Thursday, 18 January 2018

Kacamata

Menjalani hidup dengan kacamata hakim bisa jadi membuat langit selalu terlihat gelap.
Sebab dimanapun berada, hanya kesalahan, dakwaan, vonis, dan hukuman yang menjadi tujuan.

Siapapun yang membersamai terasa menyakiti karena kacamata hakim hanya melihat tuntutan dan dosa dosa. Tak ada habisnya, tak ada baiknya.

Tak ada yang bebas dari hukuman. Kebaikan yang ada dipandang kecil, hanya untuk meringankan tuntutan.

Bukan berarti kacamata hakim tidak dibutuhkan. Kacamata hakim justru sangat dibutuhkan, tetapi biarlah hanya berada di ruang pengadilan. Dimana hukum membutuhkan sang ahli untuk memutuskan.

Kacamata hakim tak terlalu diperlukan di ruang ruang selainnya. Apalagi di ruang keluarga kita.

Sebagai gantinya, pakai saja kacamata hikmah.
Dimana setiap memandang, ada kebaikan yang terpampang.

Dimana setiap kesalahan adalah sarana belajar tentang kebaikan.

Dimana berdamai dengan diri sendiri, masa lalu, dan luka jiwa adalah episode favoritnya.

Kacamata hikmah mengubah sepekat apapun masalah menjadi indah.

Sebab ia terang dengan cahaya cinta Tuhan. Kemilau yang meyakinkan bahwa setiap peristiwa adalah caraNya mengajarkan cinta.
Segelap apapun cuaca, sepahit apapun berita, seperih apapun dunia nyata.

Kacamata hikmah akan melihatnya sebagai pemandangan fana.
Sebab baginya, perjalanan dunia hanya singgah sementara.

Dan surgalah tujuan akhir yang diperjuangkannya sepenuh jiwa.

#catatanuntukdiri
#kacamata

No comments:

Post a Comment