Game day 3
Baru ditulis karena badan rada ngedrop.
Kejadiannya kemarin.
Sepulang sekolah, si sulung bergabung dengan adik adiknya yang sedang main pasir ajaib.
Saya juga main bersama mereka sambil menyuapi camilan (kelakuan emak beranak kurus).
sebagaimana biasa, momen main bersama selalu membuat orangtua dan anak menjadi sahabat: tempat bercerita apa adanya tanpa takut dimarahi.
Si sulung bercerita tentang kejadian di sekolah. Bahwa saat sholat jamaah zuhur ia datang terlambat dan tidak menambah rakaat karena keburu batal gara gara menertawakan teman yang sedang melucu.
Rasanya gemes gemes gimanaa gitu pengen nasihatin bahwa perbuatannya tidak baik.
Tapi..saya menunggu dan ingat bahwa nasihat tidak akan efektif dalam situasi ini.
Maka saya menahan diri. Begitu sulit ternyata menahan diri dari menasihati anak sendiri.
Sampai saya memancing mancing dengan pertanyaan:
Ooh gitu, menurut kakak itu baik nggak?
Nggak, jawabnya.
Harusnya gimana kak?
Hmm solatnya yang tertib. Udah ah ibu jangan nasihatin deh kan kakak kan cuma gak bisa nahan ketawa! jawabnya mulai menangkap sinyal emak emak yang mau ceramah.
Saya pun memilih diam. Baiklah saya tidak ingin membuat suasana makin tidak nyaman. Terlebih, saya bisa kehilangan kepercayaan anak untuk bercerita.
Begitulah saya pun menunggu waktu yang tepat untuk berbincang tentang nilai nilai yang saya harapkan. Mungkin saat ia minta diceritakan menjelang tidur. Semoga.
No comments:
Post a Comment