Pagi ini sebelum berangkat si sulung yang duduk di kelas.2 SD baru ingat bahwa ia harus membawa 10 lembar kertas origami untuk pelajaran matematika.
Saya langsung saja menghela napas, terasa kepala ditambah 1 karung beras ukuran 5 kg.
Dimana harus mencarinya sepagi ini, dengan kondisi sudah mepet waktu berangkat sekolah pula. Mana hari ini ayahnya sudah berangkat sejak subuh dan saya yang harus mengantarnya di sela kehebohan pagi dengan 2 adik balitanya.
Sejurus lamanya saya mencoba mengelola hati.
Mengingat kembali komitmen untuk berkomunikasi produktif.
Saya pun mencoba EMPATI.
Jika saya berada di posisi s sulung, tentu kenyataan bahwa ada keperluan belajar yang dibutuhkan dan belum lengkap tentu tidak menyenangkan.
Apalagi ia setipe dengan saya, stres kalau kurang well prepared.
Baiklah, akan semakin tidak nyaman jika dalam situasi ini saya malah memarahi atau menyalahkannya.
Saya pun memberinya pengertian bahwa ia bisa meminjam punya teman atau membeli di koperasi sekolah dengan seizin guru. Saya bekali ia dengan uang 20ribu rupiah.
Riak pagi itu pun selesai.
Saya menunggu cerita apa yang akan dibawanya pulang.
Singkat cerita waktu pulang tiba.
Setelah si sulung beristirahat dan tengah bermain dengan adik adiknya, saya kepo soal origami tadi.
“Tadi kakak sama teman teman minta ke Fulan", katanya.
“Oh..gitu. Terus kakak gak jadi beli di koperasi?”
“Hmm uangnya kakak jajanin semua bu..”
Saya kaget, tapi berusaha setenang mungkin sebab saya membaca intonasi suaranya yang ragu dan binar matanya yang mencari perlindungan.
“semua kak?”
“Iya tadi kakak beliin kentang goreng sama susu..soalnya laper..hmmm ibu gak marah kan?”
Ia tertunduk. Ia memang tidak biasa saya bawakan uang jajan. Hanya snack dari rumah dan katering sekolah.
Saya kembali berempati.
Pasti butuh keberanian untuk bicara apa adanya.
Ia bisa saja memilih bohong untuk melindungi diri. Tapi ia memutuskan berani jujur apa adanya.
Saya pun tersenyum dan berkata,
“Ibu senang kakak sudah jujur”, dalam hati saya membatin tetap harus menjelaskan tentang penggunaan uang, tapi tidak sekarang.
Si sulung terlihat lega.
Menjelang maghrib, dalam kondisi santai saya kembali mendekatinya dan menggali pengalaman tadi.
Saya ingatkan dia bahwa lain kali jika saya menitipkan uang dan uangnya untuk orang lain, ia mesti izin dulu pada saya sebelum menggunakannya.
Kecuali jika uang itu untuk keperluannya sendiri, ia boleh menceritakan setelah menggunakannya sebelum izin.
Si sulung mengangguk dan mengerti, berjanji untuk menggunakan uang dengan lebih hati hati.
Alhamdulillah tidak perlu ada drama hari ini.
#game level 1
#day2
No comments:
Post a Comment