berbagi inspirasi : 2018

Wednesday 26 December 2018

Terjebak Memori Masa Kanak-kanak

TERJEBAK (MEMORI) MASA KANAK KANAK

Saya merasa amat sesak dan panas. Kekesalan saya memuncak mendengar Tangisan dan teriakan dua putri kecil saya yang tengah bertengkar. Amarah saya rasanya sudah di ubun ubun, siap tumpah mengalir lewat teriakan dan cubitan.

 Sedetik saja saya pasti meledak. Sekuat tenaga saya berusaha mengendalikan suara tinggi yang rasanya sudah sampai di kerongkongan.
Maka dengan gigi gemeletuk menahan marah, muka yang terlanjur seram dan napas memburu saya kabur ke kamar mandi.
Menutup mulut dengan handuk lalu teriak sekeras kerasnya. Belum puas, saya pukuli pintu kamar Mandi. Sampai energi saya habis dan terlalu lelah untuk menumpahkan marah pada putri saya.

Begitulah. Membaca Banyak buku dan mengikuti seminar parenting Tidak serta merta membuat saya selalu  bisa menyikapi anak sesuai teorinya. Bagi Sebagian orang tua, LUAR BIASA SULIT untuk melaksanakannya.

Saya pun heran dengan diri sendiri. Saya tidak pernah semarah itu sebelum punya 2 anak. Anak pertama rasanya belum pernah membuat saya sekesal itu. Setelah punya adik, mulailah percikan percikan api emosi menyulut saya.

Ada kalanya kita merespon situasi dengan emosi yang tidak tepat. Yang setelah emosi reda, kita menyesal melakukannya. Kita merasa 'reflek' merespon Saat itu. Padahal jika kita memberi jeda sebentar saja, bisa jadi kita punya waktu untuk memilih respon yang lebih baik.

Saat kita dalam kondisi tegang, respon yang pertama kita tampilkan adalah respon yang sudah terekam  bertahun tahun di kepala kita. Berdasarkan apa yang sering kita alami, lihat dengar rasa. Pada kasus saya tadi, ketika mendengar ribut dan menyaksikan dua putri saya bertengkar, yang langsung terbayang di kepala saya adalah berteriak menyuruh mereka diam. Respon ini bisa saya tampilkan reflek karena mungkin ini yang saya terima sejak kecil. Pertengkaran adalah hal yang tidak diterima dan harus segera diakhiri dengan otoritas orang dewasa, melalui bentakan.

Tapi sebagai manusia dewasa, yang telah belajar dan tahu idealnya, Saya semestinya bisa memilih respon. Saya paham respon yang harus dipilih adalah tetap tenang, lalu mendekati mereka dengan posisi mata sejajar. Selanjutnya menjadi penengah yang adil. Faktanya, sungguh tidak mudah selalu merespon ideal seperti itu.

Kelihatannya manusiawi saat kita orang tua salah merespon anak karena kondisi kita pun tidak selalu fit. Ada kalanya kita sakit, lelah, diburu waktu, dan lainnya yang membuat semua teori terasa terlalu sulit diterapkan. Tetapi sebenarnya saat kita merespon anak dengan salah padahal tau yang seharusnya, kita bisa jadi punya masalah dengan anak kecil dalam diri kita.

Setiap kita punya memori masa kecil yang bisa menyenangkan atau menyedihkan. Memori itu semua tersimpan di otak kita. Siap diambil menjadi Referensi dalam bertingkah laku, sampai kita dewasa bahkan lanjut usia. Jika di masa kecil ketika bertengkar dengan saudara, kita selalu dibentak agar diam, maka memori itulah yang kita pakaI sebagai referensi untuk berespon di saat kita menghadapi anak bertengkar.

Banyak orang dewasa menggunakan respon kanak kanak dalam menghadapi situasi sehari hari. Misalnya, ketika berkonflik dengan pasangan. Suami pulang terlambat, istri buka pintu dengan muka marah. Suami belum menjelaskan sudah disemprot dengan kemarahan. Ehm yang ini perlu saya tegaskan ya, bukan pengalaman pribadi, hehe..biar ga tercoreng nih pencitraan..wkwkwk.
Sebaliknya dengan suami. Ketika anak bermasalah, belum apa apa langsung menyalahkan istri. Padahal belum tentu salah suami, eh..maksudnya belum tentu salah istri. harusnya sebagai orang dewasa ya introspeksi diri donk...Suami kan pemimpin rumah tangga.

Contoh respon ini bisa jadi adalah pengalaman masa kanak kanak yang terekam dalam otak kita. Ketika pulang terlambat, kita dimarahi orangtua. Saat dapat nilai jelek, kita disalahkan orang tua. Atau orang tua menyalahkan orang lain, sehingga kita belajar untuk menimpakan kesalahan pada oranglain sebelum introspeksi diri.

Sebagian orang tidak menyadari kehadiran kanak kanak yang terluka dalam dirinya. Si anak kecil yang marah, butuh perlindungan, kasih sayang, perhatian, menetap dalam tubuh Orang dewasa. Sosok anak kecil itu terus saja mencari kebutuhan akan cinta dan rasa aman melalui berbagai cara. Maka jika ada orang dewasa atau lansia yang sikapnya seperti kanak kanak, pastilah ada kanak kanak yang terluka di dalam dirinya. Ada kebutuhan dasar di masa kecilnya yang belum terpenuhi.

pada kasus kasus tertentu, anak kecil yang terluka ini bisa merongrong hidup si badan dewasa hingga selalu memilih respon yang salah dalam berperilaku. akhirnya orang lain malas berurusan dengan orang ini karena selalu mau menang sendiri-egosentris, khas anak anak.

Karena itulah, urusan masa kecil ini harus diselesaikan.
Caranya? Ya pertama pastinya sadar dulu. Kalau tidak sadar bahwa respon kita sering salah, ya selamanya akan merasa benar.
Coba cari feedback dari orang orang terdekat, wajarkah respon kita dalam situasi tertentu. Banyak refleksi, renungkan respon yang kita pilih. Adakah rasa menyesal, atau komentar “iyaya.kenapa gue begitu ya..kan harusnya gak gitu..”

Kedua, kalau sudah sadar cari ilmu! Gimana ya respon.yang tepat? Ooh jadi kalo anak tantRum, aku ga perlu tantrum juga, tapi caranya gini ya..(sambil baca buku abah ihsan ceritanya,,hehe).

Ketiga, cari role model. Manusia butuh contoh. Bisa lihat praktek di seminar PSPA misalnya (ampun dehPromosi terus padahal saya Gak dibayar sama abah, haha).Tapi yang lebih nempel lihat contoh dari keseharian orang baik di lingkungan kita. Jadi lebih natural dan familiar.Dalam kasus saya, saya belajar banyak dari yayang tercinta, Edwin Nofsan Naufal Sampe kadang mikir..ni orang hatinya terbuat dari apa yak..kok (hampir) ga pernah marah?? Eits kembang kempis deh tu idungnya, hekekek.

Keempat, latihan. Practice makes perfect, no doubt. Terus melatih diri untuk mengaplikasikan niat baik dan pengetahuan kita.

Kelima, tentu saja dukungan dari orang orang terdekat. Bagi istri, ya dari suami sendiri, masak iya dari suami orang, dan sebaliknya. Dukungan ini penting walaupun Bukan segalanya. jangan sampai berkilah, 'mana bisa saya berubah, wong suami saya saja masih begitu terus!’nahh kalo masih ngomong begini berarti anak kecilnya tuh yang muncul, heuhee.

keenam, undang si anak kecil dan selesaikan masalahnya. Seems too abstract to do, tapi ada caranya. Salah sekiannya saya pelajari di workshop healing innerchild within pekan lalu. Two days journey to find a whole package Of me, itu tagline di otak saya setelah ikut workshopnya. Salah satu momen terbaik dalam hidup saya. Bertemu yunda kecil yang lagi nangis ketakutan (gausah diceritain kenapanye yee biar penasaran, wakakak).

Ketujuh, laa haula walaa quwwata illa billlah. Percayakan pada Allah. Selalu mencari hikmah dan minta bimbinganNya. Pasti.
Segitu dulu ya, semoga bermanfaat sharingnya. SelaMat membijaksana dalam menuanya usia :)

#special thanks to behind-the-scenes team yang bikin saya bisa tenang ninggalin trio bidadari lebih dari 20 jam, jazakumullahkhairankatsir.hanya Allah yang maha mengetahui dan mampu membalas

Ide Rencana Kegiatan Play date



1. Kreasi Kaos Motif Celup, Boneka tangan, dan prakarya dari flanel
Analisis Pasar : Anak-anak suka membuat karya yang bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari
Rancangan Event :
Bentuk PJ dan Tim
PJ Acara
PJ Konsumsi
Timeline
Minggu 1 : Promosi dan pendaftaran
Minggu 2 : Belanja alat dan bahan
Minggu 3 : Pelaksanaan Kegiatan
Tema dan Jenis Kegiatan : Kreativitas Bernilai Manfaat, membuat prakarya secara mandiri
Target Usia : 5 – 12 tahun.
Anggaran Dana dan HTM
Target Peserta 10 anak
Biaya alat dan bahan: Rp. 300.000
HTM ; Rp.50.000/anak
Rundown Acara
10.00 – 10.15  Perkenalan, ice breaking, membuat kesepakatan acara
10.15 – 10.45 Pembuatan motif celup
10.45-11.15    Pembuatan kreasi flanel
11.15 Operasi semut, foto karya, penutupan
Waktu dan tempat
Taman Baca dan Main Anak Tidore, 3 Januari 2019
Promosi melalu e-flyer, IG, Fb dan wa
Ide lain yang belum dibuat detailnya:
- Permainan Tradisional (bekel, karet, taplak gunung) dan masak-masak (roti bakar, bola biskuit cokelat, rujak)
- Berkunjung ke industri roti rumahan
- Berkunjung ke bank sampah dan membuat prakarya dari bahan daur ulang
- Berkunjung ke skywalk TMII

Monday 26 November 2018

Aliran Rasa Tantangan Level 12

Tantangan level terakhir ini belum berhasil saya selesaikan🙈

Jadi berasa tidak Husnul khatimah😂

Lebih karena manajemen waktu yang belum apik dan motivasi yang sedang turun. Mungkin karena konsentrasi terpecah juga dengan beberapa kegiatan.


Saya merasa memang belum terlalu greget sama perkara IT. Masih rada rada jadul gitu orangnya🙈😂

Semoga ke depannya saya tetap bisa menyesuaikan diri dengan zaman teknologi informasi ini. Bagaimanapun, manusia yang bisa menyesuaikan diri dengan  perubahan zaman akan lebih tangguh dalam kehidupan😃


Sekian aliran rasa saya. Mohon maaf kurang berbobot😅

Tuesday 6 November 2018

Biar Emak Pinter Ngedit Foto

 Aplikasi yang sangat membantu saya adalah Snapseed. Dengan aplikasi ini saya bisa mengedit foto untuk membuat broadcast sebuah event atau memposting tulisan di sosmed.




Saya bisa memakai aplikasi ini atas bantuan sepupu yang lulusan SMK multimedia. Alhamdulillah cukup mudah dipakai jadi bisa langsung digunakan begitu diajari.



Meskipun cukup mudah, tetap saja saya belum berhasil mengutak atik keseluruhan fungsi Snapseed. Semoga saja bisa mengoptimalkan karya dengan aplikasi ini.


#tantanganharike-3
#keluargamultimedia

Monday 5 November 2018

Aplikasi Kesehatan Karya Anak Bangsa



Salah satu aplikasi yang baru saya install adalah aplikasi inmed. Saya tertarik menggunakan aplikasi ini setelah membaca postingan Ig dokter Gamal Albinsaid. Beliau yang mengembangkan aplikasi ini sebagai wujud niat mulia untuk menyediakan layanan kesehatan terjangkau yang mudah diakses. Bahkan layanan dokternya gratis.










Saat saya utak-atik aplikasi ini memang belum sepenuhnya lengkap. Misalnya ketika mencari tenaga kesehatan fisioterapis dan psikolog, belum tersedia di daerah saya. Alhamdulillah kalau dokter sudah ada.

Semoga aplikasi inmed bisa makin sempurna dan mampu menjawab kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

#tantanganhari2
#keluarga multimedia

Thursday 1 November 2018

Dibalik Ngambek Istri

DIBALIK NGAMBEK ISTRI

Konon kejujuran suami adalah kebahagiaan istri. Tapi kejujuran suami saya hari itu bikin keki. Kecele abis tingkat tinggi.
Semua bermula dari belanja piring dan mangkok di warung tetangga.

Setelah 8 tahun menikah, stok piring dan mangkok menipis di rumah (bukan karena sering ada badai piring melayang kok, sungguh).

Akhirnya sore itu setelah reli panjang merengek minta beliin piring, suami pun bergerak berangkat beli piring dan mangkok. Berangkatlah ia ditemani 2 bidadari. Yang bungsu ditinggal sama saya di rumah.

Malam harinya, saat menghadapi wastafel tempat cuci piring, pandangan saya beradu dengan 6 buah piring yang tampak asing: para piring baru.

 Seketika hati saya berbunga bunga. Betapa tidak, semuanya berwarna hijau: warna favorit saya.

Serta merta saya terharu. Lantas berpikir terburu buru, suamiku so sweet amat beli piring warna favorit istrinya semua..uhhlalaaa. Eh tapi, jangan jangan yang milih anak anak, pikir saya segera, sebelum terlalu berbaik sangka pada suami.

Saya pun melontarkan umpan pancingan, khas para istri yang ingin memperjelas romantisme suami.

“Piringnya siapa yang milih?” Ujar saya sambil mencuci.

“Aku”, jawab suami, bikin saya langsung GR tak terbendung.

Sebelum sempat berpikir panjang, mulut tiba tiba berucap:
“Duh so sweet banget sih kamu milihnya ijo semua"

Dan jawaban suami saya sungguh luarbiasa:

“Kagak ada stok lagi tinggal itu doang!”

#?/#@$#!!!!!
Saya melongo sejenak ingin rasanya ngulek wastafel saat Itu juga, saking gondoknya.

Tapi yaa setelah menikah 8 tahun, sudah biasa gayung romantisme tak bersambut macam ini. Jadi saya putuskan jujur saja berkomentar menimpali:
“Yaelaah gak usah terlalu jujur napa biar istrinya seneng"

Begitulah. Kalau saja pernikahan ini belum sampai berumur sewindu, mungkin kejadian seperti  Ini bikin saya bete lalu ujug ujug ngambek.

Sampai di tahun keempat menikah, saya masih hobi ngambek.

GR bertepuk sebelah tangan, ngambek. Suami khusyuk sama Hp, ngambek. Suami lebih perhatian sama ikan piaraan di kolam, ngambek. Suami telat jemput, ngambek. Suami lama transfer olshop, ngambek juga...nah lho gimana gak ubanan ya suami saya #barunyadar.

Sampai di tahun kelima, saya tobat dari ngambek akut macam begitu. Capek sendiri. Iya kalau ngambeknya bersambut dengan suami yang ngalemin sesuai keinginan istri, kebanyakan nggak tuh.

Lama lama akal sehat saya nyambung juga. Ngapain repot repot ngambek, manyun, nahan gondok sementara suami gak ngerti ngerti maksud hati.

Akhirnya saya kembali pada cara yang logis ketika harapan dan kenyataan butuh jembatan bernama komunikasi.

Saya kembali belajar manajemen emosi agar bisa mengkomunikasikan dengan baik apa kebutuhan dan keinginan terhadap suami. Bukankah para lelaki memang makhluk kurang peka yang perlu bahasa langsung?

Saya pun belajar kembali pentingnya timing dalam berkomunikasi. Mau minta suami bayarin seminar, lihat tanggalan dulu. Mau ngajak suami ikut parenting, ngobrol ngalor ngidul dulu tentang anak orang #lho. Mau minta pulsa, kasih kode minta tethering dulu..dan sebagainya lihat waktu.

Tidak menyampaikan sesuatu yang penting dan butuh fokus tinggi saat suami lelah atau sedang bad mood (dan setelah ikut workshop hipnoterapi makin paham cara jitu mensugesti suami, wkekek).

Karena seringkali, cara kita berkomunikasilah yang memperpanjang masalah.

Saya juga tobat nuntut suami begini dan begitu sesuai versi saya. Lebih bahagia ternyata jika lebih sering mengapresiasi suami daripada menuntutnya terus menerus.

Berdamai dengan ekspektasi yang berlebihan itu menyembuhkan. Buat apa fokus meninggikan lembah celah kekurangan suami sampai kita lalai dengan menjulangnya gunung kebaikan miliknya?

Berhenti berharap pada sesuatu yang bukan esensi dan fokus pada hal hal yang realistis serta bisa dicapai. Lebih banyak ngaca, bercermin diri daripada menilai ini dan itu pada diri suami.

Alhamdulillah dengan proses belajar memperbaiki diri, frekuensi ngambek sudah menurun drastis. Ini saya tanya langsung ke suami.

Beliau mengakui bahwa derajat ngambek saya sudah sangat berkurang dari tahun tahun awal menikah. Bener lho ini jawaban suami, tidak ada unsur paksaan atau pencitraan, huehehe.

Hati dan pikiran saya jadi lebih lapang. Saya tahu, ini juga buah dari keteladanan yang dicontohkan suami saya.

Sabarnya suami mulai menular pada saya, meskipun ia tak pernah gembar gembor heboh nyuruh saya sabar.

Ia cuma mencontohkan bagaimana tetap tenang dan senang merespon ngambek saya. Paling modalnya sodorin jajanan macam pempek atau siomay #istricelamitan.

Saya juga mencoba berdamai dengan kondisi yang kadang tidak sesuai idealisme.

Misalnya Saat suami tidak bisa ontime ketika saya sudah detail merencanakan kegiatan.

Saya mencoba mengubah sudut pandang peristiwa menjengkelkan menjadi sesuatu yang lucu atau berhikmah.

Dari yang awalnya bete kalo suami telat, jadi santai aja sambil bilang “Kamu udah tau belum kalo di Indonesia itu ada pembagian waktu baru? WIBS, Waktu Indonesia Bagian Suami. Bedanya bisa 2 jam dari jam hp istri”. Suami saya cuman cengengesan.

Suami saya pun begitu, kadang muka garang saya dibecandain sampe saya kesel sambil nahan ketawa..

Ketika pemicu konflik sifatnya genting atau prinsip, kami biasanya cari waktu khusus untuk bicara. Kami biasa berjeda sebelum kepala siap bertukar pikiran dengan jernih. Jika masih emosi, kami memilih diam. Alhamdulillah kami gak pernah diam diaman sampai lebih dari 24 jam.

Kehidupan pernikahan memang penuh dengan episode warna warni. Kemauan belajar, memperbaiki diri, membangun komunikasi, dan terus memperjuangkan visi adalah kunci agar semua warna warni terlewati dengan lapang hati.

#sabardansyukur
#yakindiajodohmu?
Yunda Fitrian

Monday 29 October 2018

Belajar Di Kampus Luar Negeri dari Layar Gawai


Tak terasa kelas Bunda Sayang sudah memasuki materi terakhir. Kali ini temanya adalah keluarga multimedia. Tugas kami adalah menceritakan aplikasi atau situs yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas keluarga. Jelas ya, memang sudah saatnya kita melek teknologi untuk mengoptimalkan pengasuhan generasi milenial.

Hari pertama tantangan ini saya ingin berbagi tentang situs futurelearn. Pertama kali saya mengenal situs ini tahun 2014 dan langsung jatuh cinta. Bagaimana tidak, di situs ini cita-cita belajar ke luar negeri menjadi nyata.

Futurelearn adalah sebuah situs belajar online yang dipandu oleh berbagai universitas ternama di luar negeri, mayoritas yang berada di negara Eropa. Temanya yang disajikan beragam, mulai dari manajemen hingga pendidikan.


Jika ada tema yang ingin kita dalami, tinggal klik join course lalu tadaaa kita menjadi mahasiswa online di kursus tersebut. Saat belajar, materi disajikan dengan tulisan dan video. Lengkap dengan running text dan pdf narasi video. Dosen-dosen yang mengajar dapat dilihat profilnya dan diajak berinteraksi di kolom komentar. Dari profilnya dapat disimpulkan para pengajar ini sudah sangat ahli di bifabidan.


Selain dengan dosen, peserta juga dapat berinteraksi dengan sesama pembelajar. Di halaman awal kursus peserta selalu diajak berkenalan dan menuliskan alasannya mengikuti kursus.


Ada tenggat waktu tertentu untuk tiap tema kursus. Keanggotaan berbayar disediakan bagi peserta kursus yang ingin dapat akses kursus tertutup meskipun kursus sudah berakhir. Selain itu mereka juga dapat memperoleh sertifikat kursus setelah lulus dengan harga di bawah peserta non berbayar. Sertifikat ini sifatnya pilihan, boleh ambil boleh tidak. Harganya dalam poundsterling dan euro.

Saya sendiri sudah mengambil sekitar 7 kursus. Alhamdulillah baru ada 1 yang hampir tuntas #tutupmuka. Padahal kalau mau serius sih pasti bisa. Ada yang sudah tinggal materi terakhir tapi belum juga saya rampungkan. Nah gimana kalo S2 beneran :D


Ini salah dua kursus yang saya ambil



Bagi yang penasaran dan mau belajar langsung, cekidot aja ke www.futurelearn.com . Berfaedah banget deh :D

#tantangan hari 1
#keluarga multimedia



Friday 12 October 2018

Teman yang Buruk

Catatan Mentoring Parenting bersama Bu Yeti Widiati, 1 Oktober 2018

Ditulis oleh Yunda Fitrian

*Bad Companion (Teman yang Buruk)*

*Karakter moral pada anak terbentuk usia 12 tahun. Pengaruh buruk dari teman secara umum *tidak dapat* mengubah karakter yang sudah terbentuk di rumah. Anak bereksperimen dan mengetes dengan berbagai cara, tapi tidak mungkin mengubah secara drastis karakteristik dan standar moralnya.

*Orangtua/ pengasuh berpengaruh paling  besar karena interaksi yang intens dan sering.

*Dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita akan mencoba berbagai nilai yang bertentangan dengan nilai yang pernah ditanamkan di keluarga. Namun jika nilai-nilai dalam keluarga ditanamkan dengan cara dan citra yang positif, suatu saat kita cenderung akan kembali pada nilai yang ditanamkan sejak dini oleh orang tua di rumah.


*Teman dan lingkungan tidak dapat mempengaruhi anak jika _interaksinya tidak intens, sangat jarang, dan anak sudah punya pegangan yang kuat terhadap nilai-nilai yang diyakini.

*Ketika seorang anak sering terlibat dalam masalah dengan anak tertentu, orang tua disarankan mengambil tindakan daripada berharap bahwa ini adalah masa anak untuk tumbuh.

*Seringkali anak sadar bahwa teman ada yang berpengaruh buruk namun tetap berhubungan karena:

1. Merasa mendapatkan perhatian istimewa dan kebersamaan. Alasan ini bisa timbul jika anak kurang kedekatan dan dukungan di rumah.

2. Kesenangan, ada kepuasan tersendiri saat bersama temannya.

3. Kesamaan minat khusus.

4. Status dan prestise. Ada anak yang berteman karena ingin ikut mendapatkan popularitas atau gengsi tertentu dari temannya.

5. Kebutuhan untuk berontak dan menunjukkan kebebasan dari orang tua. Ini bisa terjadi pada anak yang terlalu banyak dilarang.

6. Tidak percaya diri sehingga anak memilih berteman dengan seseorang yang terlihat lebih buruk atau punya kekurangan dibanding dirinya.

*Pertemanan yang buruk adalah akibat, bukan penyebab kenakalan. Ini terjadi karena kesamaan minat yang bermasalah.

*Pencegahan dapat dilakukan dengan:

1. Mengenali teman anak
Ajak dan buat teman-teman anak nyaman berada di rumah saat ada orang tua. Berkomunikasilah dengan orang tua dari teman-teman anak sehingga kita bisa tahu nilai-nilai di keluarga mereka. Dalam mengenali teman anak, pakailah cara yang halus dan bahasa yang bersahabat. Jangan terkesan kepo atau terlalu overprotektif.

2. Bertemu dengan beragam teman
Bantu anak untuk menemukan berbagai alternatif kegiatan yang memfasilitasi pertemanan.

3. Memberi penjelasan yang masuk akal dan sesuai tahap perkembangan anak saat menetapkan peraturan dalam berteman.

*Penanganan

Jika anak dekat dengan teman yang membawa pengaruh buruk, lakukan beberapa tindakan berikut:

1. Sampaikan kritik yang bijak dengan cara baik-baik. Gunakan kalimat tidak langsung, misalnya:

_Sepertinya kamu kalau bareng dia jadi dapat masalah. Menurut kamu gimana?_

Ini lebih tepat daripada langsung menyerang, melabel, dan melarang pertemanan tanpa si anak sadar alasan logisnya.

2. Mendukung keunikan anak.

Temukan potensi anak, bantu ia memperluas hubungan dengan teman lain baik yang memiliki potensi sama maupun berbeda. Bergabung dengan komunitas atau organisasi juga sangat baik bagi perkembangan sosialisasi anak.

3. Menggali kebutuhan.

Tentukan apa kebutuhan anak yang terpenuhi dari teman. Apakah kesenangan, prestise, petualangan, kepedulian, atau kepemilikan. Cari aktivitas pengganti yang sepadan dengan kebutuhan ini.

4. Percaya pada anak.

Ini adalah proses yang panjang dan tidak selalu mudah. Jika kita sudah menanamkan, mencontohkan, dan mendampingi anak untuk memegang nilai-nilai kebaikan, yakin Allah akan menjaganya. Beri anak kepercayaan agar ia mampu menjaga diri sendiri sesuai nilai yang kita yakini.

5. Memperkuat hubungan.

Perbanyak aktivitas bersama yang menyenangkan. Lebih banyak mendengarkan anak saat ngobrol. Bangun kedekatan dengan mencari kesamaan. Jadilah seseru teman-teman.

6. Mendukung hubungan yang lain.

Ambil tindakan untuk mengurangi hubungan anak dengan teman yang buruk. Temukan dan atur situasi agar anak bertemu dengan teman yang baik.

7. Menjadwalkan konseling.

Jangan ragu mengajak anak berkonsultasi jika merasa sudah kesulitan menangani masalah anak.

8. Menyediakan struktur dan batasan.

Tetapkan jadwal sealami mungkin untuk membatasi kesempatan anak berhubungan dengan temannya yang buruk. Jadwalkan lebih banyak bepergian bersama keluarga. Orang tua harus tegas jika anak sudah memperlihatkan perilaku antisosial (kekerasan atau pelanggaran hukum lainnya).

9. Membuat jarak.

Pisahkan anak dengan teman atau lingkungan buruk tersebut jika sudah berisiko besar menjerumuskan anak dalam perilaku antisosial. Pemisahan ini sendiri hakikatnya belum menyelesaikan masalah utama yaitu lemahnya kemampuan menolak pengaruh buruk, yang harus dikuatkan kembali pada diri anak.

_Jika teman yang buruk itu ada, pertanyaannya, sudahkah kita membekali anak dengan kemampuan menolak pengaruh buruk dari temannya?_

Thursday 11 October 2018

Mempersiapkan Si Sulung Memasuki Masa Pra Baligh


Seusai pertemuan Bunsay bulan ini, saya kembali tersadar bahwa Si Sulung sudah beranjak memasuki masa pra baligh. Usianya 8 tahun. Jika masa baligh perempuan bisa dimulai usia 9 tahun, artinya waktu untuk mempersiapkan Si Sulung sudah sangat mepet.

Saya pun berdiskusi dengan suami tentang Si Sulung. Terutama aqidah, akhlak, dan ibadahnya. Kami merasa masih banyak sekali PR yang harus dituntaskan. Sepertinya kami belum optimal memenuhi hak Si Sulung untuk dibina dengan baik.


Kami lalu membuat semacam evaluasi dan rencana persiapan pra baligh untuk Si Sulung. Kami mulai mendata kelebihan dan kekurangan Si Sulung dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlak.

Selain merumuskan program di rumah, kami juga menemui wali kelas Si Sulung di sekolah. Kami meyakini nilai yang kami tanamkan di rumah teruji betul dalam interaksi Si Sulung di sekolah. Kami ingin tahu seperti apa anak kami saat berada jauh dari pandangan orangtuanya.

Setelah data terkumpul, kami pun merumuskan beberapa skala prioritas terhadap Si Sulung, diantaranya:

1. Memperbanyak interaksi dengan ayah dan ibu agar Si Sulung tetap nyaman untuk terbuka dan bertanya apa saja

2. Memperbaiki rutinitas sholat subuh (bangun masih kesiangan)

3. Menguatkan kembali kebiasaan baik untuk mengaji dan menghafal di rumah

4. Mengkhususkan waktu personal untuk bicara tentang persiapan masa baligh, terutama perihal menjaga aurat dan akhlak

Semoga kami dapat memberikan yang terbaik untuk mempersiapkan Si Sulung memasuki masa baligh nya..aamiin.

#ibuprofesional
#bunsay
#level11

Konsep Gender dalam Islam (2)


Mempelajari fitrah seksualitas membuat saya mencermati kembali konsep gender dalam Islam. Salah satunya melalui riwayat berikut ini, yang saya ambil dari muslimah.or.id:

Asma’ radhiallahu ‘anha adalah termasuk shahabiyah Anshar yang pertama masuk Islam, keilmuannya sangat luas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr bahwa Asma’ adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus agamanya.
Asma’ ikut aktif mendengar hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sering bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia paham urusan agama. Oleh karena itu, ia menjadi ahli hadits yang mulia, sehingga mendapat julukan “juru bicara wanita”.
Asma’ dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
Suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku.

Sesungguhnya Allah mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepada Anda dan membai’at Anda. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki dan kami adalah tempat menyalurkan syahwatnya. Kamilah yang mengandung anak-anak mereka.
Akan tetapi kaum laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak mereka. Maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya, Rasulullah!”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu, bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.”

Maka kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim)
Bagi saya, riwayat ini menjelaskan konsep gender dalam Islam, sesuai kondisi zaman pada saat itu. Asma' mempertanyakan apakah ada kesetaraan ganjaran bagi kaum perempuan atas perannya yang dominan berada di rumah saja.
Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam menunjukkan apresiasi terhadap pertanyaan Asma' dengan bertanya pada jamaah yang sedang menyimak majelis tersebut: Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?


Selanjutnya Rasulullah menyampaikan jawaban yang membuat Asma' bertahlil dan bertakbir tanda setuju serta puas hati. Rasulullah menyebutkan bahwa pahala bagi seorang istri yang bersungguh-sungguh menyenangkan suaminya hingga ridho padanya adalah sebanding dengan besarnya pahala suami yang berjihad di jalan Allah.


Dalam hadits ini tersirat sebuah pesan bahwa peran yang dijalani istri di rumah bukanlah peran yang remeh. Justru peran tersebut adalah peran penting karena dapat menentukan keberhasilan seorang suami di medan amal ketika keluar dari rumah.
Maka Allah tidak menyepelekan ganjaran untuk peran tersebut, melainkan memberikan pahala yang sebanding dengan besarnya pahala suami yang berjihad di luar rumah.

Inilah konsep gender dalam Islam. Lelaki sebagai penanggung jawab dunia akhirat sebuah keluarga, penopang nafkah lahir batin, pejuang yang berlaga langsung berhadapan dengan dunia luar.
Sementara perempuan sebagai pengelola rumah tangga, madrasah bagi anak-anaknya, tokoh di belakang layar yang memberikan dukungan penuh lahir batin bagi kesuksesan semua anggota keluarga.

Lelaki dan perempuan diciptakan Allah dengan peran unik yang sama mulianya. Peran dengan konsekuensi masing-masing yang sama-sama berpeluang untuk menggiring pelakunya ke pintu surga. Setara kesempatannya untuk sama-sama meraih ridho Allah Sang Pencipta.
Semoga Allah mengizinkan anak-anak kita ridho dan mampu menjalankan peran sesuai fitrah penciptaan mereka. Aamiin.

#bunsay
#ibuprofesional
#level11

Wednesday 10 October 2018

Anak Shalihah Menuju Ibu Shalihah


Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam bersabda; "Ada tiga hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya: 1. Dipilihkan ibu yang shalihah, 2. Diberi nama yang baik, 3. Diajarkan kepadanya Al Qur'an".

Bicara fitrah seksualitas perempuan berarti menyiapkan mereka menjadi sebaik-baik pendidik dalam keluarga. Sebab peran utama seorang perempuan adalah menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Tentu tanpa mengesampingkan peran ayah sebagai kepala sekolah, penanggung jawab utama dalam keluarga.

Saya mengutip pernyataan Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid dalam bukunya Cara Nabi Mendidik Anak:

Keberadaan seorang ibu shalihah sangat diperlukan. Seorang ayah yang shalih tidak akan mampu sendirian mengamankan bentengnya. Keduanya harus bersama-sama menjaga putra putri mereka. Sejumlah kaum lelaki dikerahkan untuk membangun masyarakat Islami akan sia-sia jika tidak mengikutsertakan wanitanya. Karena merekalah para penjaga tunas masa depan (generasi).

Peran sebagai ibu adalah kemuliaan yang membuat derajat seorang perempuan tiga kali lebih utama untuk mendapatkan bakti anak, dibandingkan peran seorang ayah.

Bahkan dipilihkan calon ibu yang baik adalah hak bagi seorang anak sejak sebelum ia dilahirkan dalam sebuah keluarga. Itulah mengapa parenting dalam Islam selalu dimulai dengan bahasan pra nikah. Dan bahasan pra nikah selalu dimulai dengan memilih pasangan yang baik agamanya.

Berdasarkan berbagai referensi  yang pernah saya dengar  dan baca, saya merumuskan beberapa poin dalam mempersiapkan anak perempuan menjalankan peran ibu dengan sebaik-baiknya. Poin-poin ini juga sudah berusaha saya jalankan terus di rumah:

1. Menumbuhkan fitrah keimanan (tauhid)
Ini adalah poin utama sesuai tujuan penciptaan manusia. Seorang ibu yang baik tentulah harus mengenal Tuhannya sedini mungkin. Proses ini sudah dimulai dalam kandungan. Di usia kehamilan empat bulan, janin sudah bisa mendengar. Memperdengarkan Alquran adalah cara terbaik untuk memulai proses menumbuhkan fitrah keimanan.

2. Mengajarkan anak mengenal kekhasannya sebagai perempuan

Bisa hamil, melahirkan, menyusui adalah tiga keajaiban istimewa yang hanya dikaruniakan Allah untuk perempuan. Melalui cerita dan pengamatan langsung, anak perempuan belajar dari ibunya tentang tiga keajaiban tersebut. Jika ibu terlihat menjalani tiga hal ini dengan sukacita, anak perempuan pun akan memiliki pandangan positif tentang peran ini. Sebaliknya, jika sang ibu menjalani dengan penuh duka, keluh kesah, bahkan kemarahan, bisa jadi anak perempuan akan memandang peran ini secara negatif.

3. Memfasilitasi rasa ingin tahu dan fitrah belajar anak

Kecerdasan seorang ibu berpengaruh dominan terhadap kecerdasan anak. Jika sejak kecil anak perempuan sudah difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, insyaallah ia akan tumbuh menjadi ibu cerdas yang berdaya guna. Islam sangat menyadari ini sehingga mewajibkan pemeluknya baik lelaki dan perempuan, untuk menuntut ilmu.

4. Mengembangkan adab dan akhlak mulia

Sebaik-baik hamba adalah yang paling baik akhlaknya. Fitrah kebaikan sudah Allah instalkan dalam diri setiap manusia sejak lahir. Tinggal bagaimana orangtua mengaktifkan fitur tersebut.

Pada anak perempuan, adab yang utama untuk diajarkan adalah rasa malu dan kelembutan. Sebab dengan rasa malu ia akan mampu melindungi keindahan fisiknya agar tak mengundang syahwat lawan jenis. Sedangkan kelembutan adalah bekal utama untuk menjalankan peran sebagai pendidik anak-anak.

Dua adab ini tidak menghalangi anak perempuan untuk tetap tampil di depan publik sebagai sosok pemberani dan tegas. Justru akan menjadi pondasi yang kokoh agar tetap menjaga jati diri sebagai muslimah di manapun berada dan peran apapun yang sedang dijalani.

5. Memberi kesempatan anak perempuan berlatih menjalankan peran sebagai ibu

Libatkan anak sedini mungkin untuk mengurus adik dan tugas rumahtangga. Ajak anak belajar bersama untuk menjadi guru di keluarga. Bagaimana membimbing adiknya belajar makan, ganti baju, hingga membaca Alquran. Jika belum ada adik, anak dapat berlatih dengan kerabat atau teman yang lebih muda.

Selebihnya, tetaplah menjadi teman bagi anak perempuan kita. Tempat terpercaya untuk berbagi rahasia dan sosok asyik diajak seru-seruan bersama. Jangan lupa bebaskan anak menikmati masa kecilnya dengan bermain dan mengeksplorasi lingkungan seluas-luasnya, dengan tetap menjaga rambu-rambu agama.

Wallahu alam bishshawab.

#bunsay
#ibuprofesional
#tantangan10hari

Tuesday 9 October 2018

Konsep Kesetaraan dalam Islam


Tafsir QS AnNisaa: 34

"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.

Sebab itu, maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak menyakitkan, tidak melukai,  tidak meninggalkan bekas).

Tetapi jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh Allah Mahatinggi, Mahabesar" (QS AnNisaa: 34).

Menurut saya, inilah salah satu ayat yang menjelaskan peran gender dalam Islam. Lelaki atau suami berperan sebagai pemimpin. Kewajiban mereka adalah bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan dan kesejahteraan dunia akhirat keluarganya. Karena besarnya tanggung jawab ini, maka lelaki disebut memiliki keutamaan dalam jiwanya dibandingkan perempuan.

Mungkin jika dianalogikan dalam sebuah kapal, ada keutamaan untuk kapten dibandingkan anak buah kapal. Keutamaan ini disebabkan tanggung jawabnya yang besar untuk memelihara keselamatan seluruh awak kapal dan memimpin perjalanan sampai ke tujuan.

Dalam keutamaan tersebut ada kewenangan yang lebih pada kapten dibandingkan anak buah kapal. Misalnya kewenangan untuk mengambil keputusan, mengatur tugas anak buah, yang semua itu harus ditaati dengan baik agar perjalanan aman terkendali.

Karena keutamaan tersebut pula, seorang kapten semestinya memiliki kapasitas yang mumpuni untuk memimpin. Inilah tanggung jawab besar bagi orang tua yang memiliki anak laki-laki.

Sementara perempuan atau istri, wajib menaati suaminya selama dalam ketaatan pada Allah, agar peran kepemimpinan itu terlaksana dengan baik. Maka perintah untuk taat pada suami itu sesungguhnya sangat wajar, tidak berlebihan atau mengekang.

Kita kembali pada analogi kapal. Bayangkan apa yang terjadi jika anak buahnya tidak menaati perintah sang kapten. Apa yang terjadi jika anak buah merasa lebih tahu dan bertindak sesuka hati tanpa seizin kapten. Perjalanan bisa terhambat bahkan mungkin membahayakan keselamatan seluruh penumpang.

Inilah tugas orang tua yang memiliki anak perempuan. Mendidik mereka agar mampu menjalankan peran sebagai istri yang sigap, taat, dan lapang hati menerima kepemimpinan suami.

Lalu bagaimana jika sang kapten ternyata tidak mumpuni dalam memimpin perjalanan? Tentu saja anak buah kapal memiliki hak untuk memberi masukan, tetapi dengan tidak melampaui kewenangan sang kapten sebagai pemimpin perjalanan.

Bagaimana jika sang kapten ternyata membahayakan keselamatan penumpang? Maka di situlah ada pintu darurat bernama perceraian. Tentu keputusan ini melalui tahapan perbaikan yang panjang sebelumnya, dan memerlukan kajian khusus dari para ahli untuk membahasnya.

Saya membaca tafsir Ibnu Katsir tentang arti surat An-nisa ayat 34. Hal yang menarik adalah penjelasan tentang nusyuz. Dalam tafsir ini nusyuz didefinisikan sebagai wanita yang merasa lebih tinggi di atas suaminya dengan meninggalkan perintahnya, berpaling dan membencinya.

Jika tanda-tanda nusyuz muncul, suami diminta untuk menasehati, memisahkan ranjang di dalam rumah atau tidak berbicara maupun bercengkrama, dan boleh memukulnya jika belum juga menunjukkan perbaikan sikap.

Kebolehan memukul ini dilakukan dengan syarat tidak melukai, tidak meninggalkan bekas sedikitpun, tidak menyakiti. Syarat ini disebutkan dalam Shahih Muslim sesuai sabda Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam dalam haji Wada'. Hal ini yang mendasari penjelasan Ibnu Abbas dan ulama-ulama lainnya tentang kebolehan memukul.

Jika kita bayangkan, memukul yang tidak menyakiti, tidak melukai, tidak meninggalkan bekas itu tentu bukanlah sebuah bentuk kekerasan. Pemukulan seperti ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang dalam kondisi emosi tak terkendali. Pemukulan yang dilakukan membabi buta dalam keadaan emosi pasti meninggalkan bekas, menyakiti, dan melukai.

Pemukulan tanpa bekas, tanpa luka, tanpa rasa sakit, hanya dapat dilakukan oleh orang yang berada dalam kondisi emosi stabil. Penuh sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk pendidikan. Tahap akhir dari proses panjang menasihati sampai mendiamkan karena istri tak menunjukkan itikad baik sama sekali. Bukan tahap awal untuk menegur istri, apalagi intimidasi agar ditaati.

Jika setelah tahap akhir ini tidak ada perbaikan, maka pintu darurat dapat digunakan untuk menghindari kemudharatan. Perceraian sungguh dibolehkan, jika di dalamnya lebih banyak kemaslahatan bagi semua pihak. Tidak ada kekerasan yang dibenarkan hanya karena istri dianggap sudah tidak bisa taat pada suami.

Jelaslah dalam Islam tidak diperbolehkan menyakiti istri dengan alasan nusyuz. Apalagi Allah menutup ayat ini dengan pesan yang indah untuk para suami: jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.

Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan arti ayat ini adalah ancaman untuk laki-laki jika mereka berbuat zalim pada istri, Allah yang Mahatinggi lagi Mahabesar akan menjaga para istri ini dan menghukum orang yang menzaliminya.

Maka terang benderang lah konsep kesetaraan dalam Islam. Kesetaraan yang tidak melanggar kodrat penciptaan lelaki dan perempuan.


Allah menyetarakan lelaki dan perempuan dengan keunikan perannya masing-masing. Memberi kasih sayang dan kesempatan yang sama untuk meraih taqwa, menempati derajat mulia di sisiNya sesuai hak dan kewajiban masing-masing. Wallahu alam bishshawab.

#bunsay
#ibuprofesional
#tantangan10hari
#fitrah seksualitas

Friday 5 October 2018

Hikmah Kekeliruan Si Udin

Hari Kamis kemarin ada kejadian menggemparkan di Taman Baca Tidore. Saat saya sedang sibuk mengajari baca iqro, seperti biasa anak-anak lain yang sudah selesai baca dan nulis boleh main. Beberapa anak main di halaman belakang rumah.

Tiba-tiba dari tempat duduk saya menyaksikan seorang anak, sebut saja namanya Udin usia 4 tahun, dengan santainya buka celana lalu..piiiisss..pipis di halaman belakang rumah saya :0

Mau dekati dan tegur, saya sedang mengajar. Samar saya dengar anak yang lebih tua menegur, tapi Udin tak peduli. Asyik meneruskan pipisnya.

Setelah Udin masuk, segera saya suruh ia cebok ke kamar kecil. Tak lupa mengingatkan Udin bahwa buang air kecil hanya boleh di kamar mandi.

Kejadian ini disaksikan di Tengah dan si Bungsu. Malam hari sebelum tidur sengaja membahas kejadian tersebut dengan ketiga bidadari.

Saya bertanya apa pendapat mereka tentang perbuatan Udin. Mereka kompak menjawab hal tersebut tidak baik. Saya tanya mengapa perbuatan tersebut tidak baik? Ketiga bidadari sudah bisa memberi berbagai alasan. Malu, jorok, gak sopan, kata mereka. Barulah saya masuk ke bahasan aurat dan kesehatan. Alhamdulillah peristiwa menggemparkan itu bisa jadi sarana kami belajar kembali.

#bunsay
#ibu profesional


Tuesday 2 October 2018

Review Fitrah Seksualitas buku Fitrah Based Education


Meskipun istilah fitrah seksualitas baru saya kenal setelah membaca dan mengikuti seminar Fitrah Based Education (FBE), namun buku FBE sendiri tidak memuat banyak penjelasan tentang istilah tersebut.

Dalam buku FBE bagian fitrah seksualitas hanya terdiri dari 4 halaman saja, yaitu:

- satu halaman tulisan berjudul Fitrah Gender atau Fitrsh Seksualitas
- dua halaman tulisan berjudul Apakah Gay dan Lesbi dilahirkan?
- satu halaman tulisan berjudul Fitrah Peran Ayah vs Fitrah Peran Bunda



Saya sepakat dengan isi keempat halaman ini. Meskipun yang perlu diperdalam lagi adalah bagaimana memahami konsep fitrah peran gender tanpa terjebak dengan budaya tradisional.

Sebagai muslim, tentu saja standar yang saya pakai adalah Alquran dan Sunnah. Islam sudah menyetarakan lelaki dan perempuan dengan hak kewajiban serta peran unik masing-masing.

Dalam Islam, lelaki adalah pemimpin sebuah keluarga. Ia wajib menafkahi dan mendidik keluarga, melindungi dari api neraka. Karenanya, lelaki wajib ditaati selama tidak memerintahkan maksiat.

Sementara perempuan adalah pemimpin dalam kerumahtanggaan. Ia wajib menjaga diri dan harta suami, serta membimbing anak-anak. Karenanya, perempuan wajib menjadi cerdas untuk mengelola rumah tangga.

Kedua peran ini bersinergi, tidak ada yang lebih baik atau lebih mulia. Ini yang harus dipahami dan dilihat anak dari keseharian orang tuanya.

Untuk sampai pada pemahaman ini, benar sekali bahwa anak harus dekat dengan kedua orangtuanya. Tidak ada kedekatan dominan pada salah satu saja.

Di keluarga kami, Alhamdulillah kedekatan yang seimbang ini sudah terlihat. Saya bersyukur anak-anak sering bermain, bercerita, dan terlibat dalam suatu kegiatan bersama ayahnya. Mereka juga menyaksikan bagaimana ayahnya turun tangan dalam urusan domestik untuk membantu saya.
Semoga hal ini bisa terus berlanjut dan berkembang menjadi pemahaman fitrah seksualitas yang baik bagi ketiga anak saya.


#bunsay
#ibuprofesional
#fitrah seksualitas
#tantangan10hari

Thursday 27 September 2018

Resume Kajian Parenting Ust Bendri, copas dari WA

Rangkuman Forum Usroh
Ahad, 23 September 2018
Masjid Al Falah, Cipayung dan Masjid Nurul Amal, Pasar Minggu

Tema: Dunia Ini Keras, Nak! (Kiat dampingi anak agar tidak cengeng)

Fasilitator: Ustadz Bendri Jaisyurrahman
Notulis: Aldiles Delta Asmara

Perseteruan antara haq dan bathil memang diciptakan untuk manusia. Karena haq dan bathil merupakan pertentangan, jangan sampai kita menjadi manusia yang lemah dan menjadi generasi cengeng. Maka konsep dasar pengasuhan mendidik anak menjadi tangguh merupakan hal mutlak agar anak tidak cengeng.

Cengeng bukan berarti suka menangis. Sebab menangis adalah kelembutan hati. Anak-anak usia di bawah 7 tahun sering menangis bukan karena mereka cengeng tetapi karena memang hati mereka lembut. Seperti halnya Abu Bakar yang selalu menangis tiap mendengar ayat Al Qur'an. Begitupun dengan Umar bin Khatab, mudah menangis bahkan hingga pingsan saat mendengar surat At-Thur. Dan para shalafus sholeh lainnya yang digambarkan sebagai orang yang mudah menangis. Hal ini menunjukkan jiwa yang lembut.

Lalu apa yang membedakan dengan cengeng? Cengeng adalah bentuk kelemahan jiwa. Cirinya ketika anak putus asa, kabur dari masalah, tidak bertanggung jawab, memilih zona nyaman. Maka tugas kita adalah membedakan antara hati yang lembut dengan jiwa yang lemah atau cengeng ini. Sebab saat anak menangis dan kita langsung memberi cap cengeng, maka kita merusak salah satu potensi dasar yang merupakan fitrah anak, yaitu sifat empati. Anak-anak yang sejak kecil dilarang menangis karena dianggap cengeng, saat menikah akan menjadi suami yang tidak peka terhadap perasaan istrinya.

Bagaimana mendidik anak menjadi tangguh? Syarat ketangguhan yang utama adalah ketika bisa melewati segala kesulitan. Allah memberi contoh dalam surat Yusuf. Para ibu hamil sering diminta untuk membaca surat Yusuf, menurut beberapa ulama karena kita diminta membaca kisah terbaik. Yaitu kisah Yusuf, kisah seorang hamba yang Allah uji dengan ketangguhan saat melewati masa sulit.

Masa sulit yang Yusuf alami terjadi di usia pubertas. Usia 7 tahun dijatuhkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya yang hasad. Kemudian ditolong dan menjadi seorang budak. Namun setelah menjadi budak Yusuf dijebloskan ke dalam penjara.

Usia penderitaan Yusuf yaitu di rentang usia 7 -19 tahun. Dalam rentang usia tersebut hidup Yusuf amat diuji. Namun ujian ini tak membuat Yusuf stres. Inilah bentuk ketangguhan Yusuf, ujian paling berat bagi anak yang tangguh adalah melewati fase kesulitan dengan sabar.

Menciptakan seorang anak tangguh seperti Yusuf membutuhkan proses. Maka orang tua harus mencetak anak yang tangguh melewati ujian kesulitan dengan kesabaran.

Apa yang harus orangtua lakukan di usia 0-7 tahun anak?

3 unsur asupan agar anak tangguh versi nabi Yaqub:

1. Akal, fasilitasi anak agar banyak berpikir. Akal harus diberi asupan agar tidak mengalami kelumpuhan. Asupan otak berupa, membaca, berpikir, diskusi, dan lain-lain.
2. Jasad. Asupan jasad seperti makanan, minuman, dan suplemen tubuh (jika dibutuhkan) tidur yang cukup dan olahraga.
3. Ruh

3 unsur inilah yang wajib dipenuhi orangtua untuk mencetak generasi tangguh. Dua unsur pertama selalu orangtua berikan dengan maksimal, namun banyak orangtua lupa memenuhi asupan untuk unsur terakhir. Padahal ruhani adalah sumber kekuatan asli dari seorang anak.

Yang membuat Yusuf kuat menghadapi segala ujian Allah adalah ruh yang kuat. Maka anak kita harus memiliki ruh yang kuat.

Pola mendidik anak tangguh adalah seimbangnya 3 unsur tersebut sejak kecil. Ruh hanya bisa hidup jika diberi unsur tauhid. Cirinya ketika anak mampu berkata "Sesungguhnya aku mengadukan keluh kesahku hanya kepada Allah." Q.S Yusuf:86

Sebab menggantungkan segala kehidupan kepada manusia adalah bentuk kerapuhan, dan jangan ajarkan anak bergantung pada kita sebagai orangtua, tetapi ajak anak agar bergantung hanya pada Allah.

Terpenuhinya asupan ruhiyah akan menanamkan tauhid, berujung pada anak-anak yang bergantung pada Allah.

Cara yang bisa orang tua lakukan:

1. Saat anak menangis, ajak anak untuk menceritakannya pada Allah.

2. Orang tua membiasakan berdoa di depan anak, hal ini juga dapat menguatkan tauhid anak. Seperti dicontohkan oleh Rosulullah yang berdoa di depan anak. Berdoa di depan anak merupakan ajaran tauhid. Memintalah hanya pada Allah.

3. Latih anak merasakan fase challenge zone, dimulai ketika masa penyapihan sang anak.
Pada 0-2 tahun anak berada di usia comfort zone. Cirinya orang tua harus menjaga zona nyamannya. Segera menyambut ketika anak menangis, memeluknya, dan lain-lain. Bahkan Rosulullah mempercepat sholat wajib ketika mendengar bayi menangis sebab Rosulullah tahu bahwa bayi tidak bisa menunggu.

Melewati 2 tahun anak sudah memasuki usia challenge zone, yaitu fase tangisan yang dibiarkan. Diawali oleh proses penyapihan. Kenalkan bahwa ASI setelah dua tahun bukan lagi kebutuhan tetapi hanya keinginan, maka ia akan belajar bahwa tidak semua keinginan bisa terpenuhi. Latihan ini akan membentuk otot sabar di masa depan.

Yang utama kenalkan tauhid saat proses penyapihan, bahwa ini adalah perintah Allah. Biarkan anak menangis agar ia tidak melulu berada dalam zona nyaman, yaitu ketika semua keinginannya terpenuhi.

Fasilitasi challenge zone ini lewat kehadiran ayah, sebab ayah adalah sosok yang mewakili dunia ketangguhan karena ayah mengetahui dunia luar. Harus ada figur lelaki dalam melatih anak agar tidak cengeng, maka peran ayah amat penting. Jika tidak ada ayah, sosok lelaki bisa digantikan oleh kakek, atau paman, atau guru laki-laki.

4. Latih anak untuk mengurus dirinya sendiri. Seperti nabi Yaqub yang memberi tugas kepada masing-masing anaknya termasuk Yusuf. Di usia Yusuf yang masih 5 tahun, ia sudah bertugas untuk melayani ayahnya, menyiapkan makan untuknya dan membersihkan rumah.

Bersambung...

Instagram: @langkahkitaid
Grup Facebook: Forum Usroh (For Us)
www.langkahkita.id
#forumusroh

Tetap Romantis Saat Krisis-FB Yunda Fitrian

Tetap Romantis Saat Krisis

Ada kalanya sepasang suami istri diterjang badai krisis dalam rumahtangga. Baik itu krisis keuangan (kantong kempes), maupun krisis waktu (sibuk semua atau gak memungkinkan buat keluar berdua aja karena harus jaga anak).

Kondisi boleh krisis, tapi cinta jangan sampai tiris. Momen-momen romantis ibarat oksigen yang membuat api cinta mampu terus membara. Ini penting untuk saling menguatkan saat melewati krisis itu sendiri.

Maka momen romantis itu layak diusahakan. Jangan kalah sama yang masih pacar-pacaran.
Secara ini cinta-cintaannya udah halal mak, masak dianggurin😛

Tetap romantis di saat krisis, bisa banget. Coba deh yang di bawah ini:

❤ nonton film favorit

Ga ada waktu ke bioskop? Nonton di laptop atau hape pun jadi!
Kalo adanya cuma tipi jadul ya gapapa, nonton aja tayangan seru sesuai selera bersama.

Karena dalam kamus orang jatuh cinta yang penting bukan dimana atau apa yang ditonton, tapi *siapa* yang nemenin nonton 😍😍

❤ makan jajanan bareng

Lagi bokek tanggal tua? Seduh ind*mie aja nikmatnya luar biasa😋😋

Makan berdua tengah malem nunggu bocah pules, matiin lampu nyalain lilin biar berasa candle light dinner😝

❤ lihat-lihat album foto

Saya selalu ketawa lihat foto masa single suami. Kok bisa ya cowok cungkring berambut jigrak gini jadi jodoh saya 🤣🤣

Lihat foto-foto akad nikah, atau foto apapun pasti bikin kita mengenang banyak kisah, tersadar sudah banyak suka duka yang berhasil dilalui bersama😘

❤ main congklak, kartu, bulutangkis, atau mainan bocah yg seru.

Rasakan sensasi riang ala anak-anak dalam bermain. Nikmatilah tawa bersama selagi bisa.

Karena bagi orang yang jatuh cinta, tidak penting apapun kegiatannya, yang penting *siapa* yang berada bersamanya #eeeaa.

❤ masak bareng

Inget gak adegan Rangga n Cinta masak bareng di AADC jaman old? So swit bingit😘

Coba donk di rumah..masak nasgor bareng gitu. Pasti deh api cinta membara kembali bagaikan api di kompor dapur #lebay😂

Abis itu makannya suap-suapan, jangan lupa nyuci piringnya juga barengan 😛

❤ berkebun bareng

Bagi yang punya tanaman di rumah, ngurus tanaman berdua bisa jadi sarana rekreasi lho. Tuh lihat, bunga-bunga cinta bermekaran lagi deeh😝🌹🌺🌸💐

Bagi yang gak punya tanaman, nyabut rumput bersama pun jadi. Daripada mantengin rumput tetangga #ehh.

❤ beberes bareng

Percaya deh, suami bisa lebih terlihat ganteng dan keker saat sedang bantu istri cuci piring atau ngepel! Buktikan sendiri, lihat mata istri berbinar menyaksikan super hero beraksi😍

Beberes bareng bikin percik-percik cinta menyala melihat pasangan kita mau capek sama-sama demi rumah nyaman untuk semua.


❤ Karaokean berdua

Gak perlu ke tempat karaoke di luar kok. Pake earphone, pantengin laptop terus nyanyi bareng lagu-lagu kesukaan berdua. Uhuuuy😋

❤ bobo pegangan tangan sambil nostalgia masa bahagia

Kenang deh gimana kita pertama kenal pasangan, atau momen malam pertama yang serba kikuk. Omongin apapun yang bikin ketawa bareng mengenang masa lugu berdua. Obat ampuh untuk merasakan cinta menghangat kembali dalam jiwa❤❤

Baiklah, sekian berbagi ide tetap romantis di saat krisis, semoga bisa mencerahkan akhir pekan bersama bagi yg sedang krisis💪🏻💪🏻😍😍

*Tulisan lainnya tentang perbuatan kecil yang bikin cinta makin besar ada di http://jejakyundafitrian.blogspot.com/2018/04/kecil-kecil-cabe-rawit.html?m=1

http://jejakyundafitrian.blogspot.com/2018/03/malas-ngobrol-dengan-pasangan-ini-6.html?m=1

Wednesday 26 September 2018

Resume Kelompok 3 Presentasi Fitrah Seksualitas

Inilah kelompok kami. Presentasinya hampir sama dengan kelompok dua. Hanya ada sedikit tambahan. Selain itu di sesi presentasi kami terjadi chaos karena anak-anak gagal fokus mendekati laptop yang memutar video presentasi bergambar kartun. Emak-emak pun gagal fokus karena beredarnya makanan enak : D

Berikut rangkuman presentasi kelompok kami:

Fitrah Seksualitas


What?

Bagaimana seseorang merasa, berpikir, berperilaku sebagai lelaki sejati atau perempuan sejati sesuai *jenis kelamin* yang diciptakan Tuhan.


Why?
Fitrah Seksualitas yang sudah Allah instalkan harus berjalan sesuai kehendakNya agar kehidupan di muka bumi harmoni dan lestari

When?

Fitrah Seksualitas dikembangkan sedini mungkin. Sejak usia 3 th anak sudah harus mampu mengidentifikasi diri sesuai jenis kelaminnya.

Who?
Pihak yang bertanggungJawab penuh untuk mengembangkan Fitrah Seksualitas pertama dan utama adalah orangtua.


Where?

Dilakukan sejak dini dalam keluarga

How?

💎 membangun kelekatan dengan anak sejak dalam kandungan

💎 mengenalkan konsep aurat, mahram, dan adab bergaul dengan lawan jenis

💎membangun komunikasi positif dalam keluarga

💎orangtua lebih banyak mendengarkan dan menjadi tempat curhat pertama anak

Tantangan kekinian:

✖Propaganda lgbt
✖Fenomena fatherless country

Tahapan pengembangan fitrah seksualitas berdasarkan usia:

0-2 tahun melalui proses menyusui

2-6 tahun melalui bermain peran, cerita, imaji positif tentang peran lelaki dan perempuan. Sudah mulai juga dikenalkan konsep aurat (sentuhan boleh dan tidak boleh).

7-10 tahun latihan menjalankan syariat adab bergaul dg lawan jenis, masih dalam bimbingan ortu utk mengeksplorasi diri

11-14 penguatan prinsip dan praktek syariat di masa baligh, anak sudah paham serta menjalankan kewajiban penuh sesuai syariat dalam hal menjaga aurat, bergaul dengan lawan jenis (konsep mahram)

Tidak ada diskusi lanjutan di presentasi kami karena semua sudah galfok :D Anyway terimakasih Mbak Fifi yang sudah memberdayakan anaknya untuk buat video presentasi kelompok kami ;)

#bunsay
#ibu profesional
#level 11

Resume Kelompok 2 Fitrah Seksualitas

Resume Kelompok 2 Fitrah Seksualitas

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.


Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya dan sudah harus memastikan identitas seksualitasnya di usia 3 tahun.

Usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, anak perempuan pada ibunya.

Usia 10 - 14 tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas masuk masa baligh, untuk menuju kedewasaan dan pepersiapan pernikahan. Anak didekatkan dengan orangtua yang berbeda jenis kelaminnya.

Usia di atas 15 tahun anak sudah siap menjalankan peran sebagai khalifah di bumi dengan potensi uniknya masing-masing.

Diskusi di sesi ini cukup panjang dan seru, ketika Mbak Sari dari kelompok satu bertanya bagaimana sikap kita jika di usia 15 tahun anak kita merasa siap lahir batin dan minta menikah?
Setelah mengungkapkan pendapat pribadi kelompok dua yang sepertinya belum dapat tersetujui oleh kelompok satu, Mbak Nani menengahi. Menurut beliau, jika kembali pada tahapan fitrah based education, di usia tersebut anak memang seharusnya sudah siap menjalankan peran sebagai orang dewasa termasuk menikah.

Kesimpulan ini didukung oleh Mbak Sari dari kelompok satu dengan penjelasan yang cukup membuka mata saya pribadi. Beliau menyatakan bahwa kita selama ini berkiblat ke barat, sehingga melihat anak usia belasan sebagai manusia labil. Padahal itu karena di dunia barat anak memang sejak awal hanya dibebaskan tanpa diberi pijakan kokoh untuk pengembangan firrahnya. Sementara dalam Islam, kita sebetulnya sudah diberi tuntunan lengkap untuk mendidik anak hingga ia siap lepas landas di usia 15 tahun sesuai tahapan FBE.Menurut Mbak Sari ia pun termasuk yang menunda pernikahan karena merasa mental belum siap padahal usia sudah cukup.
Mbak Widhya dari kelompok satu juga menyebutkan fenomena baligh yang jauh dari akil kar ena bentukan budaya terjadi pula di Indonesia. Contohnya kami para emak yang usia sudah entah berapa tapi masih suka ngambek sama suami :D Begitulah, jadi memang cukup seru diskusi setelah presentasi kelompok dua ini.

Saya pribadi setuju memang masyarakat kita masih memperpanjang ketidakmatangan seseorang. Misalnya dengan kebiasaan menyuplai finansial anak hingga selesai pendidikan tinggi bahkan hingga menikah. Mungkin Itu bentuk kasih sayang tapi sejatinya kurang memandirikan. Masih banyak memang pr agar generasi kita kembali terdidik fitrahnya. Mari terus belajar, beramal, dan berdoa mohon pertolonganNya :)

#bunsay
#level11
#ibu profesional

Tuesday 25 September 2018

Resume Presentasi Kelompok 1 Fitrah Seksualitas

Resume Presentasi Kelompok 1 Fitrah Seksualitas

Bicara Fitrah Seksualitas di Masa Puber dan Kaitannya dengan Budaya.

Presentasi kelompok ini unik, sebab sebelum melakukan presentasi, kelompok 1 melakukan roleplay. Kreatif :D

Roleplay ini menunjukkan dialog antara seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dengan ibunya. Anak ini bertanya ttg mimpi basah.

Saat anak bertanya, sang ibu terlihat berusaha menanggapi dengan wajar. Tidak menunjukkan kekagetan atau kecurigaan mengapa anaknya bertanya sesuatu yang biasanya dianggap tabu. Memang seperti ini yang semestinya terjadi dalam dialog menyangkut fitrah seksualitas. Tidak dijadikan hal yang seolah harus dihindari untuk dijelaskan dengan gamblang.

Sang ibu kemudian menjelaskan dg bahasa yg mudah dimengerti. Ibu berkata bahwa mimpi basah adalah keadaan ketika seorang anak lelaki bermimpi berdekatan dengan perempuan lalu saat bangun mengeluarkan cairan dari penisnya.

Tak lupa Ibu bertanya apakah si anak sudah mengalami seperti yang dijelaskan oleh ibunya tentang mimpi basah. Ibu juga menjelaskan konsekuensi mimpi basah artinya anak beranjak dewasa, sudah wajib melakukan kewajiban agama. Ibu menyarankan anak agar lebih banyak bicara dengan ayah tentang apa yang harus dilakukan lelaki  saat sudah beranjak dewasa.

Selanjutnya kelompok mempresentasikan materi bahasan dimulai dari pengertian dan dampak masa pra remaja.

Usia pubertas perempuan dan laki2 berbeda. Perempuan mulai 8 th, lelaki 10 th.

Pada usia ini muncul keinginan untuk tampil beda, menunjukkan jati diri.

Pokok pendidikan seksualitas yg perlu ditumbuhkan antara lain:

Rasa malu terhadap aurat

Energi maskulinitas dan feminitas atau memahami peran lelaki dan perempuan sesuai syariat agama

Adab izin masuk ke kamar orangtua

Menjaga kebersihan alat kelamin

Adab bergaul dengan lawan jenis (menghindari ikhtilat, menjauhi khalwat)

Saat diskusi, tambahan dari peserta lain (yaitu saya) menyampaikan tentang konsep Fitrah Based Education yang mengoreksi istilah remaja menjadi pra baligh. Menurut FBE, dalam Islam tidak ada konsep remaja, yang ada hanya anak ( sebelum baligh) dan dewasa (setelah baligh). Masa transisi atau pra baligh tidak harus menjadi masa labil seperti yang digambarkan dalam konsep remaja ala Barat. Hal ini disepakati dan dijelaskan kembali oleh kelompok satu.

Salah satu isu dalam masyarakat kita saat ini adalah ketimpangan antara usia biologis dengan usia mental. Anak yang sudah baligh belum tumbuh menjadi akil. Bahkan fenomena yang sering dialami adalah orang dewasa masih berperilaku seperti anak-anak. Ini adalah PR kita semua di keluarga masing-masing dan lingkungan terdekat.

Kurang lebih itu yang saya tangkap dari presentasi kelompok satu. Kelompok emak kreatif nan cerdas :D

#bunsay
#ibuprofesional
#level11
#tantangan hari ke-1

Friday 21 September 2018

Mengikat Hati dengan Kisah Bermakna (Aliran Rasa T10)


Ada kalanya saya malas, gak mood, capek memenuhi permintaan anak-anak untuk mendongeng. Saya tolak permintaan mereka dengan berbagai alasan. Ada pula saatnya saya ogah-ogahan menceritakan dongeng yang sudah berulangkali mereka minta.

Saya menyesal tidak selalu sedia memenuhi permintaan mereka. Saya baru sadar menolak permintaan anak untuk bercerita sama artinya dengan membuang kesempatan untuk mengikat hati membangun kelekatan.

Saya lupa bahwa masa pertumbuhan mereka begitu cepat. Si Kakak yang sekarang berusia 8 tahun sudah sering ingin punya privasi tanpa keterlibatan saya. Barulah terasa bahwa kesempatan untuk didengarkan oleh anak sebetulnya tidak lama. Benar-benar singkat dan semestinya digunakan sebaik-baiknya.

Mengerjakan tantangan 10 hari ini membuat saya sadar akan kesempatan emas mengikat hati lewat bercerita. Kembali bersemangat berusaha meraih kesempatan itu dengan kisah-kisah bermakna. Semoga bisa istiqomah menderaskan makna lewat cerita.

#ibuprofesional
#bunsay
#level10

Tuesday 18 September 2018

P3KG ((Pertolongan Pertama Pada Kecanduan Gadget))

P3KG

((Pertolongan Pertama Pada Kecanduan Gadget))

Ciri anak kecanduan gadget:

📱lama waktu *main gadget* tiap harinya *bertambah* terus-menerus

📱marah, mengamuk saat gadget dikurangi porsinya atau diambil

📱hampir setiap saat minta gagdet, terutama saat bosan, kesal, sedih, bangun tidur, mau tidur, dan berbagai kesempatan lainnya

P3K untuk Kecanduan Gadget:

💊 Pengganti Kegiatan:

Siapkan *banyak pilihan* kegiatan lain saat kita menghentikan anak main gadget.

Pilih kegiatan pengganti yang *seru* buat anak. Tentu, seru bagi tiap anak itu berbeda. Bagi anak A main bola itu seru, bagi anak B belum tentu.

Di sinilah penting bagi orangtua untuk teliti mencermati anaknya sendiri. Meskipun demikian, umumnya anak merasa sebuah kegiatan itu seru jika:

🎉 melibatkan gerak tubuh dan seluruh indera untuk bekerja, misalnya main taplak gunung/ dompu, main lompat tali, main petak umpet, dll.

🎉 mengajak anak berimajinasi/  berkhayal, misalnya menonton pertunjukan dongeng dengan boneka tangan, bermain peran, bermain boneka kertas, dsb.

🎉membuat anak merasakan sensasi di tubuh, contohnya dengan bermain air, berayun-ayun, menginjak rumput tanpa alas kaki, dll.

🎉membuat anak mengeluarkan ide kreatifnya, misal dengan membuat prakarya mainan dari barang bekas, menggambar di atas pasir, membuat bentuk dari lilin mainan, dsb.

🎉 membangkitkan rasa bangga dan percaya pada kemampuan diri, contoh dengan mengajak anak menyiram bunga, mencuci piring, menjemur pakaian, dst.

Ciri anak merasakan keseruan dari sebuah kegiatan adalah *mata berbinar, tawa terdengar*.

Jadi, jika gadget menawarkan 101 keseruan di dunia maya, gantilah dengan 1001 keseruan di dunia nyata.

💊 Kurangi perlahan

Untuk menghindari amukan berlebihan karena kaget dengan peralihan dari gadget, ada baiknya orangtua *bermain cantik*. Caranya, lakukan pengalihan dengan *perlahan-lahan*.

Jika anak setiap hari bermain gadget, maka sebagai awalan *kurangi durasi* tiap bermain. Tadinya tiap pegang hp setengah jam, kurangi hanya boleh 15 menit.

Jika sudah lancar dilakukan selama sepekan, berikutnya buat *hari khusus* untuk main gadget. Misal hanya sabtu dan minggu, masing-masing 1 jam.

Berikan anak *penjelasan*  mengapa waktu main gadget dikurangi. Beri tahu dampak negatif gadget untuk kesehatan mata, tubuh, dan otak.

💊 KONSISTEN

Ini kunci. Katakan *tidak* dan terima konsekuensi. Anak teriak, ngamuk, kejer, apapun *biarkan dan tetap tenang*.

Pastikan anak tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain ketika tantrum.

Berikan saja ia waktu untuk ngamuk, kalau sudah lelah ia akan berhenti.

Jangan tunggu kerusakan parah pada tubuh dan perilaku anak akibat kecanduan gadget. Mari kendalikan gadget bukan DIKENDALIKAN gadget.

Saturday 15 September 2018

Resume Kulwap MEMPERSIAPKAN ANAK MASUK SEKOLAH🧒🏻👨🏻‍💼👩🏻‍🏫

👨🏻‍🏫🧕🏻👧🏻MEMPERSIAPKAN ANAK MASUK SEKOLAH🧒🏻👨🏻‍💼👩🏻‍🏫
Oleh Yunda Fitrian
Diswap WAG Belajar Parenting, Jumat, 14 Juli 2018

Apa yang Anda rasakan jika suatu pagi tiba-tiba Anda berada di tempat yang tidak Anda kenal sama sekali? Anda tidak tahu mengapa bisa berada di situ, untuk berapa lama, dan akan bertemu siapa saja. Semua terasa asing dan penuh ketidakpastian.

Anda mungkin akan berusaha sekuat tenaga mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Jika usaha itu berhasil, Anda selamat. Jika tidak, Anda akan selalu dibayangi kecemasan.

Itulah perasaan yang akan dialami seorang anak di hari pertama masuk sekolah. Jika Anda sebagai orangtua tidak memberikan pendampingan yang tepat sebelumnya, anak bisa stress menghadapi lingkungan barunya. Apalagi jika ternyata anak Anda *belum matang* untuk memasuki dunia sekolah.

Kematangan anak masuk sekolah (dasar) tidak cukup diukur dengan kemampuan calistung. Begitu pula kebutuhan anak untuk masuk dunia sekolah (kelompok bermain, taman kanak-kanak dan sejenisnya) tidak cukup ditentukan hanya dengan rengekan berulang minta masuk sekolah.

Pada dasarnya, usia 0-7 tahun adalah masa pra latih yang menjadi tanggungjawab penuh orangtua di rumah. Ayah dan Ibu sebagai guru pertama yang menjadi perantara kelahiran mereka ke dunia membawa fitrah kebaikan dan amanah penciptaan.

Sekolah, terlebih di usia dini, hanyalah sarana tambahan yang kehadirannya membutuhkan berbagai pertimbangan. Bukan hanya kemampuan intelektual anak yang menjadi pertimbangannya, tetapi juga kemampuan fisik, bahasa, emosi, dan psikososial.

Kulwap kali ini tidak akan membahas kematangan anak masuk sekolah, karena bahasan tersebut membutuhkan waktu khusus. Kita akan fokus membahas cara _mempersiapkan anak masuk sekolah_. Tanpa berpanjang kata lagi, mari kita kunyah pelan-pelan hidangan inti menu kali ini 🍙🌮🥛🍯🥄🍌🥕🍅

*Tujuh Cara Mudah Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah*

1. Briefing is The King. 🤴🏻👸🏻


Briefing artinya penjelasan singkat. Dalam konteks anak, kata singkat ini maksudnya menyesuaikan dengan kemampuan anak mencerna.

Semua kecemasan berawal dari ketidakpastian. Begitu pula kesulitan, seringkali berasal dari ketidaktahuan. Karena itulah, memberi pengetahuan pada anak tentang situasi yang akan dihadapi di sekolah adalah hal paling penting.

Jelaskan situasi yang akan anak hadapi di sekolah serealistis mungkin, dengan kalimat-kalimat singkat. Sampaikan berulang tapi tidak beruntun atau terlalu banyak di satu waktu.

Apa saja yang harus ada dalam briefing?

Kegiatan apa yang akan dilakukan di sekolah? “Besok Kakak akan mama antar ke sekolah baru. Nanti di sana Kakak masuk kelas, Mama pulang dan jemput Kakak saat kelasnya sudah selesai. Kira-kira saat jarum pendek dan jarum panjang beradu, Kak. ”

Siapa yang akan ditemui? “Kakak akan ditemani Bapak Ibu Guru, nanti Bu Gurunya kenalan sama semua anak di kelas. Banyak teman-teman baru, Kakak boleh kenalan kalau mau.”


Perilaku apa yang diharapkan? “Kakak ikuti yang disuruh Bapak atau Ibu Guru ya, dengarkan baik-baik. Kalau ditanya, jawab yang jelas suaranya. Kalau sudah waktu main, Kakak boleh main sama teman baru. Main yang akur ya. Kalau sudah waktu makan, Kakak habiskan bekalnya.”

Apa yang harus dilakukan jika merasa tidak nyaman, ingin ke toilet, dan sebagainya? “Kalau Kakak mau pipis atau pup, dekati Bu Guru, bilang minta tunjukkan toilet ya.” “Kalau Kakak bosan, atau kesal sama teman, Kakak coba dengar dan ikuti Bu Guru, supaya Kakak bisa hilang perasaan  gak enaknya”

Jelaskan dengan realistis, jangan hanya yang manis-manis. Misalnya, “Kak, nanti teman kakak banyak sekali, gak seperti waktu TK. Nanti ada 20 teman di kelas Kakak. Jadi Bu Guru mungkin gak selalu lihat Kakak. Kalau Kakak ada perlu sama Bu Guru, Kakak angkat tangan atau dekati Bu Guru ya” 

Anak perlu tahu risiko dari suatu kondisi. Barengi dengan alternatif solusi agar anak tidak cemas dengan kemungkinan terburuk, melainkan siap mengantisipasi segala situasi. Persilakan anak bertanya tentang apa yang ingin ia tahu. Jawablah sejujur mungkin.

2. Survey sangat menolong. 🛵🚗

Saat briefing, anak hanya membayangkan situasi sesuai persepsinya. Jika kenyataan yang dihadapi berbeda jauh dari bayangan, anak bisa bingung. Survey lokasi sekolah langsung akan sangat membantu anak menghadapi situasi. Tunjukkan dimana kelasnya nanti, jalan ke kamar kecil, halaman bermainnya, batas antar jemput, dan sebagainya.


3. Siapkan keperluan sesuai instruksi sekolah. ✏📔
Sebagian anak menjadi bad mood karena keperluan sekolahnya tertinggal. Untuk mengatasinya, ajak anak menyiapkan keperluan sekolah bersama-sama. Bacakan instruksinya di depan anak. Siapkan juga mental anak jika ada sesuatu yang di luar perencanaan, misalnya alat yang dibawa tertinggal atau berbeda dengan yang dibawa teman-teman.

4. Bawakan keperluan yang familiar dan memudahkan anak.🎒👟

Misalnya botol minum yang sudah bisa ia buka sendiri, sepatu yang mudah dilepas dan dipakai sendiri, celana dalam yang mudah kering, tas sekolah berbahan ringan dan mampu dibawa sendiri. Jangan sampai semua baru dan bagus, tapi belum bisa ia gunakan dengan mudah. Hal ini bisa memicu kecemasan tersendiri.


5. Ulangi sugesti positif.🧚🏻‍♀🧠

Selesai sholat, bacakan doa yang dapat didengar anak. Sebelum tidur, hadirkan sugesti positif di telinga anak. Bangun tidur, sambut dengan wajah ceria dan doa bernada gembira. “Ibu sayang Kakak, Kakak akan bersenang-senang di sekolah baru!”


6. Pra kegiatan yang menyenangkan. 😴💪🏻

Agar persiapan jauh-jauh hari berjalan mulus, pastikan malam hari semua sudah terkondisi. Anak bisa tidur cepat, tidak terlalu lelah sebelumnya.
Semua perlengkapan sudah siap, sarapan esok pagi pun sudah siap dimasak. Antar anak tidur dengan cerita menyenangkan tentang esok hari. Jaga suasana hati anak sebaik mungkin tetap stabil hingga lepas dari pandangan orangtua.


7. Ikhlaskan, doakan.🕋🕌

Ada kalanya kecemasan yang terlalu berlebihan dari orangtua terhubung dengan emosi anak. Oleh karena itu, orangtua lah yang lebih dulu harus yakin bahwa anak sudah siap dilepas.

Setelah ikhtiar optimal, sempurnakan dengan doa. Percayakan anak pada guru-guru di sekolah. Bukankah kita memilih sekolah tersebut karena percaya guru-gurunya mampu mengemban amanah bersinergi mendidik putra putri kita? Ikhlaskan, niscaya energi positif keikhlasan sampai kepada semua yang berinteraksi dengan anak-anak kita. InsyaAllah.

Wallahu’alam bish shawab. Selamat mendampingi putra putri tercinta, semoga Allah kuatkan langkah menuntut ilmu menjadi jalan pembuka pintu surga. Aamiin 🛤⛲
[13/7 20.12] Yunda Fitrian: Pertanyaan 1:
Bunda Tri:
Anak yang belum bisa ditinggal orangtuanya, apa blm bisa dikatakan siap mental untuk sekolah. apa justru harus disekolahkan agar bisa belajar "ditinggal"?

Jawab:

Berpisah dengan pengasuh utama (ibu, atau lainnya) adalah salah 1 isu utama dalam perkembangan anak usia 5 tahun.

Jadi utk di bawah 5 tahun baiknya tidak dipaksakan. Namun sudah boleh dilatih di usia 3 tahun.

Misalnya dengan mengatakan pd anak berapa lama akan pergi (sesuaikan dg patokan waktu yg anak sudah tau, misal selesai berdoa pulang, bunda jemput kaka).

Usahakan selalu pamit pada anak ketika akan pergi agar anak merasa aman.

Di atas 5 tahun, sebaiknya sudah mulai bisa dilatih utk mau ditinggal saat sekolah karena sudah sesuai dengan tahap perkembangannya.
[13/7 20.13] Yunda Fitrian: Pertanyaan 2:
Bunda Lis Nurliyani
Anak sy sebelumnya sekolah di TK dg metode sentra. InsyaAllah thn ajaran ini masuk sekolah SD dg metode yg konvensional. Mungkin agak lebih byk "beban akademisnya". Kira-kira, apa yg mesti dipersiapkan agar anak tidak kaget dgn metode pembelajaran yg terkesan lebih berat?

Karena sebelumnya sy sudah pernah sounding ke anak, bahwa nanti di sekolah SD beda dengan TK. Dan anaknya agak sedikit takut. 😅

Jawab:

Alhamdulillah kalau Kakak Shabreen sudah bisa mengungkapkan perasaan ke ibunya😊

Tinggal Bunda Lies meyakinkan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Bahasa sederhananya utk anak, nanti mungkin ada pelajaran yg buat Ka shabreen harus belajar lebih banyak, tapi InsyaAllah akan lebih banyak pelajaran yg udah kakak bisa
[13/7 20.35] ‪+62 857-1641-1124‬: Terimakasih sudah diizinkan bergabung. Assalamualaikum Mba Yunda.. anakku 3 thn udh mau masuk playgroup metode sentra. Memang msh kecil banget ya utk usia ini masuk sekolah. Tp ini pilihan kami saat ini. Alasanku masukkan dia ke PG krn diriku kerja dan dia sdh terbiasa kutinggal di daycare sjk setahun lalu.

 Tp dia kyk ada kekhawatiran klo di sekolahnya yg baru ini nanti abi/ uminya hrs ninggalin dia setelah mengantar. Krn lingkungan baru yg blm dia terlalu kenal. Setiap bahas sekolah dia akan bilang "abi jgn ke toko" " umi jangan kerja" dan sejenisnya..

Gmn baiknya ya utk menenangkan dia?
[13/7 20.39] Yunda Fitrian: Waalaikumsalam wrb Mba Mutri, dilihat dari usia masih sangat wajar kecemasan anandanya ya mba.

Utk menenangkan bisa coba beri alternatif solusi.
Misalnya kalau kakak kangen, ingat sama abi dan ummi, kaka boleh telpon atau WA.

Bekerjasama dg daycareagar si kakak boleh menelepon/ terima telpon dr abi uminya.

Selain itu bekali dg mainan dan makanan kesukaannya. Semoga berhasil ya mba

Resume Kulwap Pernikahan Sehat, Bahagia Lahir dan Batin: Ciri dan Cara Ciptakan Rumahtangga Harmonis Nurindah Fitria

[8/9 19.08] Vina Syafril: Bagian 1

💐💐💐❤❤❤
Pernikahan Sehat, Bahagia Lahir dan Batin:
Ciri dan Cara Ciptakan Rumahtangga Harmonis
Nurindah Fitria

Pernikahan bahagia adalah dambaan setiap orang, bak dongeng yang banyak diceritakan kepada anak-anak semasa kecil. Kebahagiaan pernikahan mampu menghasilkan banyak energi positif bagi tiap individu yang ada dalam pernikahan itu sendiri, baik itu istri, suami, bahkan anak-anak yang akan lahir dan tumbuh dalam keluarga. Energi positif ini penting untuk membuat kesejahteraan setiap individu dalam sebuah keluarga menjadi lebih baik. Energi positif ini pula menjadikan pasangan mampu untuk bertahan dalam banyaknya permasalahan pernikahan yang dapat terjadi.

Sayangnya, pernikahan yang bahagia mengharuskan kita untuk berjuang dalam mendapatkannya. Itu semua bisa kita dapatkan dengan mengenali terlebih dahulu apa ciri-ciri dari sebuah pernikahan yang sehat. Pernikahan sehat artinya terjalin relasi yang sehat di antara orang-orang yang terlibat dalam pernikahan itu, suami dan istri. Relasi sehat muncul karena adanya kesetimbangan kekuatan antar individu di dalam pernikahan. Setimbang maknanya tidak ada individu yang merasa lebih berkuasa dibandingkan yang lain. Atau tidak ada pihak yang merasa diperlakukan secara tidak baik dan adil oleh pihak lain.

Ada empat elemen yang harus dipenuhi untuk mengindikasikan sebuah relasi terjalin dalam hubungan yang setimbang. Hal itu mencakup status dalam hubungan, perhatian terhadap yang lain, pola akomodasi yang diberikan, dan kesejahteraan yang dirasakan tiap individu.
             
Setimbang artinya saling menghargai, harkat dan martabat masing-masing, meskipun apa yang dilakukan tidaklah sama.

Menyeimbangkan peran dan fungsi memanglah sulit namun bukan berarti tidaklah mungkin. Satu hal yang ditekankan, jangan pernah merasa lebih berkuasa dibandingkan yang lain.
[8/9 19.08] Vina Syafril: Bagian 2


Ada empat elemen yang harus dipenuhi untuk mengindikasikan sebuah relasi terjalin dalam hubungan yang setimbang. Hal itu mencakup status dalam hubungan, perhatian terhadap yang lain, pola akomodasi yang diberikan, dan kesejahteraan yang dirasakan tiap individu.


💐Status dalam Hubungan
Menunjukkan tiap pihak yang ada dalam relasi itu memiliki status yang sama di dalam hubungan. Tidak ada pihak yang lebih mendominasi dalam membuat keputusan atau lebih banyak melakukan sesuatu demi keberlangsungan relasinya.

Tidaklah setimbang apabila sampai istri merasa telah banyak berkorban untuk keluarga dengan mengurus semua keperluan rumah tangga, tetapi suami tampaknya hanya bersantai dan sibuk dengan dunianya sendiri. Atau di sisi lain, suami yang mendominasi seluruh keputusan dalam keluarga, tanpa memberikan kesempatan kepada istri untuk bersuara. Bukankah keputusan dalam pernikahan seharusnya menjadi keputusan bersama?


💐Perhatian Terhadap yang Lain
Individu harus mengenali dan menyadari kebutuhan serta perasaan yang dimiliki pasangannya, yang ditunjukkan dalam bentuk kepeduliannya kepada pasangan. Ini haruslah berlangsung secara timbal balik. Memang tiap orang akan menunjukkan kepeduliannya dalam bentuk berbeda. Jadi, jangan samakan standar antara suami dan istri, yang penting munculkan perasaan berharga dan terpenuhi kebutuhannya.


💐 Pola Akomodasi
Pemenuhan kebutuhan itu haruslah diakomodasikan dengan baik oleh pasangan. Jangan sampai ada pikiran untung/rugi dalam hubungan. Sekali ada perasaan hubungannya merugikan maka ada yang salah dalam hubungan itu.

💐Kesejahteraan Fisik dan Psikologis
Jika sudah terakomodasikan dengan baik, bukan tidak mungkin individu akan merasa sejahtera secara fisik maupun psikologis.

 Kesejahteraan fisik artinya tidak ada masalah dalam kesehatan dan pemenuhan kebutuhan fisik, seperti makan dan minum. Sedangkan kesejahteraan psikologis berarti individu merasa damai dan tenteram di dalam relasi itu. Termasuk juga tidak adanya ekploitasi dari sisi ekonomi.

Intinya, keempat elemen ini haruslah mampu mewujudkan porsi setimbang dalam peran dan tugas suami maupun istri.

 Bukan berarti suami dan istri harus mengerjakan pekerjaan yang sama di dalam rumah tangga. Namun adanya perasaan dan pemikiran bahwa suami dan istri memiliki peran penting untuk menjaga keutuhan pernikahan adalah apa yang diharapkan.

 Setimbang artinya saling menghargai, harkat dan martabat masing-masing, meskipun apa yang dilakukan tidaklah sama.

Sebab suami tetap memiliki peran penting dalam mencari nafkah. Oleh karena itu, sebagai istri kita menghargai berapapun rezeki yang didapatkan suami. Tak perlu membanding-bandingkan pendapatannya dengan tetangga sebelah karena itu hanya akan mematahkan hati suami. Sebaliknya, suami jangan pernah merendahkan apa yang dilakukan istri di rumah.

 Menghargai setiap usaha yang dilakukan istri dan tidak memperlakukannya sebagai orang yang tidak memiliki harganya merupakan kebaikan yang sangat diharapkan oleh istri.

Menyeimbangkan peran dan fungsi memanglah sulit namun bukan berarti tidaklah mungkin.

 Satu hal yang butuh ditekankan, jangan pernah merasa lebih berkuasa dibandingkan yang lain, merasa lebih penting dibandingkan yang lain, merasa yang lain tidak melakukan apa apa, tidak menghargai apa yang dilakukan pihak, serta semua perilaku yang merendahkan harkat dan martabat pasangan. Karena semua persepsi mengenai kesetimbangan itu bersifat subjektif, maka lakukan semua upaya agar kesetimbangan selalu dapat terpenuhi.

Jika setimbang, pernikahan yang sehat bukanlah mimpi. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pernikahan sehat, yaitu:

Menghargai setiap usaha yang sudah dilakukan oleh suami maupun istri.

Penghargaan adalah bentuk apresiasi tertinggi yang dapat kita berikan terhadap pasangan kita. Jika kita menghargai, tentu pasangan akan lebih bersemangat dalam menjaga keutuhan pernikahan.

Penghargaan tidak perlu sebuah benda, dengan mengucapkan sekedar “terima kasih” kepada pasangan sudah merupakan bentuk penghargaan.

Misal, sebagai istri kita mengucapkan “terima kasih” atas semua rezeki yang telah susah payah diupayakan suami.

 Atau sebagai suami, mengucapkan “terima kasih” kepada istri di penghujung harinya yang lelah telah menyediakan semua kebutuhan Anda, adalah cara-cara memberikan penghargaan yang sederhana.

❤ Bekerja sama dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Bukankah Rasulullah saw pun membantu pekerjaan rumah tangga? Karena sesungguhnya tidak ada batasan dalam mengerjakan pekerjaan di rumah tanga. Sebagai lelaki, tanamkan bahwa tidak perlu malu melakukan pekerjaan rumah tangga.

Lelaki yang mencintai istrinya tak akan pernah tega membiarkan istri kelelahan sepanjang hari hanya demi terpuaskan kebutuhannya.

Sesekali memberikan kesempatan kepada istri untuk beristirahat juga bisa menjadi alternatif agar kesejahteraan psikologis
[8/9 19.08] Vina Syafril: Bagian 3

❤ Belajar cara memecahkan masalah yang solutif, bukan agresif.


Tidak sehatnya sebuah pernikahan ditandai dengan pelibatan kekerasan dalam setiap konflik yang terjadi.

 Kekerasan yang terjadi berulang bahkan intensitasnya meningkat menandakan pernikahan itu sudah berada dalam relasi yang tidak sehat. Oleh karena itu, mencoba belajar cara untuk memecahkan masalah secara solutif/positif adalah langkah untuk mendapatkan pernikahan yang lebih membahagiakan.

Pada akhirnya, pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang mampu menumbuhkan perasaan positif pada setiap individunya. Apabila sebuah pernikahan hanya bisa menciptakan ketakutan, kesedihan, dan ketidakadilan, maka harus dipertanyakan kembali, sudah sehatkah relasi yang terjalin di dalamnya? Butuh usaha dan kerja keras untuk mewujudkan relasi sehat namun percayalah buah yang didapat dengan menciptakan pernikahan sehat akan manis di penghujung jalan.

Resume Kulwap Mengenal Kepribadian Diri untuk Keharmonisan Pernikahan* Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog

[13/7 10.02] Yunda Fitrian: BAGIAN 1


*Mengenal Kepribadian Diri untuk Keharmonisan Pernikahan*
Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog

Mengapa harus mengenal kepribadian diri sebelum menikah?

 Bukankah setiap pasangan tidak akan memiliki kepribadian yang sama. Jadi, apa tujuannya? Apakah untuk menemukan yang kepribadiannya yang sama persis dengan kita atau malah menghindari orang-orang yang sangat bertolak belakang dengan kita untuk dijadikan pasangan? Sepenuhnya bukan.

Mengenal kepribadian diri sebelum pernikahan terjadi bermanfaat untuk membantu keharmonisan pernikahan.

 Seringkali permasalahan dalam pernikahan bersumber dari kurangnya pemahaman antar pasangan atau komunikasi yang tidak sesuai. Permasalahan ini jika ditilik akan berujung pada kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang.

Setelah mengetahui kepribadian diri, kita pun dapat mengenali seperti apa kepribadian dari (calon) pasangan kita.

 Dengan demikian, kita dapat belajar untuk mewaspadai apa saja potensi konflik yang dapat terjadi dalam pernikahan. Sehingga dapat dicari solusinya agar pernikahan menjadi tetap harmonis.
[13/7 10.03] Yunda Fitrian: BAGIAN 2

*Mengapa Butuh Tahu Kepribadian?*
Kepribadian terdiri dari berbagai macam sifat yang membentuk pribadi seseorang dan menjadi sumber dari semua yang muncul dari diri kita.

Perilaku, sikap, pola komunikasi, reaksi emosional, sampai cara membangun relasi, semua ditentukan oleh kepribadian kita. Misalnya, sebagai seorang dengan sifat pemalu akan muncul dalam perilaku kita yang sulit untuk mengungkapkan ide di tengah khalayak ramai, lebih memilih untuk lebih banyak mengamati ketika sedang berada dalam pembicaraan kelompok, kurang mampu mengekspresikan emosi, dan cenderung sulit untuk duluan menyapa orang baru.

Ingat, bukan sebaliknya ya. Jadi, bukan karena kita menampilkan perilaku tertentu yang membuat kita memiliki kepribadian tertentu. Malahan kepribadian kitalah yang menentukan bagaimana kita mengekspresikan diri di lingkungan kita. Sederhananya kepribadian merupakan cikal bakal bagaimana seseorang itu menampilkan dirinya kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain akan mengenal kita seperti apa dan akan membalas bagaimana memperlakukan kita.

Begitu pula dalam pernikahan. Pernikahan dibangun melalui serangkaian interaksi yang melibatkan semua aspek psikologis dalam diri kita, baik cara berpikir/bersikap, emosi, maupun perilaku. Interaksi yang terjalin akan menjadi baik jika setiap individu mampu memahami pola-pola seperti apa yang harusnya diterapkan untuk mengokohkan interaksi itu. Pola-pola interaksi yang muncul tentunya berasal dari kepribadian, bukan yang lain.
[13/7 10.04] Yunda Fitrian: BAGIAN 3

*Apa Saja Tipe Kepribadian?*

Orang-orang seringkali salah mengira kalau sifat pemalu, supel, dsb. sebagai sebuah kepribadian. Memang tidak sepenuhnya salah karena kepribadian memang terdiri dari sekumpulan sifat-sifat yang menetap dalam diri kita.

 Kepribadian awal sekali dibentuk saat kita masih kecil dan berkembang seiring bertambahnya usia. Kemudian cenderung menetap ketika sudah memasuki usia dewasa.

 Kepribadian dapat saja berubah saat kita telah dewasa karena sebuah peristiwa besar yang dialami. Namun hal ini jarang sekali terjadi kecuali peristiwa itu mengubah keseluruhan hidup seseorang, misalnya penyakit atau pengalaman traumatis.

Cukup banyak ahli yang menyusun sejumlah kepribadian untuk menjelaskan seseorang dan mengelompokkannya ke dalam tipe tertentu. Perlu dipahami tidak ada ahli yang mampu menjelaskan kepribadian secara sempurna. Ibarat berlian yang memiliki banyak faset, maka demikianlah kepribadian. Jadi, setiap ahli akan menjelaskan kepribadian dari faset yang berbeda-beda tetapi tetap mampu menjelaskan sebagian besar dari diri seseorang.

Kali ini kita akan menggunakan teori yang diutarakan oleh C. G. Jung. Ia adalah seorang tokoh psikologi yang memperkenalkan tentang tipe kepribadian Introvert dan Ekstrovert.

 Cukup banyak ilmuan psikologi yang mengembangkan teori dari Jung ini dan membuat penurunannya, salah satunya adalah MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). MBTI dikembangkan oleh Ketharine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers.
[13/7 10.06] Yunda Fitrian: BAGIAN 4

*Mengenal Kepribadian Melalui MBTI*


Mungkin ada yang sudah pernah mendengar istilah MBTI ini. Bagi yang belum, MBTI adalah sebuah inventori kepribadian yang cukup mudah dipahami untuk menjelaskan kepribadian seseorang. Jika kita mencarinya di mesin pencari Google maka akan banyak artikel yang membahasnya.

MBTI membagi kepribadian individu berdasarkan tipologi-tipologi (tipe kepribadian) yang dikombinasikan dari empat dikotomi yang secara implisit terdapat dalam Teori Jung.

Tipe kepribadian yang muncul merupakan interaksi dari serangkaian preferensi yang dimiliki seseorang. Preferensi yang menjadi dasar dari minat, reaksi, nilai, motivasi, dan keterampilan yang dimiliki seseorang.

 Perlu diingat karena ini merupakan preferensi maka bisa saja keduanya ada di diri kita, tetap pada akhirnya kita cenderung mengarah pada satu tipe.
[13/7 10.11] Yunda Fitrian: BAGIAN 5

*Mengenal Kepribadian Melalui MBTI (2)*

Preferensi 1: Arah Pemusatan Perhatian (Source of Energy)
Preferensi ini membahas mengenai fokus utama dari kehidupan kita, apakah tehadap dunia di luar sana atau terhadap diri sendiri.

 Preferensinya terbagi dua, yaitu Extraversion (E) dan Introversion (I). Jika kita adalah seorang E maka energi utama kita dalah lingkungan atau dunia di luar kita.

 Perilaku yang muncul biasanya seperti mampu mengungkapkan dengan mudah keadaan emosi kita dan membutuhkan banyak hubungan interpersonal.

 Sebaliknya ketika kita seorang I maka energi utama kita berasal dari dalam diri sendiri, berupa pikiran atau refleksi (perenungan). Perilaku yang ditampilkan seperti menyendiri, diam, sulit akrab, dan bahkan terkesan “menarik diri” bagi orang E.

Preferensi 2: Cara Memperoleh Informasi (Way of Gathering Information)
Yaitu bagaimana kita mengelola informasi yang masuk, apakah kita menerima data yang masuk secara apa adanya atau langsung memaknai dan menginterpretasi informasi yang diberikan.

Terbagi menjadi Sensing (S) dan Intuiting (N). S adalah seorang yang mengumpulkan informasi melalui panca indranya. Artinya jika kita tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai sesuatu hal maka kita tidak akan mempercayai keberadaan sesuatu itu.

 S menjadi orang yang lebih suka menangani hal-hal praktis dan menyukai sesuatu yang terukur. Sebaliknya, N mengumpulkan informasinya melalui firasat atau dugaan-dugaan.

 Orang N akan menyukai kemungkinan-kemungkinan yang bersifat imajinatif, melihat sesuatu dalam bentuk pola-pola dan ada hubungannya. Orang yang suka berimajinasi biasanya adalah orang N.
[13/7 10.13] Yunda Fitrian: ((Lanjutan))

Preferensi 3: Cara Membuat Keputusan (Decison Making)
Preferensi ini menekankan pada apa yang menjadi pertimbangan ketika mengambil keputusan, apakah menggunakan logika dan konsistensi ataukah mempertimbangkan situasi serta kondisi terlebih dahulu sebelum keputusan dilakukan.

Terbagi menjadi Thinking (T) dan Feeling (F). Orang T akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan logis dan objektif, mementingkan kebenaran dan keadilan, serta kuat dalam perencanaan dan analisis.

 Sebaliknya orang F akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan nilai-nilai pribadi yang subjektif, lebih mementingkan hubungan dan keharmonisan, sehingga terkesan berpikir tidak jelas dan emosional bagi orang T.

Preferensi 4: Orientasi Terhadap Dunia Luar (How You Relate to The External World)
Preferensi terakhir memperlihatkan tentang apa yang dilakukan ketika kita berurusan dengan dunia luar, apakah kita melakukan perencaaan yang pasti atau membuka diri pada informasi dan kesempatan yang baru. Terbagi menjadi Judging (J) dan Perceiving (P).

 Orang J memiliki perencaan yang pasti dan teratur, menyukai batasan yang jelas, sehingga terkadang terlihat kaku terhadap batasan-batasan yang ada.

 Sebaliknya, orang P adalah orang yang luwes, mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan, dan lebih terkesan sebagai orang yang spontan serta tanpa perencanaan.
[13/7 10.15] Yunda Fitrian: BAGIAN 6

*Temukan Tipe Kepribadian Kamu dan Si Dia!*

Nah, berdasarkan keempat kelompok preferensi itu, kita memilih mana yang menjadi kecenderungan kita untuk masing-masing preferensi. Kombinasi dari empat preferensi yang telah kita pilih dari tiap dikotomi akan membentuk satu tipe kepribadian tertentu. Penjelasan singkat mengenai setiap kepribadian ada di gambar bawah.

Jika kamu sudah siap untuk mengetahui seperti apa tipe kepribadian yang kamu miliki, maka kamu bisa mencobanya melalui situs www.16personalities.com. Jawablah setiap pertanyaan secara spontan dan tanpa banyak berpikir.

Jangan lupa, sebelum mengerjakan ubah modenya menjadi Bahasa Indonesia, kecuali kalau kamu yakin bisa memahami dengan baik pernyataan yang diberikan dalam Bahasa Inggris.

Sekali lagi, tak ada yang salah dengan pilihan kita. Tidak ada pilihan yang lebih jelek dibanding pilihan lain. Kita mempelajari ini dengan tujuan untuk memahami diri dan mencoba mengenali seperti apa pasangan kita.

 Pada akhirnya, dengan mengenali dan memahami kepribadian ini maka tidak ada lagi alasan bahwa pasangan tidak memahami kita atau tidak seperti yang kita harapkan. Karena jelas setiap orang memiliki kepribadian berbeda, yang bisa jadi kontradiktif satu sama lainnya.

Sumber Bacaan:
https://www.myersbriggs.org/my-mbti-personality-type/mbti-basics/home.htm?bhcp=1