Teknik I message adalah menyampaikan pesan dengan menggunakan kata kata
yang menjelaskan fakta daripada opini. Biasanya ungkapan yang dipakai adalah
‘saya merasa…’ daripada ‘kamu itu…’.
Misalnya, ketika seorang suami sering lembur dan terlihat mulai kurang perhatian pada keluarga, istri tidak langsung mengatakan ‘kamu pasti selingkuh’. Melainkan mengungkapkan apa yang dirasakan dengan bahasa netral tanpa terkesan menuduh. Contoh, ‘saya merasa akhir akhir ini perhatian kamu berkurang karena terlalu sering lembur, apa yang terjadi sebenarnya?’.
Misalnya, ketika seorang suami sering lembur dan terlihat mulai kurang perhatian pada keluarga, istri tidak langsung mengatakan ‘kamu pasti selingkuh’. Melainkan mengungkapkan apa yang dirasakan dengan bahasa netral tanpa terkesan menuduh. Contoh, ‘saya merasa akhir akhir ini perhatian kamu berkurang karena terlalu sering lembur, apa yang terjadi sebenarnya?’.
Dengan I message, emosi apapun bisa disampaikan
berdasarkan fakta sehingga dapat diterima secara logis. Orang yang mendengarkan
tidak ikut terpancing emosi. Misalnya, emosi marah. Daripada bersuara tinggi,
terdengar sengit langsung menuduh pasangan, kita dapat menenangkan diri,
mencoba empati, lalu merangkai I message
yang tepat untuk disampaikan. ‘Saya merasa kesal karena kamu masih menghubungi
mantan kekasihmu’ lebih dapat diterima daripada langsung mengatakan ‘kamu
pengkhianat’.
Agar teknik I message dapat diterapkan dengan
lancar, kita bisa berlatih menggunakannya pada siapapun lawan bicara kita.
Sebab teknik ini membutuhkan latihan agar menjadi kebiasaan. Selain itu,
komunikasi akan lebih efektif dan menenangkan jika kita bisa menggunakan I message pada siapa saja.
Selain cara cara yang
telah disebutkan di atas, kita juga perlu berdamai dengan pengalaman buruk yang
menyisakan emosi di masa lalu. Buang sampah emosi yang sudah menumpuk sejak
lama agar tidak menjadi sumber penyakit dalam diri. Lihat bahasan innerchild dan unfinished bussiness? Berdamai dengan masa lalu untuk melangkah
maju menyongsong masa depan yang lebih baik.
Selain itu, penting pula
untuk memahami perbedaan lelaki dan perempuan dalam mengelola emosi. Perbedaan
ini terjadi karena faktor biologis lelaki dan perempuan yang memang diciptakan
berbeda oleh Tuhan untuk saling melengkapi. Perbedaan cara mengelola emosi
adalah dampak dari perbedaan anatomi otak serta hormon reproduksi lelaki dan
perempuan.
No comments:
Post a Comment