.
Asma’ ikut aktif mendengar hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sering bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia paham urusan agama. Oleh karena itu, ia menjadi ahli hadits yang mulia, sehingga mendapat julukan “juru bicara wanita”.
Asma’ dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
Suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku.

Sesungguhnya Allah mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepada Anda dan membai’at Anda. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki dan kami adalah tempat menyalurkan syahwatnya. Kamilah yang mengandung anak-anak mereka.
Akan tetapi kaum laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak mereka. Maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya, Rasulullah!”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu, bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.”

Maka kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim)
Bagi saya, riwayat ini menjelaskan konsep gender dalam Islam, sesuai kondisi zaman pada saat itu. Asma' mempertanyakan apakah ada kesetaraan ganjaran bagi kaum perempuan atas perannya yang dominan berada di rumah saja.
Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam menunjukkan apresiasi terhadap pertanyaan Asma' dengan bertanya pada jamaah yang sedang menyimak majelis tersebut: Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?


Selanjutnya Rasulullah menyampaikan jawaban yang membuat Asma' bertahlil dan bertakbir tanda setuju serta puas hati. Rasulullah menyebutkan bahwa pahala bagi seorang istri yang bersungguh-sungguh menyenangkan suaminya hingga ridho padanya adalah sebanding dengan besarnya pahala suami yang berjihad di jalan Allah.


Dalam hadits ini tersirat sebuah pesan bahwa peran yang dijalani istri di rumah bukanlah peran yang remeh. Justru peran tersebut adalah peran penting karena dapat menentukan keberhasilan seorang suami di medan amal ketika keluar dari rumah.
Maka Allah tidak menyepelekan ganjaran untuk peran tersebut, melainkan memberikan pahala yang sebanding dengan besarnya pahala suami yang berjihad di luar rumah.

Inilah konsep gender dalam Islam. Lelaki sebagai penanggung jawab dunia akhirat sebuah keluarga, penopang nafkah lahir batin, pejuang yang berlaga langsung berhadapan dengan dunia luar.
Sementara perempuan sebagai pengelola rumah tangga, madrasah bagi anak-anaknya, tokoh di belakang layar yang memberikan dukungan penuh lahir batin bagi kesuksesan semua anggota keluarga.

Lelaki dan perempuan diciptakan Allah dengan peran unik yang sama mulianya. Peran dengan konsekuensi masing-masing yang sama-sama berpeluang untuk menggiring pelakunya ke pintu surga. Setara kesempatannya untuk sama-sama meraih ridho Allah Sang Pencipta.
Semoga Allah mengizinkan anak-anak kita ridho dan mampu menjalankan peran sesuai fitrah penciptaan mereka. Aamiin.

#bunsay
#ibuprofesional
#level11

No comments:

Post a Comment