Wednesday, 26 September 2018

Resume Kelompok 2 Fitrah Seksualitas

Resume Kelompok 2 Fitrah Seksualitas

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.


Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya dan sudah harus memastikan identitas seksualitasnya di usia 3 tahun.

Usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, anak perempuan pada ibunya.

Usia 10 - 14 tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas masuk masa baligh, untuk menuju kedewasaan dan pepersiapan pernikahan. Anak didekatkan dengan orangtua yang berbeda jenis kelaminnya.

Usia di atas 15 tahun anak sudah siap menjalankan peran sebagai khalifah di bumi dengan potensi uniknya masing-masing.

Diskusi di sesi ini cukup panjang dan seru, ketika Mbak Sari dari kelompok satu bertanya bagaimana sikap kita jika di usia 15 tahun anak kita merasa siap lahir batin dan minta menikah?
Setelah mengungkapkan pendapat pribadi kelompok dua yang sepertinya belum dapat tersetujui oleh kelompok satu, Mbak Nani menengahi. Menurut beliau, jika kembali pada tahapan fitrah based education, di usia tersebut anak memang seharusnya sudah siap menjalankan peran sebagai orang dewasa termasuk menikah.

Kesimpulan ini didukung oleh Mbak Sari dari kelompok satu dengan penjelasan yang cukup membuka mata saya pribadi. Beliau menyatakan bahwa kita selama ini berkiblat ke barat, sehingga melihat anak usia belasan sebagai manusia labil. Padahal itu karena di dunia barat anak memang sejak awal hanya dibebaskan tanpa diberi pijakan kokoh untuk pengembangan firrahnya. Sementara dalam Islam, kita sebetulnya sudah diberi tuntunan lengkap untuk mendidik anak hingga ia siap lepas landas di usia 15 tahun sesuai tahapan FBE.Menurut Mbak Sari ia pun termasuk yang menunda pernikahan karena merasa mental belum siap padahal usia sudah cukup.
Mbak Widhya dari kelompok satu juga menyebutkan fenomena baligh yang jauh dari akil kar ena bentukan budaya terjadi pula di Indonesia. Contohnya kami para emak yang usia sudah entah berapa tapi masih suka ngambek sama suami :D Begitulah, jadi memang cukup seru diskusi setelah presentasi kelompok dua ini.

Saya pribadi setuju memang masyarakat kita masih memperpanjang ketidakmatangan seseorang. Misalnya dengan kebiasaan menyuplai finansial anak hingga selesai pendidikan tinggi bahkan hingga menikah. Mungkin Itu bentuk kasih sayang tapi sejatinya kurang memandirikan. Masih banyak memang pr agar generasi kita kembali terdidik fitrahnya. Mari terus belajar, beramal, dan berdoa mohon pertolonganNya :)

#bunsay
#level11
#ibu profesional

No comments:

Post a Comment