SAAT IBU HAMPIR MENYERAH~refleksi matrikulasi Institusi Ibu Profesional
Ada masanya dimana saya merasa ingin menyerah. Ketika si sulung lamaaaa sekali merespon ajakan sholat hingga sering berakhir keluarnya nada tinggi dari mulut saya.
Atau ketika si tengah tantrum tak karuan hingga darah saya ikut menggelegak ingin membentak. Diam Nak, Ibu juga capek!!
Juga saat si kecil menangis keras minta saya gendong. Semua harus dilakukan bersamaan.
Tak lupa rumah yang di depan belakang tengah kanan kiri penuh barang yang minta dibereskan. Juga cucian piring, lantai kotor, belum ada masakan.
Belum lagi masalah a-b-c-d-z yang harus dihadapi.
Okeee...ini sudah disorientasi! Pernikahan kami punya misi. Sudah sejak hari ke-14 saya dan suami merumuskannya di kontrakan mungil kami, 8 tahun yang lalu. Tiap ulang tahun pernikahan kami selalu mengevaluasi.
Baiklah, saya harus cari inspirasi atau semua akan terus bergulir tanpa arti. Sampai mati.
Alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan IIP.
Selama 4 bulan ini saya belajar di kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP). Alhamdulillah, banyak sekali inspirasi yang saya dapat di sini. Tidak, saya tidak akan menyerah. Ada terlalu banyak hal yang bisa disyukuri.
Perlahan tapi pasti saya sedang menerapkan apa yang dipelajari, semampu saya.
Alhamdulillah sejak materi ke-2 saya sudah mulai betah berlama lama bahkan sengaja cari cari kesempatan main sama anak. Mengurangi drastis jawaban "sebentar ya Nak, Ibu blablabla dulu", ketika anak memanggil mengajak bermain.
Makanya berniat buat ikut sesi selanjutnya, semoga kuat
secara tugasnya lumayan bikin mikir, perlu energi dan waktu khusus untuk mengerjakannya.
secara tugasnya lumayan bikin mikir, perlu energi dan waktu khusus untuk mengerjakannya.
Tapi wajar banget sih, kita kan sedang belajar jadi IBU, sebuah peran baru yang tidak pernah kita pelajari di sekolah formal.
Sebuah peran yang memiliki 1001 konsekuensi. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi seluruh negeri.
Tidak hanya konsekuensi di dunia, bahkan terbawa hingga akhirat sana.
Dahsyatnyaaa...
Maka saya pun bertekad terus belajar menjadi ibu. Semampu yang saya bisa, belajar itu diterapkan pada perilaku sehari hari.
Di kelas matrikulasi IIP, kami mendapat 9 materi dan 9 tugas tertulis terkait materi tersebut. Alhamdulillah saya bisa menuntaskan semuanya. Jika ada yang kepo tentang apa belajarnya, silakan dateng ke blog saya jejakyundafitrian.blogspot. lengkap dari tugas 1-9, tapi cuma buat dibaca yaaa.
Materi yang saya dapatkan di IIP rasanya saya banget! Seperti gayung bersambut, saya yang terbiasa berpikir mendalam merasa mendapatkan ruang untuk semakin mengeksplorasi dan memaparkan semua pemikiran tentang peran spesifik keberadaan penciptaan diri dan hubungannya dengan semesta.
Berat memang bahasannya, idealis sekali. Tapi untuk menjadi ibu profesional, memang idealisme lah modal utamanya.
Benar sekali, berhadapan dengan realita keterbatasan diri, waktu, lingkungan terdekat, idealisme tidak bisa dipaksakan 100% sempurna.
Namun ketika sudah paham alasan kita hadir di dunia, tidak akan ada waktu yang terbuang sia sia.
Halah...ngomong apa sih mak?? Cucian belum kering, setrikaan numpuk, kulkas kosong, rumah berantakan, anak nangis, kurus pula...itu tuh diurusin!
Haha sempat sih saya juga galau melihat kenyataan hidup #eeaa. Belum lagi mikirin yang di luar rumah..Tapi hidup memang pilihan. Mau terus berjibaku dengan rutinitas yang tidak ada habisnya, atau terlibat penuh bersama anak?
Mau terus bergalau galauan atau move up menuju jihad sesungguhnya dari seorang ibu?
Yup, hidup hanya sekali. Dan tidak selesai di sini. Ada perhitungan di negeri abadi.
Semua materi berkesan dan menohok hati. Membuat saya tersadar betapa Allah begitu menyayangi saya dengan membentangkan pintu surga dari 3 perempuan yang lahir dari rahim saya.
Saatnya bersungguh sungguh untuk mensyukuri anugerahNya.
Masih panjang, masih jauh perjalanan untuk menjemput impian kami sekeluarga menunaikan amanah penciptaan dariNya.
InsyaAllah bersama Institut Ibu Profesional, langkah tegak akan terus beriringan, menggapai kemuliaan peran ibu yang sesungguhnya.
Terimakasih IIP
Terimakasih IIP
Teriring doa tulus untuk Bu Septi-Pak Dodik, Mbak Hani dan semua pemateri yang sudah berbagi ilmu.
Tak lupa, teman teman seperjuangan kelas MIIPB#4, love u full...semoga kita dapat terus saling menguatkan di dunia maya maupun nyata❤ߒᅧYunda Fitrian
Tak lupa, teman teman seperjuangan kelas MIIPB#4, love u full...semoga kita dapat terus saling menguatkan di dunia maya maupun nyata❤ߒᅧYunda Fitrian
No comments:
Post a Comment