Aliran Rasa Melatih Kemandirian Anak
Bulan Desember hawa liburan begitu kuat menusuk :D
Membuat saya lumayan kendor dalam menerapkan latihan kemandirian.
Alhamdulillah keterampilan yang ditargetkan untuk anak masih ada yang tercapai, meskipun lebih banyak yang belum tercapai #tetapsemangat.
Ada beberapa hal yang saya catat sebagai pelajaran:
# mengajarkan skill pada anak akan jauh lebih mudah dengan memecah skill tersebut menjadi tahapan kecil-pendek. Misalnya yang saya alami saat mengajarkan skill istinja mandiri pada si tengah.
Mulai dari tahap membuka celana sendiri, proses istinja sampai berakhir dengan memakai kembali celana. Untuk tiap tahapan ada waktu dan tentu saja stok sabar yang harus disiapkan.
# untuk memberi instruksi pada anak, dibutuhkan kemampuan komunikasi produktif yang terus diasah. Di saat instruksi ortu kurang jelas, terlalu panjang, atau dibarengi dengan kemarahan, anak bukan hanya gagal paham, tapi juga jadi luka hati. Hiks, maafin Ibu yaa Nak.
# mengobservasi dan mencatat perkembangan anak dalam latihan kemandirian, membuat saya mengerti proses yang harus dilewati. Fokus latihan jadi lebih terarah, efektif dan efisien.
# konsistensi akan diuji manakala berada di luar rumah. Saat berkunjung ke berbagai tempat saya lebih sering turun tangan. Alhamdulillah selama di rumah bisa tetap konsisten meskipun belum mulus prosesnya.
Sekali dua Nafsa masih menguji dengan minta diceboki. Bahkan pernah dia berkata, “Bu aku kelas 1 SD aja ya cebok sendirinya..”, dengan muka memelas. Kasihan sih,tapi saya tetap usaha supaya ia melakukannya dengan senang hati. Apresiasi, dukungan, dan pendampingan mutlak diperlukan agar keterampilan terbentuk.
Begitulah. Pada akhirnya sebagai orangtua, memang stok kesabaran dan konsisten yang masih mengungguli keterampilan apapun untuk dimiliki. Tak ketinggalan, kekompakan orangtua dengan semua yang terlibat dalam pengasuhan harus sejalan. Semoga tiga bidadari kelak menjadi anak mandiri :)
No comments:
Post a Comment