[11/10 20.51] Yunda Fitrian: KOPER UNTUK SANG PERANTAU
Apa yang akan kita masukkan ke dalam koper anak jika ia hendak merantau ke negeri asing?✈✈
Tempat yang kita, orangtuanya, belum pernah ketahui. Tempat yang terlalu jauh untuk dijangkau dalam bilangan hari.
Anak kita akan berada di sana sendirian, tanpa kita. Dengan terbatasnya besar koper, tentu kita hanya akan memasukkan barang yang sangat penting saja ke dalamnya.
Negeri asing dalam ilustrasi di atas adalah perumpamaan sebuah zaman dimana anak kita akan tumbuh dewasa. Zaman yang akan sangat berbeda dengan zaman kita dibesarkan.
Sebagai orangtua, tidak ada jaminan kita dapat membersamai anak hingga ia dewasa.
Sekalipun ketika Allah memberi kita usia yang panjang, anak tetap akan hidup sendiri: bertanggung jawab terhadap pilihan hidupnya sendiri, di dunia dan akhirat.
Koper dalam perumpaan di atas ibarat keterbatasan ruang dan waktu kebersamaan kita dengan anak.
Kita tidak mungkin memberikan semua yang kita ingin berikan, sebab anak pun tidak akan membutuhkan semuanya. Anak hanya membutuhkan yang sesuai dengan zamannya.
Maka untuk mempersiapkan bekal terbaik bagi anak, ada beberapa poin penting yang dapat kita terapkan. Dalam hal ini, kita sama-sama belajar.
Saya sendiri belum merasa sudah menguasai dan mempraktekkan dengan sempurna apa yang saya tulis. Sharing ini adalah bentuk belajar sekaligus mengingatkan diri sendiri.
🕋Poin penting pertama adalah KEKOMPAKAN ayah dan bunda.
Orangtua yang baik terdiri dari sosok AYAH dan IBU yang baik. Bukan hanya salah satu yang berjuang untuk menjadi baik.
Sebagian perilaku bermasalah pada anak diawali dari ayah dan ibu yang TIDAK kompak.
Ayah bilang tidak boleh nonton sinetron, ibu nonton saat ayah pergi. Ibu bilang tidak boleh jajan permen, pulang kerja ayah bawa sekantong penuh dengan alasan ‘sekali-sekali’.
Dan banyak contoh lainnya.
Tidak kompak ini membuat anak bingung perilaku apa yang sebetulnya diharapkan?
Akhirnya anak hanya trial dan error saja dalam berperilaku. Tidak tahu mana yang benar dan salah.
Selain itu, anak juga jadi pandai mencari celah. Saat ibu melarang, anak lari ke ayah, atau sebaliknya.
Pada akhirnya, ayah dan ibu yang lelah membentuk perilaku anak.
Kekompakan ini tidak berarti ayah dan ibu harus satu gaya.
Sama sama keras atau sama sama lembut tidak menjadi ukuran kekompakan. Yang terpenting adalah SATU SUARA dalam menetapkan nilai atau prinsip dalam keluarga.
Jangan sampai prinsip A yang digembar gemborkan ayah, dipatahkan oleh perilaku ibu, atau sebaliknya.
Untuk menjadi tim yang kompak, ayah dan bunda perlu menyamakan VISI dan FREKUENSI dalam mendidik buah hati. Untuk sampai pada VISI dan FREKUENSI yang sama satu satunya cara adalah KOMUNIKASI.
Sepuluh huruf ini panjang lagi penjabarannya, nanti silakan dilanjut dalam diskusi atau kulwap berikutnya ☺
🕋Setelah kekompakan, berikutnya dibutuhkan KEMAUAN BELAJAR dari orangtua.
Dengan terus belajar, orangtua makin paham, makin ahli dalam membaca keunikan buah hati.
Jangankan mendidik anak-manusia yang begitu kompleks, memasak saja kita butuh belajar! Apa jadinya hidangan kita jika dibuat asal asalan?
Anak yang dididik orangtua pembelajar, akan jauh berbeda dengan anak yang dididik seadanya.
Dengan terus belajar, orangtua mendapat ilmu, penguatan, dan jejaring yang akan sangat bermanfaat dalam memahami tumbuh kembang anak. Tidak ketinggalan, orangtua pembelajar biasanya mampu mengimbangi jarak zaman antara dirinya dan anak. Sehingga selalu nyambung, tidak ditinggalkan anak karena dianggap KUDET.
Belajar tidak harus membaca buku atau ikut seminar. Belajar bisa dilakukan dimana dan kapan saja, apalagi di era digital sekarang ini.
Dari setiap status yang kita baca, orang yang kita temui, pengalaman yang kita rasakan, fenomena alam, bahkan kegiatan ringan sehari-hari seperti mengepel, menjemur, mencuci , kita bisa merenung untuk mendapat pelajaran. Serius, coba deh.
Perlu digarisbawahi, dengan begitu mudahnya akses informasi saat ini, kita pun harus pandai memilih.
Mana pengetahuan yang memang ilmu bermanfaat, mana yang tidak perlu dikonsumsi. Jangan sampai kita jadi bingung sendiri.
Sebagai Muslim, pelajaran yang kita serap tentunya dipilih yang sesuai dengan Alquran dan sunnah. Dalam Islam pun sudah lengkap semua panduan mendidik anak, asalkan kita mau kembali menggalinya.
🕋Poin ketiga dan terpenting adalah mau TERLIBAT bersama anak.
Terlibat di sini sangat luas maknanya. Mulai dari ngobrol, main, mengamati, bekerja sama, dan kegiatan apapun yang dilakukan bersama anak. Kegiatan yang sifatnya pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, tidur, bergerak, sampai yang sifatnya kebutuhan emosional seperti ngobrol, curhat, dan sejenisnya.
Dalam kegiatan sehari hari seperti makan, misalnya, terlibat bersama anak bukan berarti mengambil alih inisiatif anak.
Menyuapi terus menerus, mengambilkan minum, bukanlah contoh keterlibatan, melainkan contoh pelayanan.
Saat anak sudah menunjukkan inisiatif untuk mandiri, beri anak KESEMPATAN.
Jangan pernah kalah oleh rasa ingin serba cepat, serba beres, serba rapi ketika anak masih usia dini.
Membiarkan anak mengikuti naluri kemandiriannya, akan membuat anak percaya diri sehingga mampu survive dengan prinsip hidupnya sendiri, bagaimanapun kondisi zamannya.
Kembali pada poin terlibat bersama anak.
Syarat penting terjadinya keterlibatan adalah INTERAKSI antara orangtua dan anak. Interaksi ini meliputi bergantian berbicara serta saling merespon perilaku, mulai dari yang terlihat sampai yang tidak terlihat seperti merespon perasaan, ide, keinginan, dan kebutuhan.
Poin interaksi ini pun sangat panjang jika dijelaskan kembali, butuh satu kulwap tersendiri ☺
Saya akan kutipkan saja beberapa rambu penting dalam berinteraksi dengan anak, yaitu:
🚗 Lakukan lebih banyak pengamatan daripada suruhan.
Baca bahasa tubuh, perhatikan ekspresi wajah, gesture, nada suara anak. Gali lebih dalam. Bolehkan anak melakukan apapun selama tidak berbahaya bagi diri dan orang lain, serta tidak melanggar aturan agama.
🚗 Lebih banyak mendengarkan anak daripada berbicara terus menerus.
Dengarkan perasaannya, terima sebelum memberi komentar nasihat. Tebak perasaannya, beri nama. Capek ya? Kesal sekali dong? Tunggu jawaban anak lalu tebak lagi.
Perasaan harus menjadi bahan pembicaraan di rumah. Jika emosi mengalir, otak bisa bekerja sehingga anak menemukan solusi sendiri.
🚗 Biasakan duduk mininal 15 menit untuk mendengarkan perasaan anak. Selesaikan sampai emosinya tumpah mengalir. Generasi BAPER timbul karena di rumah tidak diberi kesempatan mengalirkan emosi. Akhirnya BAPER di sosmed..
🚗 Mendengar aktif. Jadilah cermin. Ooh begitu? ..terus? Sedih bener dong? Makanya kamu marah betul?. Dengan begitu anak merasa dipahami. Jangan buru-buru menasihati, tahan sebelum anak berada dalam kondisi siap menerima pesan (rileks).
🚗 Hindari 12 gaya populer (memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, melabel, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, menganalisa.) Akibat menggunakan12 M ini anak tidak percaya diri, harga diri rendah, dan konsep diri negatif.
🚗 Tentukan masalah siapa. Masalah anak atau ortu? Dibantu atau dibiarkan? Hidup adalah pilihan, anak perlu BMM: Berpikir-Memilih-Mengambil keputusan--> mandiri dan bertanggung jawab.
🚗Jangan bicara tergesa gesa. Gunakan kalimat pendek, tidak lebih dari 15 kata. Saat anak berbuat kesalahan, ajak anak bicara berdua saja, tutup aibnya bahkan dari saudaranya. Bicara pada saat suasana hati anak senang.
Biarkan emosi anak mengalir dulu, terima, baru ajak diskusi. Gunakan banyak kalimat tanya. Misal: kalau kamu marah apa harus seperti itu? Dst giring anak sampai bisa sadar diri (tapi bukan interogasi apalagi intimidasi)
🚗 Sampaikan ‘pesan saya’. Saya merasa .... kalau kamu .... karena....misalnya, Mama merasa marah besar kalau kamu pulang terlambat karena mama khawatir. Dengan pesan saya, anak tidak merasa disalahkan atau dilabel.
Semakin banyak dan ‘dalam’ keterlibatan anak dan orangtua, semakin mudah orangtua masuk ke dunia anak. Inilah pintu untuk menanamkan nilai kebaikan pada anak.
Bukan dengan nasihat dan ceramah panjang lebar ketika anak bermasalah.
Maka, biasakanlah setiap hari terlibat bersama anak.
Bermain bersamanya, mendengarkan penuturannya, bercerita menjelang tidur, mengajak anak masak, dan banyak lagi peluang terlibat bersama anak sejak bangun pagi hingga tidur lagi di malam hari.
Kita yang harus jeli menangkap peluangnya.
🕋Terakhir dan terpenting, kita membutuhkan PERTOLONGAN ALLAH.
Setelah segala daya dan upaya untuk mendidik anak, pasrahkan semua kepadaNya. Allah-lah Sang Maha Penjaga, Pembolak balik Hati, Pengasih dan Penyayang.
Sehebat apapun usaha kita mendidik anak, Allah-lah yang memiliki jiwa mereka. Kita hanya dititipkanNya sementara.
Tugas kita adalah menjaga titipan tersebut dengan sebaik-baiknya. Agar kelak ia kembali kepada Allah dalam keadaan fitrah, seperti saat kita melahirkannya.
Disela-sela tugas itu, bolehlah kita berharap sepenuh jiwa, semoga Allah berkenan mempertemukan kembali kita dengan anak anak tercinta di surgaNya. Aamiin.
Wallahua’lam bish shawab, kebenaran dari Allah, kesalahan dari saya pribadi.
Referensi:
Seminar Komunikasi Efektif Bu Elly Risman, https://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/search?q=elly
Buku Fitrah Based Education, Harry Santosa
Buku Senyaring Tawa Ananda, Yeti Widiati
Program Sekolah Pengasuhan Anak, Ihsan Baihaqi
: Nama : mia
Angkatan : 2011
Pertanyaan :
- jika orang tua sudah berpisah semenjak lahir, bagaimana cara mendidik generasi alpha seorang diri atau single parent?
: Luar biasa tulisannya teh, jd menyadarkan diri ini, kebetulan saya sbg anak pertama dn wali kls di SMP dn TPA jd hrs bner2 bljr...
[11/10 21.07] Yunda Fitrian: Kalau merujuk pd Alquran, Allah menghadirkan sosok Maryam binti Imran sbg single parent.
Begitu pula dalam sirah Rasulullah dimana ayah beliau telah wafat.
Kembali ke artikel tadi, single parent bukanlah penghalang utk mendidik dg baik.
Siapkan stok maskulin/ feminin dari sosok terdekat seperti kakek/nenek, paman/bibi, guru dst.
Tentu usaha sbg single parent akan lebih ekstra krn energi yg seharusnya dari 2 pihak harus dipenuhi satu pihak saja.
Tapi Allah dg Maha ilmuNya telah mencontohkan bahwa single parent bisa SAMA SUKSESnya dengan complete parent💪🏻💪🏻
Ini mbaa yunda iip tangsel. Wah, ketemu di sini lagi kita mbaa😘
[11/10 21.08] Yunda Fitrian: Alhamdulillah, pada dasarnya kita semua adl orangtua, baik sudah pny anak atau belum.
Karena di sekeliling kita banyak anak2, yg selama seaqidah, adalah sesama Muslim yg berhak mendapat kebaikan dari kita
Teh, boleh saya jg tnya masih seputar pertanyaan mia?
[11/10 21.09] Yunda Fitrian: MasyaaAllah..mba mira untirta?
Salaman dulu ah🙏🏻☺😽
[11/10 21.10] Yunda Fitrian: Silakan..yg lain juga boleh tanya, di luar tema juga gpp selama dlm bidang yg saya pelajari (seputar psikologi)
Ada kasusnya ketika ibu janda ini hrs bekerja terkadang plg mlm,berjualan, sdgkn anaknya kls 6 sd sibuk dg gadget, saya sbg tetangga khawatir, bgmn cara mengatasinya. Mila angkatan 2009.
[11/10 21.15] Yunda Fitrian: Alhamdulillah kalau mba mila terusik tandanya peduli.
Dari peduli insyaallah bisa berbuat sesuatu, dan sangat mungkin memang ada maksud kenapa Allah tunjukkan anak dan ibu ini ke mba mila.
Kira kira mana yg lebih memungkinkan buat mba mila: mendekati anaknya atau ibunya?
Kalau saya lihat, anak lebih berpeluang kita rangkul.
Mungkin mba mila bisa pedekate anter makanan saat ibunya blm pulang, pinjemin buku komik yg aman utk anak, dst.
Kalau saya d rumah buka taman baca dan main. Walaupun belum banyak yg datang, alhamdulillah bisa mulai masuk ke anak2 terdekat d rumah.
Semangat mba mila💪🏻💪🏻
[11/10 21.16] Yunda Fitrian: Oh iya bisa juga tny medsos nya trus temenan.deh
Nama : Muyas
Angkatan : 2013
Pertanyaan : Kalau kita posisinya sebagai anak, terus kita ngalamin dampak dari 'salah asuh' itu. Misalnya kayak yang di sebutin di atas, kurang PD dll. Apa yang harus kita lakuin?
Jazaakillah jawabannya mbak
[11/10 21.21] Yunda Fitrian: Nah ini tema innerchild lagi😊
Memang kalau kita belajar parenting, 'efek samping'nya adl jadi tau dampak pola asuh salah yg sempat kita terima.
Kalau sudah terlanjur terjadi, pertama TERIMA. Artinya, lapangkan hati bahwa memang ada yg harus diperbaiki dari diri kita.
Maafkan orangtua kita supaya kita tid terus terusan merasa sbg korban.
Mulai berdamai dg diri sendiri dan masa lalu.
Fokus memperbaiki diri di masa depan.
Banyak belajar, memperluas pergaulan dan wawasan. Mencoba hal2 baru yg seru versi kita, apresiasi diri sendiri.
Tentunya terus berdoa mohon petunjuk Allah agar bisa terus memperbaiki diri, tanpa harus kehilangan jati diri💪🏻💪🏻
Mba, ada titipan pertanyaan dr ukh dea. Angkatan 2010. teh, aku ga ngisi presensi kelupaan😂 kalau boleh nanya perihal yg lain, gimana caranya biar ga overthink? perempuan sepertinya gampang bgt overthink. terus seorang introvert itu banyak banget perkataan yg keluar tapi hanya dalam fikirannya, kok jadi merasa itu lama2 kurang baik ya. jd kaya emosinya ga ngalir. sebaiknya gimana ya teh biar banyak pikiran itu tp jauhnya positif?😂
[11/10 21.29] Yunda Fitrian: Overthink di sini kalau dikaitkan dg khas perempuan berarti masuknya ke ranah emosi ya.
Karena perempuan dominan di otak emosinya.
Apalagi jika ybs juga introvert, saya bgt ini mah😅
Fokus sama keuntungannya dan dibikin positif aja.
Alirkan overthink atau lintasan pikiran yg numpuknya dalam bentuk tulisan refleksi buat konsumsi pribadi.
Kalo bahasa jadulnya NULIS DIARY😆
Bisa juga dg relaksasi dalam solat, zikir doa, memandangi langit atau tumbuhan..kalo saya suka bgt liat daun2 d pohon buat meredakan overthink tadi.
Sama baca terjemahan Alquran, suka dapet aja yg pas.
Semoga bisa disesuaikan dg gaya khasnya dea💪🏻💪🏻
Karena diperbolehkan untuk bertanya saya mau bertanya mba yunda ttg innerchild. Dalam pembahasan mengenai innerchild ada istilah ego state, contoh dr ego state itu apa ya mba?
Dan saya sendiri masih berusaha untuk berdamai dengan masa lalu, karena ada beberapa didikan masa lalu yang terlalu keras dr orangtua dan saya ga mau melakukan hal tsb kepda anak saya. Adakah tips untuk mendamaikan agar didikan yang keras tsb tdk terulang kembali pada anak saya
masya Alloh teh Yunda, nuhun pisan, selama ini hobby nulis sih meski hanya nulis caption😂 hobi stargazigan juga. ga ngeh kalau itu ternyata itu bisa jadi relaksasi ya. jzakillah khoyr teh Yunda🙏🏻💞
[11/10 21.33] Yunda Fitrian: Ayo mba adminah kapan bikin kulwap innerchild biar bahas tuntas yuk😊
Egostate berbagai kondisi kejiwaan kita mba. Bisa dalam kondisi spt orangtua yg mendukung anak, yg mengkritik, dst buka lagi resumenya ya mba😊
Tapi intinya yg sudah kita alami itu sudah terlanjur ada dalam SKEMA/ pilihan perilaku kita.
Kalau kepepet, otomatis yg keluar skema itu.
Biar ga terulang, kita harus memperkuat SKEMA BARU.
Caranya selain belajar, punya role model dan terus berlatih.
Semangat mba mira..boleh kapan2 kita diskusi lagi krn bisa panjang ini spesifiknya💪🏻💪🏻
[11/10 21.34] Yunda Fitrian: Singkatnya, sosok kanak2 yg ada dalam tubuh dewasa kita..perlu kulwap khusus kalo mau bahas tuntas ini🙏🏻😊
Overthink bahasa gaulnya baper😅
Teh, menurut tth anak generasi alpha ini kecenderungnya pd apa? Dan qt sbg pendidik hrs bgmn?
Perihal tentang interaksi keseharian aja teh, atau boleh juga pingin belajar mengenal gelaja2 seperti _bipolar disorder_ dll, teh
[11/10 21.40] Yunda Fitrian: Psikologi pernikahan ada buku Yakin Dia Jodohmu?
#ngiklan
#comingsoon😍
[11/10 21.40] Yunda Fitrian: Digital.
Harus melek gadget dan dumay
: Usia brp anak boleh menggunakan gadget?
Apakah ada waktu khusus diperbolehkan pegang hp n main sosmed,misal seminggu sekali, atw bgmn yg baiknya th?
Tinggal 13 menit lg ya ukhty, klw ada pertanyaan silakan segera dikirim, sebentar lg kulwap mw ditutup...
[11/10 21.50] Yunda Fitrian: Kalau sekadar lihat video yg mendidik selama beberapa menit dlm sehari, usia 4 tahun menurutku boleh aja.
Tapi ortu harus tegas. Jangan sampe bbrp menit jadi lebih dr 30 menit tiap hari. Lama2 bisa nyandu juga😅
Anak3ku juga udah mulai kenal yutup sih dr setaunan, tapi ya..itu, sehari paling sekali dan videonya paling lama 5 menit
[11/10 21.50] Yunda Fitrian: Kalo aku prefer punya hp dan punya sosmed setelah SMP
[11/10 21.51] Yunda Fitrian: Dg syarat, ortu boleh cek kapanpun
: Aku nau tanya teh, bener gak sih anak2 yang keseringan nonton video jadi telat ngomong?
[11/10 21.57] Yunda Fitrian: Telat ngomong faktornya banyak.
Kalau dihubungkan dg keseringan nonton mungkin logikanya begini:
Anak sering nonton--> kurang stimulus dari ortu/lingkungan utk bicara, krn aktivitas nonton kan searah.
Tapi kalau nonton sesuai porsi, misal 30 menit aja sehari, terus diajak ngobrol ttg apa yg ditonton, malah bisa jadi terstimulus utk belajar bicara lebih banyak
[11/10 22.00] Yunda Fitrian: Setahun lebih mestinya mulai bisa ikuti beberapa kata mba.
Coba sering dibacain cerita dan diajak ngobrol.
Telat bicara biasanya kalau di atas 2 thn blm ada kata yg bermakna
[11/10 22.02] Yunda Fitrian: Alhamdulillah, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kekurangan.
Mari terus belajar, berdoa, dan memperbaiki diri agar kelak Allah ridho dg amanah yg Dia embankan pd kita d muka bumi.
Dimanapun, kapanpun, jadilah orangtua pembelajar bagi generasi masa depan.
Jazakillahkhair🙏🏻🙏🏻
No comments:
Post a Comment