Saturday, 11 November 2017

Game day 4 Komunikasi Produktif

Saya masih mencari waktu untuk 'meluruskan' cerita si sulung kemarin.

Malam harinya setelah anak anak tidur, saya ngobrol dengan suami melaporkan kejadian siang itu. Suami sepakat kamu harus cari waktu dan cara yang tepat untuk ngobrol dengan si sulung.

Saya tahu sekali si sulung sangat gemar mendengarkan cerita yang saya karang dadakan. Biasanya ia meminta saya bercerita saat kami berkumpul, main bersama, dan menjelang tidur.

Siang itu sepulang ia sekolah, pas sekali adik adiknya terlelap tidur siang. Saya merasa ini waktu yang tepat untuk we time bersamanya, dengan misi meluruskan cerita si sulung tempo hari.

Saya peluk dan ciumi si sulung, menyatakan kangen dan mengajaknya istirahat di kamar. Saya segera menawarkan cerita. Matanya berbinar dan tersenyum sambil mengangguk cepat.

“Cerita misteri?” Katanya penasaran dan antusias. Dia memang suka sekali cerita misteri macam detektif. Saya pun mengiyakan.

 Saya mencoba terus memenuhi keinginan imajinasinya.
“Ada petualangannya?” Saya kembali mengiyakan. Saya juga mengambil tokoh kartun yang sedang ia sukai: my little ponny.

Saya mulai bercerita tentang ponny kecil yang kehilangan kertas tugasnya. Dan seterusnya sampai akhirnya cerita bersinggungan dengan kejadian pengalaman si sulung saat tidak tertib sholat kemarin.

Saya perhatikan air mukanya. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu, mungkin mulai sadar cerita ini menyindirnya.

Beberapa kali sebelumnya saya juga menggunakan teknik ini dan kadang si sulung berkomentar, ih itu mah kayak kakak. Tandanya saya kurang smooth dalam menggiring alur cerita.

Tapi kali ini si sulung terlihat masih asyik mendengarkan cerita saya tanpa komentar. Saya pun memasukkan dialog antar dua kuda pony yang bersahabat sebagai pesan moral cerita ini.

 Sambil saya Konfirmasi misi cerita pada si sulung, “menurut kakak gimana tuh si rainbow dush dan pinky pie?”

Ternyata si sulung dapat menangkap jelas pesan moral yang saya ungkap lewat dialog dua sahabat itu.


Alhamdulillah mission accomplished, si sulung bisa menangkap pesan tanpa saya harus menasihati panjang lebar, mengomel, atau membuat interaksi berbalut emosi tidak nyaman. Alhamdulillah :)

No comments:

Post a Comment