Apa yang dirasakan
Perubahan yang terjadi
Faktor pendukung
Sebagai alumni fakultas psikologi, saya memang sudah mempelajari tentang komunikasi efektif sejak bangku kuliah, sekitar 10 tahun yang lalu.
Alhamdulillah sedikit banyak ilmu tersebut sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari hari.
Namun bukan berarti melakukan komunikasi efektif sudah mahir saya lakukan. Apalagi ketika berhadapan dengan anak.
Terlebih lagi dalam tantangan ini komunikasi efektif sudah naik tingkat menjadi komunikasi produktif, artinya sudah menghasilkan sesuatu yang baik atau bermanfaat.
Kenyataan di lapangan selalu tak semulus idealisme di alam pikiran. Karena itulah syarat adanya perjuangan: kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Seringkali saya dibuat bingung bagaimana menyikapi dengan tepat stimulus dari anak anak, ketika mereka berbicara atau berperilaku di luar perkiraan saya.
Seperti ketika mereka berargumentasi, baper, bahkan tantrum.
Setelah mendapatkan materi komunikasi produktif, saya kembali diingatkan bahwa hasil dari komunikasi yang kita lakukan adalah tanggung jawab kita sendiri.
Selama tantangan 10 hari saya merasa kepekaan kembali dilatih untuk menemukan pintu komunikasi produktif kepada si sulung (yang saya pilih dalam tantangan ini). Juga pada si tengah, si bungsu, suami, dan siapapun yang sedang saya ajak berkomunikasi.
Selain itu, dengan adanya tantangan ini saya sering merefleksikan komunikasi yang sudah terjadi.
Misalnya, sehabis berdebat atau marah dengan anak.
Saya jadi segera ingat harusnya tidak begini, oh sebaiknya setelah ini saya harus begini, dst.
Saya jadi bisa lebih memperbaiki komunikasi selanjutnya dari hasil refleksi tersebut.
Faktor pendukung dalam menerapkan komunikasi produktif di rumah antara lain kesamaan visi kami sebagai suami istri.
Kami sama sama ingin menciptakan suasana rumah yang ramah jantung fan otak. Artinya, cara berkomunikasi penghuninya dengan kata kata positif,nada yang pas di telinga, serta bersifat membangun.
Teladan dari suami dalam mengelola emosi juga sangat menguatkan saya agar terus berkomunikasi produktif.
Kehadiran grup dan stimulus kelas Bunda Sayang juga menjadi dukungan tersendiri.
Semoga komunikasi produktif bisa menjadi cara hidup yang konsisten kami lakukan. Aamiin.
No comments:
Post a Comment