berbagi inspirasi : August 2015

Sunday 30 August 2015

Golden Time of Muslimah


Kurang lebih seribu hari saya habiskan di SMAN 2 Kota Tangerang (Duta). Ada sejuta kisah yang saya alami di sana. Sejak hari pertama menjadi bagian darinya hingga hari terakhir dimana saya resmi melepaskan status sebagai siswa.
Satu dasawarsa sudah saya mengembara meninggalkan tempat itu, tanpa benar-benar pernah pergi darinya. Hati dan jiwa saya tetap terikat di antara dinding-dindingnya yang penuh kenangan. Di antara dedaunannya yang mewariskan cerita turun temurun tentang masa lalu. Dalam udara, air, dan tanahnya yang diam membisu menyaksikan semua kisah kebersamaan seribu hari warna warni.
Kita memang tak pernah tahu kemana masa depan akan membawa kita. Sesuatu yang dulu pernah kita tangisi, bisa jadi kita tertawakan saat ini. Sebaliknya, pengalaman penuh tawa masa lalu, mungkin akan kita tangisi di masa depan. Masa depan sepenuhnya adalah misteri. Hari ini seutuhnya adalah kesempatan meraih mimpi. Masa lalu adalah harta karun tempat bercermin memaknai diri.
Betapapun, saya tidak mampu mengingat satu persatu peristiwa yang pernah terjadi. Kalaupun ada kenangan yang masih membayangi, lama kelamaan ia akan terdistorsi. Dimakan usia, segala cerita tentang usia belasan kita akan rapuh menjadi serpih-serpih. Tak mengapa, selamanya ia akan tetap menjadi bagian hidup kita. Kepingan yang menyusun puzzle kehidupan. Tanpa kepingan-kepingan itu hidup kita tak akan utuh. Maka saya sangat menghargai masa lalu. Meski tak selalu indah, tak selamanya ingin saya kenang.
Hari ini, 30 Agustus 2015, sekali lagi saya menjejak tanah yanng pernah akrab dengan sepatu (masa lalu) saya. Sepuluh tahun yang lalu, di tanggal ini saya baru saja resmi meninggalkan SMAN 2 Kota Tangerang. Dan sepuluh tahun kemudian, saya kembali untuk berbagi. Saya diundang sebagai pembicara pada seminar keputrian Pisman Duta (rohis SMAN 2 Kota Tangerang).
Saya disambut dan diantar ke ruang aula atas, kelas paling selatan dari sekolah kami. Tempat yang 10 tahun lalu menyambut saya sebagai siswa baru. Saya ingat, taklim perdana Pisman Duta hari itu begitu berkesan. Betapa tidak, kakak-kakak komdis dan jajaran panitia MOS yang super karismatik ada di sana. Berdiri menyambut kami sebagai keluarga baru, lepas dari semua topeng senior yang beberapa hari lalu mereka kenakan.
Hari ini, 30 Agustus 2015, sayalah yang menjadi pembicara di tempat itu. Tema yang diberikan adalah Golden Time of Muslimah. Intinya bagaimana muslimah menjadi produktif di masa emasnya sebagai remaja. Hampir  100 peserta dari berbagai sekolah ada di sana, semuanya muslimah dan hari itu mengenakan jilbab. Saya ditemani suami, dua putri kecil, dan nenek saya. Tiga orang yang disebut pertama adalah masa depan yang tak pernah saya duga. Terutama suami saya, yang juga kakak kelas saya di Duta. Kakak kelas yang mendahului saya masuk Fakultas Psikologi UI. Tak pernah terbersit sedikit pun saya akan menjadi separuh agamanya.
Saat perkenalan dengan peserta, saya sempat mengundang suami untuk bicara sedikit tentang buku Cintapedia_curhat seru tentang cinta sejati dan jodoh terbaik yang kami tulis bersama. Ia mengutipkan sebuah kisah inspiratif dari seorang teman yang kami sertakan di bagian akhir buku. Suami saya juga sempat berbagi bocoran cerita masa lalu kami di Duta. Bagian dimana hati suami saya sempat terusik karena kehadiran saya saat itu. Meskipun adegannya sama sekali tidak romantis seperti di drama Korea. Jadi ternyata suami saya sempat tertegun karena saya mencuci piring bekas rujak party di acara ekskul KIR. Katanya saat itulah dia tergelitik dan melihat saya beda dengan yang lainnya. Lumayanlah buat bantu-bantu cuci piring di rumah, candanya.
Menit demi menit berlalu, saya kembali mengajak peserta berpikir tentang waktu. Diawali dengan fenomena muslimah masa kini yang banyak terjebak pergaulan bebas dan narkoba. Mereka ada di dekat kita dan begitu nyata. Salah satu kisah yang pernah saya dengar langsung dari sahabat saya sendiri 10 tahun yang lalu. Saat kami tengah mempersiapkan ujian, ia justru sibuk dengan pergulatan batin karena telah berhubungan badan dengan sang pacar. Saya juga menyampaikan tentang praktek aborsi seperti yang pernah diceritakan dalam sebuah seminar. Dimana janin tersebut dipotong-potong terlebih dahulu sebelum dikeluarkan dan berakhir di tong sampah. Saya juga terkaget-kaget di tahun pertama kuliah karena menyaksikan gadis-gadis muda berstatus mahasiswa merokok dan berbaju terbuka di area kampus.
Saya menyampaikan sebuah hadits dari Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan shalihah. Saya mencoba menggali dari peserta, apa makna perhiasan bagi mereka. Peserta dapat menjawab dengan tepat. Perhiasan adalah sesuatu yang berharga, indah, bernilai, sulit didapatkan, dan dijaga keberadaannya. Itulah hakikat kehadiran perempuan shalihah. Pribadi yang berharga, memancarkan cahaya keindahan Islam, senantiasa dijaga oleh Allah dalam ketaatan. Karena itulah muslimah semestinya bangga dengan pakaian takwa dan segala prinsip keshalihan. Berlomba untuk menjadi taqwa. Tidak perlu kecil hati karena menjadi berbeda di antara orang kebanyakan. Anti mainstream itu tak selamanya buruk.
Saya merumuskan beberapa penyakit berbahaya yang membuat muslimah tidak menyadari potensinya sebagai makhluk paling berharga. Penyakit-penyakit tsb adalah:
ASMA (ASli Males Gerak)
TIPES (Tidak Punya PEkerjaan Serius)
MAAG (Maaah Aku Gaalaauu)
HIPERTENSI (HatI Penuh Risau TENtang SI dia)
TB (Terlalu Bawa perasaan)
Singkatan-singkatan ini mengundang tawa peserta dan sepertinya pas sekali dengan fenomena remaja. Saya dapat ide singkatan ini di akhir akhir mengedit presentasi, sekitar jam 4 subuh. Obat dari penyakit-penyakit ini sejatinya hanya kita sendiri yang tahu. Allah memfasilitasi Alquran sebagai media pengobatannya. Karena Alquran adalah obat bagi hati yang beriman.
Sebelum mengutip ayat Alquran yang berhubungan dengan hal tsb, saya mengadakan kuis utk peserta. Berapa lama waktu yg kamu habiskan:
v Di kamar mandi?
v Chat di WA/ Line/ BBM, dst?
v Nonton TV?
v Dandan?
Saya meminta semua peserta mendata dan menghitung. Lalu karena tidak ada yang mau maju sukarela, maka saya memaksa 2 orang peserta utk maju. Peserta pertama menghabiskan hampir 3 jam per hari, sedangkan peserta kedua hampir 5 jam. Selanjutnya saya meminta peserta untuk menghitung berapa lama dalam sehari kita sholat, tilawah, dan belajar di rumah.
Ternyata jika dihitung, waktu produktif kita memang tidak sebanyak yang kita bayangkan.
Maunya materi lengkapnya bisa diunduh, tapi belum kuat internetnya : D
overall, seminar ini menjadi pengalaman yang menyenangkan buat saya. Apalagi saat sesi tanya jawab dibuka, banyak peserta yang ingin bertanya hingga tidak semua kebagian. Saya berharap kami bisa tetap bersilaturahim dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, seperti yang difirmankan Allah dalam surat Al Ashr.
Berhubung sudah time limit saya pamit, semoga bermanfaat ;)