Sunday, 1 July 2018

Curigai Diri Sendiri


📝📝📝 Resume Kajian Ustadz Salim A. Fillah, 1 Juli 2018, Masjid Ash Shaf Bintaro 📝📝📝

💚 Ada dua jenis kecurigaan yang layak dimiliki manusia. Pertama, kecurigaan soal amal shalihnya. Kedua, kecurigaan soal ilmunya. Hikmah tentang kecurigaan terlihat dari sejarah penciptaan manusia dalam Alquran.

💚 Ketika Allah mengabarkan akan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, malaikat mengungkapkan kecurigaannya dengan bertanya pada Allah: apakah Engkau akan menjadikan khalifah orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?

💚 Allah pun menjawab bahwa Dia lebih tahu dari malaikat  tentang apa yang diciptakanNya. Malaikat lantas memasrahkan kecurigaannya, membalutnya dengan iman tanpa cela. Kembali taat pada perintah Allah.

💚 Kecurigaan juga dimiliki oleh Jin. Semula Jin beribadah kepada Allah bersama para malaikat, puluhan ribu tahun sebelum manusia diciptakan. 

💚 Lalu kecurigaan pada penciptaan manusia hadir, dibalut dengki setelah menyaksikan kemampuan Adam menyebutkan nama-nama benda. Jadilah ia Iblis yang takut tersingkir kedudukannya dari sisi Allah.

💚 Kedengkian itu berkembang menjadi kesombongan. Iblis merasa dirinya besar, lalu mencari pembenaran atas kedengkiannya. Menyatakan dirinya lebih baik dari manusia karena diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah.

💚 Argumen tersebut hanyalah pembenaran yang ia buat-buat. Tidak ada bukti bahwa api lebih baik dari tanah. Jika diamati, sifat api adalah menghancurkan. Ia akan hidup selama ada yang dibakarnya. Begitu yang dibakarnya habis, ia pun mati. Ini adalah contoh hidup yang mengerikan.

💚 Sementara tanah, sifatnya lembut, lentur, menumbuhkan apa yang ada di dalamnya. Ia menjadi wasilah bagi kehidupan. Inilah contoh sifat hidup yang baik.

💚 Inilah contoh dengki (hasad) yang diceritakan Alquran. Dengki terhadap sesuatu yang sifatnya ukhrawi.  Pada kisah Habil dan Qabil, kedengkian Qabil disebabkan kurbannya tidak diterima, sementara Habil diterima.

💚 Ia dengki merasa Allah lebih sayang pada saudaranya. Maka jika kedengkian ukhrawi saja berbahaya, apalagi kedengkian duniawi. Rasulullah SAW bersabda tentang kedengkian, bahwa ia layaknya api yang membakar amal shalih sebagaimana api memakan kayu.

💚 Setelah melanggar larangan Allah karena tipuan syaitan (Iblis yang mengajak pada kesesatan, menghembuskan was-was pada manusia), Adam bertaubat dengan doa yang diabadikan dalam Alquran.

💚 Adam memperlihatkan dalam doanya, bagaimana ia mencurigai dirinya sendiri dalam peristiwa tersebut. Sama sekali tidak menuduh atau menimpakan kesalahan pada syaitan.  Inilah keutamaan Adam yang perlu menjadi teladan.

💚 Godaan syaitan dalam Alquran ditujukan pada Adam dan Hawa. Inilah yang membedakan Alquran dengan Injil. Sebab dalam Injil, Hawa-lah yang disebut merayu Adam karena telah tergoda oleh syaitan. Dengan begitu kaum perempuan menjadi pihak yang disalahkan atas diusirnya manusia dari surga. Hal ini sama sekali tidak ada dalam Alquran.

💚 Syaitan menggoda dengan kekuasaan dan keinginan abadi. Keinginan berkuasa dominan berada pada kaum Adam, sementara keinginan abadi dominan pada kaum Hawa. Setelah menyadari tipuan syaitan, Adam berdoa memohon ampunan Allah dengan mencurigai dirinya sendirilah yang zalim.

💚 Kecurigaan pada diri sendiri juga terlihat dalam kisah para Nabi yang diceritakan Alquran. Dalam doanya, Nabi Nuh mengadu kepada Allah ketika dakwahnya selama ratusan tahun tidak juga berhasil: aku telah berdakwah siang dan malam namun dakwahku hanya membuat mereka makin jauh dari kebenaran.

💚 Begitu pula Nabi Musa ketika hendak berangkat berdakwah pada Firaun, berdoa pada Allah dengan mencurigai dirinya sendiri: Ya Allah lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku, bukakanlah simpul pengikat lidahku.

💚 Begitulah, orang yang merasa salah, bisa jadi shalih. Sebaliknya yang merasa shalih bisa jadi salah. Rasulullah SAW pun ketika ditolak oleh penduduk Thaif ia merasa begitu sedih. Namun ketika Jibril mengabarkan malaikat penjaga  gunung siap mengguncang Thaif, Rasulullah dengan kasih sayangnya menolak tawaran tersebut dan malah mendoakan kebaikan untuk penduduk Thaif, sebab ia lebih mencurigai dirinya sendiri daripada menyalahkan penduduk Thaif.

💚 Inilah amalan hati orang-orang shalih. Curigalah pada hati sendiri, pada niat-niat kita dalam beribadah. Sebab yang pertama diadili oleh Allah adalah niat dalam sebuah amal shalih.

💚 Rasulullah SAW mengisahkan tentang 3 orang besar yang pertama kali ditanya oleh Allah. Orang pertama besar karena ilmunya, yang kedua karena hartanya, yang terakhir karena berperang di jalan Allah.

💚 Mereka mengaku telah beramal demikian hebat dengan niat untuk Allah. Namun Allah menyatakan mereka semua berdusta karena sesungguhnya mereka beramal dengan niat memperoleh pengakuan dari manusia. Maka setelah niatan itu didapat di dunia, tidak ada balasan bagi mereka dari sisi Allah. Naudzubillahi mindzalik.

💚 Hanya Allah yang Maha Mengetahui niat seorang hamba. Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, jika diantara mereka yang berperang ada yang berangkat karena mengharap harta, takut dihina, atau ingin disebut pemberani, maka siapakah yang dapat disebut fi sabilillah?

💚 Rasulullah SAW tidak menghakimi, melainkan menjawab dengan bijak: siapapun yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, dialah yang disebut fi sabilillah. Begitulah Rasulullah mencontohkan untuk tidak menghakimi niat orang lain dalam beramal shalih, sebab hal itu hanyalah wewenang Allah.

💚 Meluruskan niat perlu dilakukan sepanjang perjalanan. Jika ia salah di awal, ia bisa diperbaiki di tengah. Jika ia berbelok di tengah, ia bisa diperbarui kembali di sisa perjalanan.
                                                                                                                                                                             💚 Kecurigaan kedua yang perlu dimiliki seorang Muslim adalah dalam ilmu. Tujuannya agar tidak jumawa dengan ilmu yang dimilki. Tidak segera menuding orang lain bid’ah atau sesat padahal belum menggali lebih dalam landasan amal yang dituduhnya sesat. Jangan sampai karena merasa berilmu, kita merendahkan orang lain.

💚 Di masyarakat terkadang ada perbedaan dalam menjalankan syariat. Jika ditelusuri, perbedaan tersebut seringkali sebetulnya hanyalah ikhtilaf baynal ‘ulama, perbedaan para ulama dengan dalilnya masing-masing.  Keduanya sama-sama benar. Oleh karena itu, ada kebijaksaan ulama yang menyatakan: jika pendapat saya benar, bisa jadi ada kesalahan di dalamnya. Jika pendapat orang lain salah, bisa jadi ada kebenaran di dalamnya.  Wallahu’alam bish shawab.

No comments:

Post a Comment