Conflict is
an opportunity to learn to love our partner better over time (Dr Julie
Gottman).
Konflik adalah
menu wajib dalam pernikahan. Keberadaannya adalah keniscayaan. Kita tidak perlu
mati-matian menghilangkan konflik dalam rumah tangga, yang diperlukan hanyalah
mengelolanya agar menjadi sarana bertumbuh bersama.
Berikut 5
cara bijak mengelola konflik dalam rumah tangga agar ikatan cinta makin
perkasa:
- Mengenali sumber konflik secara objektif
Apakah konflik berasal dari:
cara pandang kita dalam menyikapi masalah?
cara berkomunikasi yang tidak sehat?
pihak luar yang mengganggu stabilitas rumah tangga?
Atau kombinasi ketiganya?
Mengenali sumber konflik bisa dilakukan dengan *ngobrol* bersama,
refleksi diri, sharing dengan orang yang dipercaya, hingga berkonsultasi pada
para profesional. Momen seperti ini akan mendatangkan hikmah berharga bagi pasangan
dalam menyikapi konflik yang sedang dihadapi.
2. Memperbaiki cara berkomunikasi
Pemicu konflik adalah perbedaan kebutuhan, harapan, keinginan, maupun standar
perilaku yang tidak dikomunikasikan dengan tepat.
Misalnya, istri yang ingin sekali ngobrol dengan suami sementara sepulang
kerja suami sudah lelah dan hanya ingin tidur saja. Jika istri
mengkomunikasikan keinginannya dengan ngambek, cemberut pada suami sampai esok
pagi, masalah tidak akan selesai. Justru menimbulkan masalah baru yakni suami
yang tidak nyaman pulang ke rumah.
Memperbaiki cara berkomunikasi dapat dimulai dengan empati; menempatkan
diri pada posisi orang lain. Istri empati pada suami yang lelah, suami pun
empati pada istri yang butuh teman bicara.
Selain empati, ada pula teknik I
Message untuk menyampaikan pesan dengan akurat sehingga dapat meminimalisir
kesalahpahaman. Selengkapnya tentang I
Message bisa dibaca juga di sini http://jejakyundafitrian.blogspot.com/2018/05/jumat-hangat-wag-ip-tangsel-i-message.html.
3. Mengelola emosi
Seringkali konflik yang awalnya kecil dan jelas menjadi besar dan meluas
karena disikapi oleh emosi yang berlebihan. Misalnya, ketika bertengkar, suami atau
istri memposting makian atau sindiran di medsos. Konflik yang harusnya
diselesaikan di dalam, malah diumbar keluar. Solusi tak didapat, justru masalah
bertambah berat.
Para ahli merumuskan STAR sebagai cara mengelola emosi. STAR adalah *Stop,
Think, Act, Reflect*. Cara ini pun bisa dilatihkan pada anak-anak kita sejak
dini. Selengkapnya tentang STAR bisa dilihat di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2015/04/putus-mata-rantai-generasi-senggol.html.
4. Rumus 991
Saat menemukan satu kekurangan pasangan, hadirkan 99 kelebihannya. Ketika
hadir satu konflik yang menguras energi, ciptakan 99 hikmah yang menyejukkan
hati.
Rumus ini sebetulnya adalah salah satu bentuk aplikasi dari konsep reframing dalam dunia psikologi. Reframing adalah membingkai ulang suatu
kejadian sehingga terlihat berbeda dari sebelumnya, meskipun kejadian itu
sendiri tidak berubah. Lebih lanjut tentang reframing
bisa dibaca di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2018/05/bingkai-taqwa-komunikasi-positif-sesi.html.
Ketika menghadapi konflik, cara pandang kita akan sangat menentukan
bagaimana kita merespon. Berpikir positif akan membuat ketegangan mereda,
sebaliknya berpikiran negatif akan mengaburkan fakta menjadi lebih buruk dari
keadaan sebenarnya.
5. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik
Hati
Hati manusia berada dalam kuasa-Nya. Dia-lah
yang sebenar-benarnya mampu membolak-balikkan hati kita maupun pasangan. Dia pula
yang mampu menghadirkan solusi dari semua masalah yang kita hadapi.
Jika kita melihat konflik sebagai sarana untuk
mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati, niscaya Dia memberikan kekuatan dan
jalan keluar dengan kasih-Nya yang tak bertepi. Doa, zikir, sholat, maupun
ibadah lain sejatinya adalah cara agar manusia mampu menghadirkan ketenangan
jiwa ketika berhadapan dengan konflik.
Referensi:
Neuroscience for Kids karya Ratna Megawangi
The Resilience Factor karya Reivich & Chatte
Yakin Dia Jodohmu? Karya Yunda Fitrian
Neuroscience for Kids karya Ratna Megawangi
The Resilience Factor karya Reivich & Chatte
Yakin Dia Jodohmu? Karya Yunda Fitrian
No comments:
Post a Comment