👨🏻🏫🧕🏻👧🏻MEMPERSIAPKAN ANAK MASUK SEKOLAH🧒🏻👨🏻💼👩🏻🏫
Oleh Yunda Fitrian
Diswap WAG Belajar Parenting, Jumat, 14 Juli 2018
Apa yang Anda rasakan jika suatu pagi tiba-tiba Anda berada di tempat yang tidak Anda kenal sama sekali? Anda tidak tahu mengapa bisa berada di situ, untuk berapa lama, dan akan bertemu siapa saja. Semua terasa asing dan penuh ketidakpastian.
Anda mungkin akan berusaha sekuat tenaga mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Jika usaha itu berhasil, Anda selamat. Jika tidak, Anda akan selalu dibayangi kecemasan.
Itulah perasaan yang akan dialami seorang anak di hari pertama masuk sekolah. Jika Anda sebagai orangtua tidak memberikan pendampingan yang tepat sebelumnya, anak bisa stress menghadapi lingkungan barunya. Apalagi jika ternyata anak Anda *belum matang* untuk memasuki dunia sekolah.
Kematangan anak masuk sekolah (dasar) tidak cukup diukur dengan kemampuan calistung. Begitu pula kebutuhan anak untuk masuk dunia sekolah (kelompok bermain, taman kanak-kanak dan sejenisnya) tidak cukup ditentukan hanya dengan rengekan berulang minta masuk sekolah.
Pada dasarnya, usia 0-7 tahun adalah masa pra latih yang menjadi tanggungjawab penuh orangtua di rumah. Ayah dan Ibu sebagai guru pertama yang menjadi perantara kelahiran mereka ke dunia membawa fitrah kebaikan dan amanah penciptaan.
Sekolah, terlebih di usia dini, hanyalah sarana tambahan yang kehadirannya membutuhkan berbagai pertimbangan. Bukan hanya kemampuan intelektual anak yang menjadi pertimbangannya, tetapi juga kemampuan fisik, bahasa, emosi, dan psikososial.
Kulwap kali ini tidak akan membahas kematangan anak masuk sekolah, karena bahasan tersebut membutuhkan waktu khusus. Kita akan fokus membahas cara _mempersiapkan anak masuk sekolah_. Tanpa berpanjang kata lagi, mari kita kunyah pelan-pelan hidangan inti menu kali ini 🍙🌮🥛🍯🥄🍌🥕🍅
*Tujuh Cara Mudah Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah*
1. Briefing is The King. 🤴🏻👸🏻
Briefing artinya penjelasan singkat. Dalam konteks anak, kata singkat ini maksudnya menyesuaikan dengan kemampuan anak mencerna.
Semua kecemasan berawal dari ketidakpastian. Begitu pula kesulitan, seringkali berasal dari ketidaktahuan. Karena itulah, memberi pengetahuan pada anak tentang situasi yang akan dihadapi di sekolah adalah hal paling penting.
Jelaskan situasi yang akan anak hadapi di sekolah serealistis mungkin, dengan kalimat-kalimat singkat. Sampaikan berulang tapi tidak beruntun atau terlalu banyak di satu waktu.
Apa saja yang harus ada dalam briefing?
• Kegiatan apa yang akan dilakukan di sekolah? “Besok Kakak akan mama antar ke sekolah baru. Nanti di sana Kakak masuk kelas, Mama pulang dan jemput Kakak saat kelasnya sudah selesai. Kira-kira saat jarum pendek dan jarum panjang beradu, Kak. ”
• Siapa yang akan ditemui? “Kakak akan ditemani Bapak Ibu Guru, nanti Bu Gurunya kenalan sama semua anak di kelas. Banyak teman-teman baru, Kakak boleh kenalan kalau mau.”
• Perilaku apa yang diharapkan? “Kakak ikuti yang disuruh Bapak atau Ibu Guru ya, dengarkan baik-baik. Kalau ditanya, jawab yang jelas suaranya. Kalau sudah waktu main, Kakak boleh main sama teman baru. Main yang akur ya. Kalau sudah waktu makan, Kakak habiskan bekalnya.”
• Apa yang harus dilakukan jika merasa tidak nyaman, ingin ke toilet, dan sebagainya? “Kalau Kakak mau pipis atau pup, dekati Bu Guru, bilang minta tunjukkan toilet ya.” “Kalau Kakak bosan, atau kesal sama teman, Kakak coba dengar dan ikuti Bu Guru, supaya Kakak bisa hilang perasaan gak enaknya”
Jelaskan dengan realistis, jangan hanya yang manis-manis. Misalnya, “Kak, nanti teman kakak banyak sekali, gak seperti waktu TK. Nanti ada 20 teman di kelas Kakak. Jadi Bu Guru mungkin gak selalu lihat Kakak. Kalau Kakak ada perlu sama Bu Guru, Kakak angkat tangan atau dekati Bu Guru ya”
Anak perlu tahu risiko dari suatu kondisi. Barengi dengan alternatif solusi agar anak tidak cemas dengan kemungkinan terburuk, melainkan siap mengantisipasi segala situasi. Persilakan anak bertanya tentang apa yang ingin ia tahu. Jawablah sejujur mungkin.
2. Survey sangat menolong. 🛵🚗
Saat briefing, anak hanya membayangkan situasi sesuai persepsinya. Jika kenyataan yang dihadapi berbeda jauh dari bayangan, anak bisa bingung. Survey lokasi sekolah langsung akan sangat membantu anak menghadapi situasi. Tunjukkan dimana kelasnya nanti, jalan ke kamar kecil, halaman bermainnya, batas antar jemput, dan sebagainya.
3. Siapkan keperluan sesuai instruksi sekolah. ✏📔
Sebagian anak menjadi bad mood karena keperluan sekolahnya tertinggal. Untuk mengatasinya, ajak anak menyiapkan keperluan sekolah bersama-sama. Bacakan instruksinya di depan anak. Siapkan juga mental anak jika ada sesuatu yang di luar perencanaan, misalnya alat yang dibawa tertinggal atau berbeda dengan yang dibawa teman-teman.
4. Bawakan keperluan yang familiar dan memudahkan anak.🎒👟
Misalnya botol minum yang sudah bisa ia buka sendiri, sepatu yang mudah dilepas dan dipakai sendiri, celana dalam yang mudah kering, tas sekolah berbahan ringan dan mampu dibawa sendiri. Jangan sampai semua baru dan bagus, tapi belum bisa ia gunakan dengan mudah. Hal ini bisa memicu kecemasan tersendiri.
5. Ulangi sugesti positif.🧚🏻♀🧠
Selesai sholat, bacakan doa yang dapat didengar anak. Sebelum tidur, hadirkan sugesti positif di telinga anak. Bangun tidur, sambut dengan wajah ceria dan doa bernada gembira. “Ibu sayang Kakak, Kakak akan bersenang-senang di sekolah baru!”
6. Pra kegiatan yang menyenangkan. 😴💪🏻
Agar persiapan jauh-jauh hari berjalan mulus, pastikan malam hari semua sudah terkondisi. Anak bisa tidur cepat, tidak terlalu lelah sebelumnya.
Semua perlengkapan sudah siap, sarapan esok pagi pun sudah siap dimasak. Antar anak tidur dengan cerita menyenangkan tentang esok hari. Jaga suasana hati anak sebaik mungkin tetap stabil hingga lepas dari pandangan orangtua.
7. Ikhlaskan, doakan.🕋🕌
Ada kalanya kecemasan yang terlalu berlebihan dari orangtua terhubung dengan emosi anak. Oleh karena itu, orangtua lah yang lebih dulu harus yakin bahwa anak sudah siap dilepas.
Setelah ikhtiar optimal, sempurnakan dengan doa. Percayakan anak pada guru-guru di sekolah. Bukankah kita memilih sekolah tersebut karena percaya guru-gurunya mampu mengemban amanah bersinergi mendidik putra putri kita? Ikhlaskan, niscaya energi positif keikhlasan sampai kepada semua yang berinteraksi dengan anak-anak kita. InsyaAllah.
Wallahu’alam bish shawab. Selamat mendampingi putra putri tercinta, semoga Allah kuatkan langkah menuntut ilmu menjadi jalan pembuka pintu surga. Aamiin 🛤⛲
[13/7 20.12] Yunda Fitrian: Pertanyaan 1:
Bunda Tri:
Anak yang belum bisa ditinggal orangtuanya, apa blm bisa dikatakan siap mental untuk sekolah. apa justru harus disekolahkan agar bisa belajar "ditinggal"?
Jawab:
Berpisah dengan pengasuh utama (ibu, atau lainnya) adalah salah 1 isu utama dalam perkembangan anak usia 5 tahun.
Jadi utk di bawah 5 tahun baiknya tidak dipaksakan. Namun sudah boleh dilatih di usia 3 tahun.
Misalnya dengan mengatakan pd anak berapa lama akan pergi (sesuaikan dg patokan waktu yg anak sudah tau, misal selesai berdoa pulang, bunda jemput kaka).
Usahakan selalu pamit pada anak ketika akan pergi agar anak merasa aman.
Di atas 5 tahun, sebaiknya sudah mulai bisa dilatih utk mau ditinggal saat sekolah karena sudah sesuai dengan tahap perkembangannya.
[13/7 20.13] Yunda Fitrian: Pertanyaan 2:
Bunda Lis Nurliyani
Anak sy sebelumnya sekolah di TK dg metode sentra. InsyaAllah thn ajaran ini masuk sekolah SD dg metode yg konvensional. Mungkin agak lebih byk "beban akademisnya". Kira-kira, apa yg mesti dipersiapkan agar anak tidak kaget dgn metode pembelajaran yg terkesan lebih berat?
Karena sebelumnya sy sudah pernah sounding ke anak, bahwa nanti di sekolah SD beda dengan TK. Dan anaknya agak sedikit takut. 😅
Jawab:
Alhamdulillah kalau Kakak Shabreen sudah bisa mengungkapkan perasaan ke ibunya😊
Tinggal Bunda Lies meyakinkan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Bahasa sederhananya utk anak, nanti mungkin ada pelajaran yg buat Ka shabreen harus belajar lebih banyak, tapi InsyaAllah akan lebih banyak pelajaran yg udah kakak bisa
[13/7 20.35] +62 857-1641-1124: Terimakasih sudah diizinkan bergabung. Assalamualaikum Mba Yunda.. anakku 3 thn udh mau masuk playgroup metode sentra. Memang msh kecil banget ya utk usia ini masuk sekolah. Tp ini pilihan kami saat ini. Alasanku masukkan dia ke PG krn diriku kerja dan dia sdh terbiasa kutinggal di daycare sjk setahun lalu.
Tp dia kyk ada kekhawatiran klo di sekolahnya yg baru ini nanti abi/ uminya hrs ninggalin dia setelah mengantar. Krn lingkungan baru yg blm dia terlalu kenal. Setiap bahas sekolah dia akan bilang "abi jgn ke toko" " umi jangan kerja" dan sejenisnya..
Gmn baiknya ya utk menenangkan dia?
[13/7 20.39] Yunda Fitrian: Waalaikumsalam wrb Mba Mutri, dilihat dari usia masih sangat wajar kecemasan anandanya ya mba.
Utk menenangkan bisa coba beri alternatif solusi.
Misalnya kalau kakak kangen, ingat sama abi dan ummi, kaka boleh telpon atau WA.
Bekerjasama dg daycareagar si kakak boleh menelepon/ terima telpon dr abi uminya.
Selain itu bekali dg mainan dan makanan kesukaannya. Semoga berhasil ya mba
No comments:
Post a Comment