berbagi inspirasi : November 2017

Thursday 30 November 2017

Aliran Rasa Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Aliran rasa tantangan 10 hari komunikasi produktif:

Apa yang dirasakan
Perubahan yang terjadi
Faktor pendukung

Sebagai alumni fakultas psikologi, saya memang sudah mempelajari tentang komunikasi efektif sejak bangku kuliah, sekitar 10 tahun yang lalu.

Alhamdulillah sedikit banyak ilmu tersebut sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari hari.

Namun bukan berarti melakukan komunikasi efektif sudah mahir saya lakukan. Apalagi ketika berhadapan dengan anak.

Terlebih lagi dalam tantangan ini komunikasi efektif sudah naik tingkat menjadi komunikasi produktif, artinya sudah menghasilkan sesuatu yang baik atau bermanfaat.

Kenyataan di lapangan selalu tak semulus idealisme di alam pikiran. Karena itulah syarat adanya perjuangan: kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Seringkali saya dibuat bingung bagaimana menyikapi dengan tepat stimulus dari anak anak, ketika mereka berbicara atau berperilaku di luar perkiraan saya.
Seperti ketika mereka berargumentasi, baper, bahkan tantrum.

Setelah mendapatkan materi komunikasi produktif, saya kembali diingatkan bahwa hasil dari komunikasi yang kita lakukan adalah tanggung jawab kita sendiri.

Selama tantangan 10 hari saya merasa kepekaan kembali dilatih untuk menemukan pintu komunikasi produktif kepada si sulung (yang saya pilih dalam tantangan ini). Juga pada si tengah, si bungsu, suami, dan siapapun yang sedang saya ajak berkomunikasi.

Selain itu, dengan adanya tantangan ini saya sering merefleksikan komunikasi yang sudah terjadi.

Misalnya, sehabis berdebat atau marah dengan anak.
Saya jadi segera ingat harusnya tidak begini, oh sebaiknya setelah ini saya harus begini, dst.

Saya jadi bisa lebih memperbaiki komunikasi selanjutnya dari hasil refleksi tersebut.
Faktor pendukung dalam menerapkan komunikasi produktif di rumah antara lain kesamaan visi kami sebagai suami istri.

Kami sama sama ingin menciptakan suasana rumah yang ramah jantung fan otak. Artinya, cara  berkomunikasi penghuninya dengan kata kata positif,nada yang pas di telinga, serta bersifat membangun.

Teladan dari suami dalam mengelola emosi juga sangat menguatkan saya agar terus berkomunikasi produktif.

Kehadiran grup dan stimulus kelas Bunda Sayang juga menjadi dukungan tersendiri.

Semoga komunikasi produktif bisa menjadi cara hidup yang konsisten kami lakukan. Aamiin.

Sunday 26 November 2017

Resume Kulwap Kelas Emak Belajar Nulis oleh Yunda Fitrian

[28/10 20.09] Yunda Fitrian: Perjalanan Karya Emak Beranak Tiga

Stepahnie Meyer tidak pernah menyangka cerita yang ditulisnya akan mendunia dan diangkat ke layar lebar! Ia tak pernah membayangkan perjuangan menulisnya akan terbayar sebesar ini.

Ide novel Twilight sendiri berasal dari mimpi Meyer di suatu malam. Ia melihat seorang gadis tengah berbincang mesra dengan pria setengah serigala.

 Mimpi itu seolah menghantui Meyer untuk mengeksplorasinya menjadi cerita.

Setahun berikutnya menjadi perjuangan luar biasa bagi Meyer. Ia bertekad menyelesaikan cerita berdasarkan mimpi tersebut menjadi sebuah novel romantis.

 Statusnya sebagai ibu rumahtangga yang baru punya anak tak menghalanginya untuk berkarya.

 Malam malam saat istirahat dilaluinya dengan mengetik cerita. Seringkali sambil menggendong bayinya yang menangis.

Kisah hidup Stephanie Meyer menginspirasi saya yang saat itu sama sama baru beranak satu.

Sejak kecil saya sudah bercita cita menjadi penulis. Saya ingin banyak orang tercerahkan dengan membaca tulisan saya.

Sebagaimana perempuan yang telah menyandang status menikah, maka impian pribadi kini menjadi perlu kompromi.

 Ambisi dan cita tak mungkin lagi melangkah sendiri. Bagi seorang istri, ia punya sosok bernama suami yang harus dimintai ridho dan izinnya.

 Belum lagi jika sudah berstatus ibu. Perempuan memiliki anak yang harus didahulukan kebutuhannya.

Alhamdulillah, hingga tahun ke-8 pernikahan ini, dengan status emak beranak 3, impian menjadi penulis telah tercapai. Meskipun masih jauh perjuangan untuk menjadi penulis berskala nasional atau go internasional.

 Setidaknya, tulisan saya telah berbentuk buku dan dibaca ribuan orang.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya berbagi kisah perjuangan menulis saya. Semoga bermanfaat bagi teman teman semua.

Tentu saja kisah ini bukan kisah sempurna, sekadar berbagi pengalaman nyata bahwa seorang emak beranak 3 mampu berkarya tanpa tenggelam dalam tugas domestik rumahtangga.
Bahwa potensi kita sebagai perempuan tidak seharusnya padam hanya karena kondisi sudah rumahtangga.

 Karena semestinya, pernikahan justru melejitkan potensi dua orang yang terikat di dalamnya.

Selain berhasil menelurkan 2 buku solo indie, saya juga telah menelurkan 3 antologi.

Berikut review tentang karya karya saya yang semuanya menetas setelah menikah:
#antologi. Saya mengikuti lomba menulis dan berhasil menjadi finalis. Tiga buku itu adalah 99 Pesan Kerinduan untuk Presiden, Sepanjang Masa, dan Bangga Menjadi Ibu.

Pernah suatu kali saya menjuarai lomba menulis novelet yang diselenggarakan sebuah blog.

 Sayangnya, sampai saat ini, sudah lebih dari 5 tahun tidak ada kabar dari panitia lomba. Terakhir saya tanya admin hanya beralasan sibuk.


Berdasarkan pengalaman tersebut, dalam mengikuti lomba menulis di internet saya menjadi sangat selektif.

 Sebaiknya hanya ikuti event dari penerbit atau komunitas yang sudah terkenal dan sudah memiliki rekam jejak penerbitan yang jelas.


Hal penting lainnya yang perlu digarisbawahi, ketika ikut event lomba menulis, siapkan mental pejuang. Saya sendiri lebih sering kalah dan tidak dimuat tulisannya daripada berhasil menang lomba.

Perasaan sedih dan kecewa ada, tapi saya terima saja perasaan tersebut tanpa harus  berhenti berkarya. Saya hanya mensugesti diri bahwa makin sering gagal artinya makin banyak pengalaman berjuang.

Dengan demikian, langkah menuju menang akan semakin dekat, dibandingkan kita hanya berdiam diri.

#Buku solo. Perjuangan menyelesaikan buku solo tak pernah lepas dari sosok inspiring Teh Indari Mastuti. Sejuta doa kebaikan dan peluk untuk Teteh satu ini.

Suatu malam, saat.sedang galau dengan impian, Allah menggiring saya pada sebuah grup yang disarankan di fb. Ibu Ibu Doyan Nulis.

Dari grup inilah saya memutuskan ikut Sekolah Perempuan, program mentoring menulis 3 bulan yang hasilnya menyelesaikan naskah buku. Pas banget buat saya!

Saat itu kondisi saya baru saja menjadi emak beranak 2 yang bekerja freelance.

 Usia si tengah waktu itu 7 bulan. Masih menyusui dan sedang heboh hebohnya coba Mpasi.

Suami sangat mendukung saya karena kami memang punya impian yang sama: ingin berduet menulis buku.

 Namun karena jam terbang suami lebih bamyak di bisnis, sayalah yang fokus pada menulis.

Meskipun proses pembuatan buku pertama kami mulai dari nol, saya sudah punya kepingan kepingan tulisan yang sering saya posting di blog maupun di folder komputer. Ide utama dan draf kasar sudah ada.

Waktu itu saya dibimbing oleh Bu Guru Ida Fauzia yang bermukim di Malaysia. Jauhnya jarak tak mampu merintangi ikatan hati kami #eeaa. Bu Guru selalu sigap merespon naskah dan komunikasi saya. Alhamdulillah buku saya selesai tepat waktu.

Saya sempat sedih ketika naskah saya tidak lolos dalam rapat redaksi sebuah penerbit, setelah sebelumnya masuk nominasi.

 Itulah rencana Allah. Dengan tidak lolosnya naskah tersebut, saya justru diberi jalan untuk menerbitkannya lewat penerbit indie.

Bulan April sekolah perempuan berakhir. Oktober buku kami launching di kampus UI. Hasilnya di luar ekspektasi kami.

 Buku terjual habis lebih dari 1000 eksemplar dan membawa kami mengisi acara bedah buku berdua ke berbagai daerah.

 Alhamdulillah hasil penjualan buku ini pun bisa membuat kami menabung ongkos umroh untuk orangtua.

Untuk pertama kalinya, saya diserbu anak anak muda yang antre minta tandatangan di atas buku saya! MasyaaAllah, sesuatu yang dulu pernah saya visualisasikan kini menjadi kenyataan. Alhamdulillah.

Testimoni demi testimoni positif berdatangan dari para pembaca.

 Saya senang sekali banyak inspirasi yang terbagi dari buku ini: Cintapedia-curhat seru tentang cinta sejati dan jodoh terbaik.

Saya kembali mengumpulkan kepingan tulisan baru untuk buku berikutnya. Tiga tahun lamanya calon buku kedua belum juga tersentuh untuk diramu.

Memang ketika ada kemauan di situ ada jalan. Ramadhan lalu Allah kembali menggiring saya pada Teh Indari. Kali ini kelas mentoring menulis buku 7 hari! Saya deg degan baca iklannya.


 Alhamdulillah suami langsung acc dan program pun berjalan H-7 lebaran! Saat itu saya sudah jadi emak beranak 3, usia si bungsu tepat 1 tahun.

Dengan keahliannya teteh membimbing saya hingga akhirnya naskah pun selesai. Bahkan saya dapat bonus testimoni naskahnya dari teteh.

 Alhamdulillah. Buku ini sudah dinanti banyak orang sebelum resmi terbit. InsyaAllah November ini buku Yakin Dia Jodohmu? siap rilis ke pasar.

Sebagai penutup, saya akan merangkum beberapa poin penting dalam perjuangan menulis bagi para emak:

๐Ÿ‰#1. Kuatkan tekad. Seribu ragu akan melemahkan langkah. Jika tidak punya tekad yang kuat, lebih baik cari kegiatan lain yang lebih ringan untuk dilakukan.

๐Ÿ‰#2. Dapatkan ridho, komitmen, dan dukungan suami. Pastikan beliau berada di sisi yang mendukung kita sepenuhnya. Jika tidak, langkah akan jauh lebih berat dan melelahkan.

๐Ÿ‰#3. Punya mentor dan komunitas. Berjuang sendirian itu menghabiskan energi dan waktu yang jauh lebih buanyaak daripada berjuang bersama-sama.

๐Ÿ‰#4. Rela kurang tidur dan puasa sosmed. Disiplin dalam menggunakan waktu adalah kunci agar target target terpenuhi.

๐Ÿ‰#5. Tetap jaga kesehatan jiwa raga dengan seimbangkan aktivitas.

Sebagai ibu, keluarga tetap nomor satu. Prioritas pada anak jangan sampai terganggu. Karena semua bisa ditunda kecuali kebutuhan anak kita.

๐Ÿ‰#6. Pastikan punya waktu untuk mengecharge ruhani. Jangan abaikan kebutuhan batin untuk hening, berpasrah kepada Allah, beristirahat dari lelah dunia dengan larut dalam ibadah kepadaNya. InsyaAllah semua perjuangan menjadi berbuah pahala dan menjadi catatan amal kita.aamiin.

Demikiansharing yang bisa saya sampaikan.

 Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kekurangan. Silakan bagi yang ingin berdiskusi :)
[28/10 20.20] Yuni Iidn: Pertanyaan

1. Cella
Pingin tau proses awalnya mbak.  Saya duluuuuuuu banget pernah diajarin tentang tatacara tulisan (jaman smp or sma kali ya.  ๐Ÿ˜‚) .... Naaah..  Di jaman now ini...  Terutama sejauh pengalaman.  Apa dulu yang harus dilakukan? 
Judul duluan? 
Materi duluan ?

Jawaban
Ide duluan mba.

Kalau sudah ada ide, mulai ditulis saja langsung.

Walaupun mungkin belum enak dibaca banget.

Selesai, baru dikasih judul yg eye catching๐Ÿ˜ kekinian.

Bagus lagi kalau bisa diendapkan dulu tulisannya. Jadi nanti kalo ada tambahan ide yg lebih kece,bisa direvisi
[28/10 20.20] ‪7‬: Subhanallah, salut sekali sama perjuangan bunda.

Maaf, apkh sebelum mnikah dlu pernah mnulis atau ini bnar2 menulis dari nol?

Apkh jnis tulisan yg pertama kali ditulis, dan apkh jenis tulisan tsb langsung mnjadi passion bunda?

Apkh pernah mengalami block writer, jenuh, ato malas? Berapa lma waktu yg dbtuhkn utk mngembalikn mood agar kmbali konsisten dlm mnulis?

Trims. ๐Ÿ™๐Ÿ™
[28/10 20.23] ‪+‬: Makasih mbak kesempatannya
saya mau tanya
Gimana sih cara yang baik ngejelasin ke orang terdekat/ suami kalau tulisan kita itu bukan sepenuhnya dari hati kita
Suami saya suka baper mbak..jadi kadang saya nulis bingung dalam nulis apalagi saya senangnya bikin puisi๐Ÿ˜ƒ
[28/10 20.23] Yuni Iidn: 2. Elin
Subhanallah, salut sekali sama perjuangan bunda.

Maaf, apkh sebelum mnikah dlu pernah mnulis atau ini bnar2 menulis dari nol?

Apkh jnis tulisan yg pertama kali ditulis, dan apkh jenis tulisan tsb langsung mnjadi passion bunda?

Apkh pernah mengalami block writer, jenuh, ato malas? Berapa lma waktu yg dbtuhkn utk mngembalikn mood agar kmbali konsisten dlm mnulis?

Trims. ๐Ÿ™๐Ÿ™

3. Sari
Makasih mbak kesempatannya
saya mau tanya
Gimana sih cara yang baik ngejelasin ke orang terdekat/ suami kalau tulisan kita itu bukan sepenuhnya dari hati kita
Suami saya suka baper mbak..jadi kadang saya nulis bingung dalam nulis apalagi saya senangnya bikin puisi๐Ÿ˜ƒ
[28/10 20.30] ‪8‬: Okaay...  Ide sih udah ada...  Baiklaah kalo begitu...  Saya coba langsung aja ya.. 

Terimakasih ilmunya ya mbak Yunda...  ๐Ÿ˜Š๐Ÿ™
[28/10 20.33] Yunda Fitrian: Saya menulis sejak SD mba, nulis diary๐Ÿ˜

Beranjak Smp mulai nulis d mading dan buletin sekolah, sampai kuliah.

Passion menulis sesuai latarbelakang saya di psikologi.

Setelah menikah, saya fokus di pernikahan dan parenting.

Writers block sampai sekarang masih.
Kalau jenuh saya main dulu sama anak, atau kegiatan apapun yg refreshing buat saya. Tekad saya ga mau tenggelam dalam writers block.
[28/10 20.35] Yunda Fitrian: Wah kalau ini kuncinya ngobrol mba ☺๐Ÿ˜‡

Makin sering ngobrol suami akan makin tau apa yg mba maksud.

Dan krn lelaki itu bedacara tangakap dg perempuan, jelaskan dg bahasa yg langsung.

Tapi mba pasti yg paling tau tipe suami mba๐Ÿ˜…

Mungkin sesekali buat tulisan spesial buat suami
[28/10 20.37] ‪2‬: Subhanallah materiny bagus banget๐Ÿ˜๐Ÿ˜
Pertanyaan.
Gimna caranya menjual buku terbitan indie sampai bsa laku 1000 eks.
Sebaiknya kita nulis fokus sama novel atau cerpen saja,atau boleh nulis apapun.
[28/10 20.37] ‪4‬: Apa yang paling mendasar buat outline? Tolong kasih contoh bunda terimakasih
[28/10 20.38] ‪9‬: Terima kasih atas kesempatan nya mbk Yuni mbak yunda...
Maaf kalo bertele-tele ๐Ÿ˜…


Bagaimana cara memilah dan memilih ide yg datangnya random di kepala. Soalnya rasa-rasanya semua ide bisa ditulis, tapi seringkali acak.
Jadinya nulis masih sedikit, gak bisa melanjutkan bab selanjutnya.


Apa bisa nulis juga sekalian jalanin bisnis? Dan dua2nya masih sebagai pemula. Soalnya cita2 sblm nikah, kalo punya suami pingin bisa eksekusi nulis dan bisnis.
[28/10 20.38] Yuni Iidn: 4. Tuti
Subhanallah materiny bagus banget๐Ÿ˜๐Ÿ˜
Pertanyaan.
Gimna caranya menjual buku terbitan indie sampai bsa laku 1000 eks.
Sebaiknya kita nulis fokus sama novel atau cerpen saja,atau boleh nulis apapun.

5. Ira
Apa yang paling mendasar buat outline? Tolong kasih contoh bunda terimakasih

6. Ifa
Terima kasih atas kesempatan nya mbk Yuni mbak yunda...
Maaf kalo bertele-tele ๐Ÿ˜…


Bagaimana cara memilah dan memilih ide yg datangnya random di kepala. Soalnya rasa-rasanya semua ide bisa ditulis, tapi seringkali acak.
Jadinya nulis masih sedikit, gak bisa melanjutkan bab selanjutnya.


Apa bisa nulis juga sekalian jalanin bisnis? Dan dua2nya masih sebagai pemula. Soalnya cita2 sblm nikah, kalo punya suami pingin bisa eksekusi nulis dan bisnis.
[28/10 20.40] Yunda Fitrian: Ilmu marketing mba..

Harus sudah punya pasar kalau mau terbit indie.

Karena modalnya lumayan.

Waktu itu saya dan suami sudah punya pasar karena kami banyak link di segmen remaja.
[28/10 20.41] Yunda Fitrian: Oia utk fokus sepertinya pembagiannya fiksi atau nonfiksi mba
[28/10 20.42] Yunda Fitrian: Contoh outline:

Intinya ide utama dan penjelas dr keseluruhan buku kita
[28/10 20.43] Yunda Fitrian: ๐Ÿ‘†๐Ÿปoutline awal buku kedua saya
[28/10 20.45] Yunda Fitrian: Ide random dirapikan dg outline, mba ifa.

Itu kerasa banget waktu saya nulis buku kedua dan dikejar2 teteh๐Ÿ˜…

Outline saya sampe bolak balik krn menurut teteh kalo belum detail bakal random terus..ini pake bahasa saya ya  teteh mah ga bilang gitu..lebih galak..galak2sayang๐Ÿ˜
[28/10 20.45] Yunda Fitrian: Nulis bisa jadi bisnis mba..dan bisnis biasanya laris dg kita rajin nulis
[28/10 20.52] Yuni Iidn: 7. Izzah
-Outline it apa yaa๐Ÿ˜๐Ÿ˜
-Gimana biar tulisan qtha di muat di redaksi???

8. Ira
Apa genre bunda yunda yg pertama di tulis? Fiksi non fiksi, dan lebih sulit mana ☺
[28/10 20.53] Yunda Fitrian: Outline: kerangka karangan.
Dimuat d redaksi kayaknya bisa ikut kelas jebol media dr IIDN yak mba yuni๐Ÿ˜
[28/10 20.54] Yunda Fitrian: Mba ira, awal nulis waktu Smp fiksi.

Setelah kuliah sampai sekarang yg banyak digemari orang tulisan nonfiksi.

Menurut saya, pilih yg kita paling kuasai saja bahannya mba
[28/10 21.0: Subhanallah malam ini ilmunya buanyam banget makasih yang sebesar2nya buat bunda yunda yang udah buka2an dan menjelaskan pertanyaan kita dgn sejelas2nya.peluk cium dri jauh untk bunda
[28/10 21.01] ‪+‬: Biasany para penulis itu menulis ngambil dari buku2 lain atau ide dari pribadi masing2???
[28/10 21.09‬: Berapa lama tulisan mba yunda bisa selesai, mulai dari ide, sampai terbit.

Untuk materi yg ditulis, informasi dan referensi bisa di dapat dari apa saja dan dimana biasanya?
[28/10 21.03] Yuni Iidn: 9. Izzah
Biasany para penulis itu menulis ngambil dari buku2 lain atau ide dari pribadi masing2???

10. Ifa
Berapa lama tulisan mba yunda bisa selesai, mulai dari ide, sampai terbit.

Untuk materi yg ditulis, informasi dan referensi bisa di dapat dari apa saja dan dimana biasanya?
[28/10 21.09] : Butuh kesabaran dan ketekunan ekstra ya mbak... Hwa bagi2 rahasia konsistensinya mbak...

Soalnya kalo sudah dimotivasi atau terinspirasi sosok kayak mbak gini rasanya pingin banget bisa sukses dan keren...

Tapi kalo udah sendiri, terlupa dan terlena hal2 lain... Hiksss
[28/10 21.14] Yunda Fitrian: Idem mba..saya juga gitu.

Tapi jadi sadar waktu dgr kata2 motivasi dr seorang temen dan teh indari:

Kadang kita berhenti saat sukses sudah dekat.

Orang sukses adalah yg berusaha sedikit lebih keras dr orang lain.

Banyak orang hanya siap utk sukses tapi tidak siap utk perjuangan mencapainya.

Sempat bbrp kali juga terinspirasi dr kisah sukses para penulis yg dishare d fb cikgu julie nava
[28/10 21.21] ‬: Barusan bilang bahwa bukunya sukses dengan penerbit indie.  Maksudnya gimana ya? 

Dan apakah kita terlibat dalam proses pemasarannya? 

Lalu bagaimana hasilnya?  Ada penentuan target atau gimana?  Agak nyerempet bisnisnya gpp yaa...  ๐Ÿ˜„ . Biar sekalian ilmunya
[28/10 21.25] Yunda Fitrian: Penerbit indie ada bbrp versi mba.

Ada yg murni menerbitkan/ mencetak saja. Ada yg bantu jual di web atau sosmednya.

Aku yg pertama mba. Jadi memang harus mau repot marketing, layout buku sendiri, edit sendiri.

Tapi untungnya juga buat sendiri๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜…

Kalau dg penerbit mayor atau indie tipe 2 masih ada bagi2.
[28/10 21.26] Yunda Fitrian: Oia utk target atau hitungannya yg lebih ngeri misua saya krn beliau orang bisnis. Jadi saya konsul ke beliau utk nentuin harga dll
[28/10 21.33] Yunda Fitrian: baca buku Yakin Dia Jodohmu?
Kalau kamu:

#pengen tau cara membedakan butuh atau ingin nikah?

#Cara membuka topeng calon pasangan

#kehidupan nyata setelah masa bulan madu

#6 jebakan cinta yang membuat pernikahan membawa luka

Bahasanya ringan dan mengalir, buktikan sendiri๐Ÿ˜๐Ÿค—๐Ÿ˜‡

Harga 59rb plus ongkir, jika pesan sebelum 10 nov2017.

Open reseller, info lengkap wapri yaa๐Ÿ˜
[28/10 21.36] Yunda Fitrian: Terimakasih atas perhatian dan waktunya mba mba semua..saling mendoakan dan menguatkan yaa..saya pamit ya mba, ini anak3 udah nagih videocall sama ayahnya yg lagi nginep workshop๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿค—๐Ÿค—
[28/10 21.37] Yuni Iidn: Sebelum ditutup saya ingin menyampaikan satu hal.

Mbak Yunda ini termasuk peserta teladan di kelas 7 hari nulis, private bersama teh Indari ๐Ÿ˜
[28/10 21.37] Yuni Iidn: Makasiiih mbak Yunda ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
[28/10 21.3: ๐Ÿ‘๐Ÿ‘ trims mbak
Semoga ilmunya bermanfaat dan berkah, Aamiin
๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘
[28/10 21.‬: Terimakasih ilmunya yaa mbak Yunda...  ๐Ÿ˜˜
[28/10 21.39]5‬: Trimakasih mb yunda. Semoga nular suksesnya.
[28/10 21.39] Yuni Iidn: Saya bantu jawab ya mbak Cella

Ini pernah dibahas oleh mbak Artha kemarin waktu sharing yaa.

Intinya pedekate sma mereka ☺
[28/10 21.40] Yuni Iidn: Ada yang gratis dan ada yang bentuknya donasi gitu kalau gak salah
[28/10 21.41] Yuni Iidn: Karena mba Yunda muridnya teh Indari jadi pasti dapat fasilitas lah dari teteh ☺

8‬: Ouw...  Baiklah...  Silaturahim memang penting yaa...  ๐Ÿ˜„๐Ÿ‘ ... Baiklah..  Makasi bantuannya mbak Yuni ๐Ÿ˜Š

Wednesday 22 November 2017

Resume Kulwap Manajemen Stres-Keputrian Tangerang

[21/10 20.05] Yunda Fitrian: BERDAMAI DENGAN STRES-Yunda Fitrian

“Sebelumnya dia aktif Mbak, di kampus. Memang setelah kegiatan A yang dia dapat teguran dari teman itu dia mulai mundur. Sekarang sudah 6 bulan lebih dia gak mau keluar kamar”, curhatan seorang  sahabat masih terngiang di kepala saya.


Sedih rasanya mendengar seorang perempuan di usia yang seharusnya produktif, dengan potensi kebaikan begitu banyak, kini mengalami depresi.

Ukhti shalihah, kita adalah jamaah manusia.

Fitrah manusia adalah lemah, butuh sandaran yang kuat.

Ibarat sebuah neraca yang punya sisi kanan dan kiri, kita harus memiliki KESEIMBANGAN untuk bisa berdiri tegak. ⚖๐Ÿ‹๐Ÿป

Sangat manusiawi manakala kita merasa tertekan, baper, galau, dan hopeless dalam episode hidup yang dijalani.

Menjadi tidak wajar manakala episode itu MENETAP dalam kehidupan kita.

 Ibarat memakai kacamata hitam, hari senantiasa mendung dalam pandangan kita.

 Inilah yang perlu kita ubah agar kewarasan tetap terjaga๐Ÿ˜Š

So, mari kita mulai kulwap ini dengan membaca basmalah, tahmid, dan sholawat ๐Ÿ•Œ๐Ÿ•‹

Selanjutnya, sesuai request, kita akan bahas manajemen stres pada perempuan.

Sebelum diskusi panjang lebar tentang stress, yuk samakan persepsi APA itu stress sebenarnya? Karena kalau persepsinya beda, kita jadi STRES ikut kulwap ini๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ

Oh iya, karena latarbelakang saya sarjana psikologi, saya berusaha mengutip dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, insyaallah.

*Definisi Stres☹๐Ÿคข๐Ÿ˜“

Stres merupakan kondisi di mana seseorang MERASA TIDAK MAMPU memenuhi tuntutan pada situasi tertentu secara EFEKTIF ditunjukkan dalam bentuk FISIK maupun PSIKIS (Lazarus & Folkman, dalam Sarafino & Smith, 2012).

Sementara stressor merupakan hal yang memicu seseorang berada dalam kondisi stres.
Nah dari definisi ini kita tekankan kata MERASA.

 Artinya, stress adalah sesuatu yang sangat subjektif๐Ÿ˜Ž

Bergantung pada PERSEPSI (pandangan) masing-masing pribadi.

Sesuatu yang membuat Anna stress, belum tentu membuat Elsa stress juga.

 Makanya sering denger kan komentar (nyebelin) dari orang, “Ah gitu doang ditangisin!” “yaelah…gitu ajaa seteres!”

Ya, karena selain dia tidak berada di posisi kita, apa yang dihayati pun berbeda. Ada orang yang amanahnya bejibun, tapi santai2 aja. Di tempat lain, ukhti Fulanah dikasih 1 amanah aja mukanya galaaau terus. Kayak mikul segunung galon.

Kalau kita menemukan fenomena seperti itu, ya maklum sajalah. Tidak perlu ikut menghakimi. Karena stress memang subjektif sekali.

Stress juga akan tampak dalam kondisi fisik dan psikis seseorang.

 Ada yang sering mules saat ketemu pelajaran matematika (saya banget), pusing kepala saat jadi ketua panitia, atau jadi jerawatan karena sering baper sama postingan si dia…#eeaaa.

Lewat kulwap ini yuk kita kenali supaya kita yang pegang KENDALI. Gak mau kan dikendaliin sama stress?

*Stressor pada perempuan ๐Ÿ“ฑ๐Ÿ’ฐ๐Ÿ“ฟ๐Ÿ‘จ‍๐Ÿ‘ฉ‍๐Ÿ‘ง‍๐Ÿ‘ฆ

Allah menciptakan setiap manusia istimewa. Apalagi kaum Hawa. Buktinya, Adam bahagia setelah diciptakannya Hawa.

Mengapa keberadaan Hawa membawa kebahagiaan bagi Adam? Karena Hawa diciptakan BERBEDA.

 Naluri manusiawi kita memang akan TERTARIK manakala ada yang BERBEDA. Masih ingat pelajaran Fisika tentang magnet kaaan? Ehh jangan ada yang langsung mules yaa denger kata fisika ๐Ÿ˜œ

Otak kaum Adam dan kaum Hawa diciptakan dengan struktur yang berbeda untuk saling melengkapi.

 Perbedaan itu membuat stressor pada lelaki dan perempuan pun berbeda.

Cowok mungkin bisa santai saat emak bapaknya marah-marah, sementara cewek langsung baper nangis siang malem.

Cowok diem seribu bahasa ketika marah, sementara cewek maunya ngomel sepuasnya.
Dan banyak lagi perbedaan khas perempuan dan laki-laki. Meskipun, pada tiap individu kekhasan otak itu tetap tampil dengan keunikannya masing-masing.

 Jadi bisa saja ada cowok yang sukanya curhat dan cewek yang milih diem saat marah.

Secara umum, stressor pada perempuan dan laki-laki sama, hanya cara menanggapinya berbeda.

 Stressor yang khusus perempuan biasanya berhubungan dengan kondisi menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui.

 Di grup ini kayaknya baru ngalamin yang kondisi pertama aja kan yaa.. jadi kita gak perlu bahas yang selainnya, entar jadi saya yang curhat ๐Ÿ˜† #dilemaemakberanak3๐Ÿ‘ถ๐Ÿป๐Ÿ‘ง๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป

Intinya, stressor pada perempuan melibatkan hormon khusus perempuan seperti progesteron, estrogen, LH dan FSH. Saya gak jelasin di sini yak, sok tanya mbah gugel aja biar lengkap ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿš€

Apapun bisa menjadi stressor manakala kita tidak mampu pegang KENDALI atas diri kita.

Tugas sekolah dan amanah banyak, stress. Dibully temen, stress. Dimarahin ortu, stress.

Gak punya kuota, STRES BANGET!!! Hehehe…kids jaman now banget kaan ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿ’ป

Supaya hemat kuota, ehh hemat waktu, kita langsung bahas manajemen stresnya yaw, cekidot.

*Manajemen Stres๐Ÿ‹๐Ÿป

Pada saat menghadapi stress, kita hanya punya DUA pilihan.

Satu, UBAH SITUASI.๐Ÿน

Dua, UBAH CARA PANDANG.๐Ÿ‘

Mana yang lebih mudah dilakukan, itulah yang akan memampukan kita keluar dari episode stress.

Cara pertama artinya kita yang harus mengubah KEADAAN agar SESUAI dengan keinginan kita.

 Amanah dakwah banyak, tugas banyak. Supaya gak stress, kita minta kurangin amanah dakwah, masalah selesai.

 Coba, beneran selesai gak masalahnya?

Kalau beneran selesai, berarti kamu sudah berhasil menggunakan cara satu untuk mengatasi masalahmu.

Tetapi jika ternyata amanah sudah berkurang, stress tetap datang, coba cara dua. UBAH CARA PANDANG.

Ketika waktu terasa begitu cepat karena dari bangun tidur hingga tidur lagi aktivitas sangat padat sehingga kamu merasa penat,
Daripada tidur dengan kepala penuh keluhan,  coba lakukan pilihan kedua: UBAH CARA PANDANG.

Tutuplah hari dengan BERSYUKUR. Karena dengan kondisi sekarang, artinya kamu SEHAT dan BERMANFAAT. Dua kata ini luar biasa nikmatnya.

 Sebab semua kondisi tidak berdaya dan putus asa berawal dari ketiadaan salah satu atau kedua kata.

Ilmu psikologi memberikan istilah REFRAMING pada cara ini. Dalam Islam, kita mengenalnya dengan istilah HUSNUZHAN, berprasangka baik, positive thinking.

Apa yang kita niatkan, itu yang kita dapatkan. Apa yang kita sangka kepada Allah, itu yang akan diberikanNya pada kita.

Dalam bahasa psikologi, reframing diartikan sebagai upaya membingkai ulang suatu kejadian dengan mengubah sudut pandang, tanpa mengubah kejadiannya itu sendiri.

 Framing digunakan sebagai alat untuk membingkai kembali masa lalu yang dianggap sebagai penyebab dari keadaan mental saat ini.

 Reframing berarti menggunakan teknik mengubah cara pandang untuk mempengaruhi, membantu menolong meyakinkan seseorang melihat beberapa gambaran atau ide dari pandangan yang berbeda.

Kalau kita baca Alquran dan hadits, baaanyaaak sekali pesan reframing yang Allah sampaikan pada manusia. Lewat kisah, perumpamaan, sampai kalimat-kalimat indah yang to the point.

Salah satu yang sering kita baca ada di surat Al Insyirah. Ketika Allah berfirman, bersama kesulitan ada kemudahan. Maka sungguh, benar, bersama kesulitan ada kemudahan.

Kalau kita resapi ayat ini, dalam sekali lho maknanya.

Tiap kesulitan yang kita alami, sudah Allah iringkan dengan kemudahan, supaya kita gak stress.

Masalahnya, kita mau gak berusaha menemukan sudut pandang itu? Supaya yang sulit terlihat mudah. That’s our challenge, girls ๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿซ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿ’ป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿ”ฌ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿณ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿš€๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐ŸŽจ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍✈๐Ÿ‘ฎ๐Ÿป‍♀

Kita bisa coba ya latihan reframing sekarang?

Siapa yang mau coba reframing dari kondisi ini:
Elsa sedih teman-temannya seolah mengucilkannya. Apa daya, Elsa bukan kalangan sosialita. Ia sering tak punya paket data. Sering ketinggalan berita yang ngehits di dunia maya. Tidak nyambung diajak bicara. Elsa merasa tidak diterima…

Ayo silakan yang mau coba reframing boleh..

Terakhir, saya akan berikan beberapa tips untuk menghadapi stress supaya tidak berkelanjutan.

๐Ÿ‰ Beri JEDA terhadap stimulus. Ada orang yang komen negatif di WA atau IG, coba beri jeda waktu sebelum balas. Jeda waktu ini memungkinkan kita untuk BERPIKIR sebelum bertindak.

๐Ÿ‰Tenangkan diri. Sebagai Muslim, Allah sudah memberikan kita cara terbaik untuk menenangkan diri: mengingat Allah.

 Setidaknya 17 kali dalam 24 jam kita diajak Allah untuk mengingat bahwa Dia Maha Pengasih, Penyayang, Penolong hambaNya.

Dan ratusan kali sehari kita dituntunNya untuk ingat bahwa Allah Mahabesar, sehingga kecil-lah semua masalah jika kita yakin akan kebesaran dan kasih sayangNya.

๐Ÿ‰Cari pertolongan. Manusiawi untuk berbagi lewat curhatan. Hanya, pastikan kita curhat di tempat yang TEPAT. Sebab salah tempat saat curhat bisa membuat stress kamu tambah berat

๐Ÿ‰Lakukan kedua solusi tadi, bisa cara SATU, DUA atau kombinasi keduanya.

๐Ÿ‰Tetaplah bersama orang orang baik. Dengan berinteraksi dalam komunitas kebaikan, insyaallah keberkahan hadir lewat inspirasi yang menjadi solusi.


Finally, inilah akhir dari narasi saya. Semoga bermanfaat, silakan bertanya mumpung kita bersua meski hanya di dunia maya ๐Ÿ˜†๐Ÿ™๐Ÿป

wallahu a’lam bishshawab, yang benar datang dari Allah, kesalahan dari saya pribadi.

Referensi:
http://digilib.uinsby.ac.id/15155/5/Bab%202.pdf

https://www.theguardian.com/science/2015/nov/30/brain-sex-men-from-mars-women-venus-not-so-says-new-study

http://repository.unpad.ac.id/20611/1/Jurnal-Tesis-Susy.pdf

http://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-hormon-pada-wanita-dan-fungsinya

naskah buku yakin dia jodohmu?


[21/10 20.16] ‪+: Silahkan teman2, adik2 semua,,

Sudah bisa japri ke saya, utk pertanyaan2nya~

Ditunggu sangat, ❤
[21/10 20.19] Yunda Fitrian: Oh iya tambahan, tadi lupa ditulis.

Menekuni hobi yang membuat kita merasa tenan, nyaman, dan senang juga bisa meminimalisir dampak stres lho.
[21/10 20.23] Yunda Fitrian: Baiklah sambil yg lain bertanya, saya coba jawab yg sudah masuk ya
[21/10 20.27] Yunda Fitrian: 1. Semua manusia pasti pernah salah.sebaik baik orang yg berusaha memperbaiki kesalahannya.

Menyesali kesalahan itu bagus, tanda taubat nasuha. Jika belum bisa memaafkan diri sendiri, fokuslah pada minta maaf langsung ke Allah dan kalau memungkinkan ke orang yg pernah kita zalimi.

2. Gagal move on namanya๐Ÿ˜…
Berarti belum nemu sudut pandang lain, belum bisa reframing krn masih suka dg cara pandang lama.

Kalau gitu, nikmati saja selama merasa tidak rugi
[21/10 20.27] Yunda Fitrian: Wening_alumnus SMAN 8 Tangerang

1⃣ Bagaimana cara reframing terhadap kesalahan diri sendiri, agar bisa lebih mudah memaafkan diri sendiri?

2⃣ Apa yang sebaiknya dilakukan, bila reframing ternyata belum berhasil membentuk sudut pandang baru dan lebih nyaman dengan sudut pandang yg dahulu?
[21/10 20.28] Yunda Fitrian: ๐Ÿ‘†๐Ÿปitu pertanyaan dan jawabannya
[21/10 20.28] Yunda Fitrian: Yeni

Gimana supaya gak kebawa ikutan stres ketika dengar curhatan teman yg sdg stres?
[21/10 20.28] Yunda Fitrian: Norma dri Sman 13 kab.tangerang

Gimana cara nya disaat stres dalam pelajaran yg bener2 ssh di pahamin, skali ny paham, nnti lupa lagi. Sdg kn dalam diri ada rasa kesel apalagi klo mw uas :v dan emg gasuka sma pljrn ny, kn jd stres๐Ÿ˜…
[21/10 20.28] Yunda Fitrian: Yeni

Wajar gak sih kalo kita ngelak "enggak kok, gw gak stres. Gw baik2 aja"
ada dampak buruknya gak bwt diri kita?
[21/10 20.28] Yunda Fitrian: Feby_MAN 1 TNG
Bagaimana cara menyikapi seseorang yang selalu bersikap mau menang sendiri atau biasa disebut egois? Kadang kalau punya temen kaya gitu suka buat stres
[21/10 20.31] Yunda Fitrian: Nah ini...
Kadang orang yg dicurhatin lebih stres dr yg curhat.

Yg curhat udah move on, atau cuma numpang ngeluh...yg dengerin malah galau n baper๐Ÿ˜…

Jadi kuncinya, setelah dengarkan, serahkan pada Allah.

Dg mendengarkan saja kita sudah membantunya.

Jika ada yg bisa dilakukan lebih dari itu, alhamdulillah.

Kebanyakan orang curhat cuma butuh didengar dan didoakan๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡
[21/10 20.33] Yunda Fitrian: Ga suka pelajarannya pasti jadi bad mood dan kerja otak ga optimal utk belajar.

Coba reframing, apa keuntungan kita belajar mapel ini?

Kalo ga ketemu, syukuri saja kita masih bisa belajar dibanding teman2 seusia kita yg tdk mampu sekolah di saat mereka sangat ingin.

Jadi rasa tdk suka itu yg harus diminimalisir. Good mood makes our brain works better๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป

[21/10 20.36] ‪+‬: Saya Salsabila dari UMT. Saya mau tanya dengan ibu, bagaimana cara mengurangi stress (banyak pikiran) untuk jenjang mahasiswa seperti saya. Saya hampir setiap hari banyak pikiran, banyak kegiatan tapi saya selalu kepikiran terus   sampai stress bahkan sampai membuang2 waktu.. Terimakasih ibu ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š
[21/10 20.36] Yunda Fitrian: Persepsi stresnya disamain dulu mungkin yen.

Bisa jadi mengelak itu krn dipersepsinya, stres itu kayak orang2 skizofren atau psikopat๐Ÿ™€

Jadi malu kalo bilang stres..

Bisa juga itu cara orang fight dg stresnya, defense supya ga terlihat rapuh.

Dampaknya ya tergantung alasannya.

Kalo krn defense ya bisa jadi rapuh di dalam dan suatu saat meledak.
[21/10 20.38] Yunda Fitrian: Coba feby..balik lagi ke 2 cara di artikel tadi.

Ubah si dia, atau ubah cara pandang kita?
Mana yg lebih mudah?๐Ÿ˜Š

Dan kalau mau menyampaikan ttg ketidaknyamanan kita dg cara/kepribadian teman, lakukan di saat yang tepat, dg cara yg santun, personal (tdk di medsos, tdk di depan umum, menjatuhkan)
[21/10 20.38] Yeni Mybest: Hohooo..gituu yaaa

Intinya menyadari klo qt sedang stres, menerima kondisinya lalu mulai move on

Gitu kali yaa?
[21/10 20.39] Yunda Fitrian: Fani

1. Ada orang yg dia takut curhat karna khawatir melewati batas sehingga menjadi ghibah atau bahkan membuka aib keluarga misalnya, bagaimana tanggapan kaka dg hal ini, bukankah qt bisa mendapatkan sudut pandang baru ketika adanya masukan2 positif dr org lain? Atau sudut pandang itu bisa qt rubah sendiri tanpa dipicu oleh org lain?
[21/10 20.42] Yunda Fitrian: Betul fani, akhirnya ada yg sampai depresi lho krn pny anggapan begini.

Balik lagi ke artikel tadi.

Asalkan tempatnya tepat, justru itu ikhtiar utk mengatasi masalah.

Lain halnya jika masalah diumbar di medsos atau tempat umum tanpa mencari solusi.

Dalam Islam selama menceritakan aib itu tujuannya solusi,boleh kok. Syaratnya, hanya pada orang yg memiliki kewenangan/ kompetensi dlm masalah tsb.
[21/10 20.43] Yunda Fitrian: Oia di zaman Rasulullah pun para sahabat curhat sampai masalah pribadi kan
[21/10 20.43] Yunda Fitrian: ๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป
[21/10 20.43] Yunda Fitrian: Sinta_SMAN 2 Tangerang_ bagaimana cara menghadapi orang yg suka ngeremehin hobi kita, padahal hobi kita bisa membuat stres hilang .-.
[21/10 20.46] Yunda Fitrian: Reframing lagi, sinta.

Kalo ngubah orang itu biar mengapresiasi hobi kita,  bisa juga sih.
 Tunjukkan dg prestasi kita di bidang hobi tsb.

Tapi kadang cape kan kalo melakukan sesuatu hanya utk membuktikan diri ke orang lain๐Ÿ˜Š

Kalo bisa bermanfaat dan berprestasi alhamdulillah.
Jika belum bisa, yg penting Allah ridho ga dg hobi kita itu?
[21/10 20.49] Yunda Fitrian: Panggil teteh, kakak, atau mba aja biar berasa muda๐Ÿ˜†

Cara ngurangin stres krn tumpukan tugas cuma satu: KERJAKAN!๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป

Buat catatan apa saja yg harus dilakukan, deadline nya kapan.
Hari ini mau ngerjain apa, jam brp?

Kebanyakan kita menghabiskan waktu buat memikirkan masalah dan bukan melakukan solusi๐Ÿ˜…
[21/10 20.49] Yunda Fitrian: Airine_SMAN 8 Tangerang

Apa tanda-tanda stress yang berlebih? Apa kurang minat dengan hobi lagi juga termasuk?
[21/10 20.52] Yunda Fitrian: Betul sekali airine.

Stres yg berlebih bisa jadi depresi, ini harus ditangani oleh profesional (konselor, psikolog, psikiater).

Cirinya menarik diri (gak mau ketemu orang), gak minat lagi sama hobi, lebih banyak murung.
Kalau sampai berlangsung 2 bulan berturut turut, baiknya ajak langsung utk konseling.
[21/10 20.53] Yunda Fitrian: Aulia_SMAN 6

Ketika kekeluargaan yg telah lama di bangun oleh kakak2 ku di sekolahan ku... lalu pemimpin sekolah kami mendapatkan sebuah gagasan tentang pengajaran oleh yayasan baru lalu di beri kesempatan untuk mengemukakannya, hal itu membuat sebuah perubahan yg besar pada ekskulku di mulai dari perubahan pembina, murabbi2 nya, pengajarannya berubah yah menurut saya lebih seru namun banyak hal yg saya tidak suka seperti seringnya berkumpul tanpa hijab.

Semua perubahan itu membuat kakak2ku tersingkir dari sekolahanku dan dari perubahan itu buat saya males berkumpul di ekskulku namun sangat khawatir kalo adik2ku di biarkan.

Kak dari cerita itu gimana yah caraku bersikap?
[21/10 20.55] Yunda Fitrian: Menurut aulia, yg paling bisa aulia lakukan apa?

Pikirkan satu tindakan kecil yg bisa dilakukan mulai dari diri sendiri dan saat ini juga.

Baca keadaan sekitar. Baca kondisi guru,kakak2, dan teman2.

Menurut aulia, apa yg mereka butuhkan?

Apakah kebutuhan itu bisa aulia penuhi?

Apa lagi yg bisa aulia lakukan?
[21/10 20.56] Yunda Fitrian: Qurrotu_UIN jkt,

Bagaimana cara menghadapi teman yang suka meremehkan kita disaat kita pengen mendalami ilmu, kita suka dibilang sok sok an, trus dibilang sok syar'i?

Kadang bikin hati tersinggung dan bikin gk nyaman aja gitu.

Terimakasih kakak๐Ÿ˜Š
[21/10 20.57] Yunda Fitrian: Balik lagi.

Lebih mudah ngubah temen2 supaya jadi sosok yg menerima qurrotu,

Atau

Mengubah cara qurrotu melihat ejekan mereka?
[21/10 20.58] Yunda Fitrian: Berhubung sudah ada beberapa yg tanya ttg menghadapi teman yg kepribadiannya kurang menyenangkan, coba yuk buat reframing dr kondisi ini..
[21/10 20.59] Yunda Fitrian: Misal: diejek sok suci krn kebanyakan ngaji.

Reframing: alhamdulillah masih ada temen yg bisa jadi ladang pahala utk mempraktekkan ilmu di kajian2 yg aku ikuti (praktek sabar)
[21/10 21.01] Yunda Fitrian: Misal: hobi menggambar kita diremehkan oleh ortu atau saudara.

Reframing: oh mungkin menurut mereka ga ada gunanya. Kalo gitu aku jadi semangat utk nunjukkin bhw menggambar itu sangat menjanjikan buat masa depan, secara ini era digital

[21/10 21.04] ‪+: Mungkin seperti ini ya kalimat pertanyaan dee, agar todak keluar dr tema, dan mba Yunda bisa jawab dan tetap fokus dg tema

*Ada perubahan dalam sistem sekolah yang menyebabkan saya malas berkumpul dg ekskul namun mengkhawatirkan adik2 kelas jika terpengaruh dg sistem baru yg gak baik tsb. Bagaimana sebaiknya saya menyikapi permasalahan tsb agar tidak stress?*
[21/10 21.05] Yunda Fitrian: Memang tidak mudah melakukan reframing.

Apalagi kalau ketidaknyamanan itu kita hadapi setiap hari.

Kembali lagi, memang tidak mudah utk jadi orang baik yg dirindukan surga.

Ketika dada terasa sempit oleh sikap dan komentar orang lain, bukankah itu tandanya Allah sedang menunggu  kita curhat padaNya?
Agar semakin dekat dan khusyu dalam sholat.
[21/10 21.09] Yunda Fitrian: Sedikit sharing sambil nunggu yang mau tanya lagi..

Untuk membiasakan reframing, dalam Islam kita mengenal manajemen qolbu.

Semakin terkelola dg baik hati kita, semakin jernih ia melihat segalanya.

Daripada merasa diri sbg korban, tingkatkan derajat menjadi penyintas/survivor.

Kasihani saja orang2 yg mengejek, egois,.dst.

Karena mereka memang patut dikasihani.

Doakan kebaikan dan hidayah bagi mereka, kelak doa terbaik dr malaikat pun sampai pada kita.
[21/10 21.10] ‪+‬: Silahkan juga, temen2 yg mau memberi tanggapannya, boleh ijin dulu sampai saya persilahkan baru posting tanggapannya ya
[21/10 21.13] Yunda Fitrian: Yeni

Ada orang yg stres tiap ketemu org yg pernah bikin kecewa.

Baiknya apa ya, yg bisa kita bantu ke dia?
[21/10 21.15] Yunda Fitrian: Kasi tau tentang 2 cara tadi yen..

Mau ubah orang yg bikin dia kecewa,

Atau ubah cara pandang biar ga stres terus?

Dan sebagian orang ada yg tipenya pengeluh. Jadi stres terus๐Ÿ˜…
[21/10 21.17] Yunda Fitrian: Indah

Ada orang yg sering berhalusinasi hewan contoh kecoa ada 100 di rumahnya. negatif thinking sm org. Sering suuzhon kl penyakit yg dia punya krn diguna2 org lain. Itu ada indikasi stres bukan?
[21/10 21.17] Yunda Fitrian: Wah..ini mirip gejala gangguan jiwa skizofrenia, indah.

Kalau sudah sampai berhalusinasi, sulit membedakan nyata dg khayal, baiknya dibawa ke psikolog.
[21/10 21.18] Yunda Fitrian: Kita tidak bisa juga langsung mendiagnosa tanpa pemeriksaan ahli๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป
[21/10 21.18] Yunda Fitrian: Itu awalnya stres juga
[21/10 21.18] ‪+6‬: Artinya, banyak ngeluh bisa jadi pemicu qt stress ya kak?

Misal, ngeluh aduuh amanah ini itu, disana dan dsitu, belum selesai satu sudah bertambah lagi,,

Atau sperti tugas kerjaan dikantor atau sekolah yg semakin menumpuk, buat qt stress krna banyak memgeluhnya ketimbang gerak bekerja utk menyelesaikannya~
[21/10 21.19] Yunda Fitrian: Bisa jadi..

Ngeluh bukannya ga boleh sih.

Sesekali wajar ngeluh.

Tapii kalau setiap saat setiap waktu yaa capcaay deeh๐Ÿ˜…๐ŸŒฝ๐Ÿฅ•๐ŸŒถ๐Ÿฅ’
[21/10 21.23] ‪+‬: Kalo halusinasinya, lebih seperti membayangkan sampai mengeluarkan kata2
"Ah,, coba saya bgini, seharusnya itu gak akan terjadi,,"

Terus dia membayangkan runut, sperti membuat cerita sendiri dg hayal dia, yg tidak sesuai dengan kenyataan itu bagaimana kak?
[21/10 21.25] ‪+‬: Silahkan mba Yeni, tanggapannya..
[21/10 21.26] Yeni Mybest: Kita nya juga mesti sabar dan banyak doa yaa buat menenangkan ybs

Baiklah..
Dicoba kalo ketemu lagi kondisi begini
[21/10 21.26] Yeni Mybest: Capcaayyy enakk MyBest๐Ÿ˜‹
[21/10 21.27] Yunda Fitrian: Halusinasi itu mempersepsi yg tidak ada menjadi ada, secara indrawi (suara, visual, dst).

Kalau yg fani contohkan itu sepertinya khayalan biasa selama dia tau kejadian sebenarnya tidak begitu.
[21/10 21.36] ‪+: Dari 2 cara utk menghadapi stress ini, antara ubah situasi dg ubah cara pandang/reframing,

Sepertinya, lebih efektif yg kedua ya kak,,

Jika dilihat scara umum dr kebanyakn pertanyaan teman2 disini,

Betapa luar biasa dampak dr reframing ini,
Apa cara merubah sudut pandang ini berkaitan erat dan berbanding lurus dg kedekatan qt dg Allah swt.?
[21/10 21.38] Yunda Fitrian: Wallahualam krn kedekatan hamba dg Allah, hanya Allah yang tau๐Ÿ˜‡

Yg jelas, d negara barat sana yg bukan Muslim pun sdg kembali pada positive psychology: memberdayakan diri lewat pola pikir yg positif
[21/10 21.40] ‪+1‬: Kak Yunda, mau nanya lagi...

2⃣ Boleh gak sih kalau cara ngubah framing-nya gini:

'Ngarang' cerita yg cukup logis, lalu disugestikan ke diri sendiri bahwa sebenarnya itu yg terjadi... bukan seperti framing sebelumnya (yg dulu). Kasusnya, utk healing diri sendiri. Hehe
[21/10 21.41] Yeni Mybest: Ketidakmampuan kita mengungkapkan apa yg sedang kita rasakan apakah bs menyebabkan stres yg fatal?
[21/10 21.42] Yunda Fitrian: Jadinya ngarang cerita yg dimaksud di sini lebih ke reka ulang dari sudut pandang yg berbeda mungkin ya?

Boleh2 aja, selama bukan membohongi diri yaa๐Ÿ˜…

Bedanya kalo membohongi diri itu udah tau tapi ga mau ngaku
[21/10 21.43] ‪+‬: Iya, Kak. Reka ulang dari berbagai kemungkinan.
[21/10 21.44] Yunda Fitrian: Fatal tidaknya tergantung tingkat stresnya yen..

Tapi ketidakmampuan mengungkapkan itu bisa membuat orang tambah stres: iyap.

Jadi kita perlu banget ngungkapin stres kita. Bukan curhat aja kok caranya. Bisa dg olahraga, seni, bahkan berkarya.
[21/10 21.44] Yunda Fitrian: Bisaa
[21/10 21.45] Yeni Mybest: ๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ˜˜
[21/10 21.49] ‪+‬: Nah, kalo negara barat mengenalnya dg bahasa itu kan ya, positive psychology,

Sdgkan qt sebagai muslim, harus lebih meyakinkan diri bahwa segala masalah yg ada sejatinya sebagai tempaan diri, ujian lagi apakah qt sudah yakin belum bahwa disetiap kesulitan, Allah juga memberikan kemudahan..

 _berprasangka baiklah kepada Alloh_

Maka reframing akan midah qt buat, bgitu bukan kak?
[21/10 21.51] Yunda Fitrian: Betul betul betul๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡
[21/10 21.51] Yunda Fitrian: Airine SMAN8
Kak, maaf nanya lagi.. bagaimana kalau terus menerus merasa menjadi korban karena stress belum bisa memaafkan orang? Apa hal tsb. bisa dikategorikan sebagai orang yang sombong?
[21/10 21.54] Yunda Fitrian: Sombong itu: menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
Apakah sampai pada definisi itu perasaannya?

Memaafkan memang sulit. Hanya bisa dilakukan oleh orang yang kuat (jiwa dan keyakinannya pada ampunan Allah).

Selama kita terus menerus merasa sbg korban, selamaitu pula kita membawa penyakit dalam hati.

Rugi sebenarnya. Coba latihan reframing, krn kesalahan orang lain pasti ada hikmahnya buat kita
[21/10 21.55] ‪+‬: Maa syaa Alloh,

Liar biasa sekali, diskusi online qt malam ini teman2,
[21/10 21.55] ‪+‬: Mungkin dari ka Yunda masih ada kalimat terakhir utk kami sbg penutup?
[21/10 21.58] Yunda Fitrian: Alhamdulillah, semoga bermanfaat.

Kembali lagi intinya,  Allah sesuai persangkaan hambaNya.

Dia Mahabaik, jika kita yakin akan kebaikanNya.

Mohon maaf atas segala khilaf.

Semoga silaturahim kita tetap terjalin๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜

Jazakillahkhairankatsir๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜๐Ÿ™๐Ÿป
[21/10 21.59] Yunda Fitrian: Ohiya mohon izin saya akan posting resume kulwap ini di blog saya, boleh sekalian intip baca2:

jejakyundafitrian.blogspot.com

Resume Kulwap Mengatasi Anak Tantrum

[10/11 20.42] Yunda Fitrian: Bagaimana Menghadapi Anak Tantrum? ๐Ÿ‘ถ๐Ÿป๐Ÿ‘ง๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป๐Ÿ•ต๐Ÿป‍♀๐Ÿ•ต๐Ÿป
Oleh Yunda Fitrian

Akan ada masanya anak kecil imut nan manis di hadapan kita berubah menjadi makhluk garang.

Saat ia belajar berkata TIDAK dan menuntut kemauannya dipenuhi.

Dalam intensitas yang tinggi penolakan atau perjuangan mendapat keinginan itu dilakukan dengan kekerasan fisik seperti menendang,membanting barang, hingga menggigit atau mendorong orang lain.
Itulah perilaku yang sering kita istilahkan dengan temper tantrum.

Semua anak akan mengalami fase mampu menolak dan berjuang mempertahankan keinginan, sebab mereka tengah mengalami masa egosentris.

 Sebuah masa di mana orang hanya mampu melihat sudut pandangnya sendiri.

Ada anak yang hanya tantrum dalam rumah, dalam intensitas rendah, ada pula yang tantrumnya sampai di tempat umum dengan intensitas tinggi: mengamuk hingga keinginannya terpenuhi.

Nah, terlepas dari tempat dan intensitasnya, tantrum memang perlu kita hadapi dengan strategi khusus.

Tujuannya agar anak bisa memperbaiki perilakunya sehingga bisa memilih cara yang lebih baik dalam menolak atau memperjuangkan keinginan.

Terbayangkah jika kebiasaan tantrum menjadi karakter?
Coba bercermin dan lihat sekitar kita.

Ada lho orang dewasa bahkan lansia, yang memang kurang pendidikan sampai yang terdidik sekalipun, terbiasa tantrum untuk mendapatkan keinginan.

Berita baiknya, kita bisa mencegah tantrum menjadi karakter dengan menanganinya sedini mungkin.

Ini dia tips n triknya:

๐Ÿฃ1. cari tau sumber tantrumnya.

Ada yang alami dan buatan. Alami maksudnya memang hal yang secara fisik tidak nyaman misalnya kepanasan, lapar, sakit. Karena anak belum mengerti cara mengungkapkan dan mengatasi hal tersebut ia jadi tantrum.

Buatan maksudnya penyebab tantrum adalah stimulus luar hasil belajar anak dari pola asuh orangtua.

Misalnya, anak tergoda beli permen dan ia tahu sulit untuk mendapatkannya.

 Awalnya anak hanya coba coba nangis dan teriak, eh ternyata mempan orangtua luluh memberi permen.

Anak belajar bahwa ia hanya perlu menangis dan berteriak lebih kencang, kalau masih gagal mengamuk dengan lebih dramatis agar ortu mengabulkan keinginannya.

Bisa juga anak hanya ingin mencari perhatian karena merasa bosan dan tak diperhatikan.

๐Ÿฃ2. baik alami maupun buatan, hadapi tantrum dengan tetap TENANG.
jangan sampai ortu terpancing tantrum juga.

Biasanya di tempat umum karena malu, ortu merespon dengan ekstrem: mengabulkan keinginan, atau malah membentak anak. Menunjukkan bahwa tantrum harus dilawan dengan tantrum.

Anak bisa tahu ortu tenang dari intonasi suara yang datar, tubuh yang menjaga jarak, dan ekspresi wajah yang lurus (tanpa kerutan di sana sini).

๐Ÿฃ3. Beri anak pilihan dengan bahasa sesingkat mungkin.

Kakak mau dipeluk atau dibiarkan?
Kamu mau tidur di kamar atau di ruang tengah?

Kalimat pertama biasa terucap di rumah saya saat anak tantrum.
Kalau anak minta dipeluk, saya peluk.

 Kalau mau dibiarkan saya tinggalkan sambil berpesan, kalau sudah bisa tenang dan mau bicara panggil ibu.

๐Ÿฃ4. Jauhkan dari benda berbahaya.

 Sebagian anak mengamuk dengan melempar barang, menendang dan sebagainya yang bisa jadi berbahaya jika tidak diawasi.

๐Ÿฃ5. Beri timeout.
Beri batas waktu penanda untuk anak menenangkan diri.

Misalnya dengan hitungan angka atau menit.
Oke silakan kakak teriak sampai 5 menit. Nanti ibu lihat setelah 5 menit apa kakak sudah tenang.
Ibu hitung sampai 5, kamu bicara pelan pelan.

๐Ÿฃ6. Laksanakan apa yang kita ucapkan.

 Jangan ajarkan anak ingkar janji.
Oleh karena itu, katakan HANYA apa.yang BISA kita lakukan.

Jika kita mengancam dengan nanti mama tinggal, nanti papa panggil polisi. Oke, mungkin kah kita melakukannya?

Jika tidak, anak akan semakin yakin bahwa ortunya tidak serius dengan apa yang dibicarakan.

 Akibatnya, anak tidak percaya lagi dengan ucapan orangtua. Akibat lebih Parahnya, anak belajar bahwa ingkar janji itu bolehsekali.

๐Ÿฃ7. Jangan bicara panjang lebar sampai anak tenang. Tidak ada gunanya.

Setelah anak reda, misalnya malam hari atau besok paginya, bantu anak berefleksi dengan cerita, membaca buku, main peran, atau apapun yang melibatkan pesan tentang cara mengungkapkan keinginan yang tepat.

๐Ÿฃ 8. Lakukan pencegahan tantrum di tempat umum dengan memberikan informasi pada anak tentang tempat yang akan dikunjungi dan perilaku seperti apa yang diharapkan.

Misal kita mau pergi ke toko buku, nanti kakak boleh pilih 3 buku tapi ibu lihat harga dan isinya dulu ya.

Kalau mau ikut kerja, boleh. Tapi nanti jawab ya kalau ada yang tanya tanya kamu.

Jadilah orangtua konsisten agar anak paham perilaku apa yang diharapkan.

Jika orangtua merespon dengan pola yang berbeda, anak gagal paham apa yang diinginkan orangtua.

Misal satu waktu ketika anak tantrum ortu tegas, lain waktu ternyata lepas, menuruti keinginan anak. Anak akan belajar bahwa ada peluang untuk mendapatkan keinginan dengan tantrum.

Wallahualam alam bish shawab, semoga bermanfaat.

Referensi
LAce Rader, Attachment Parenting
Yeti Widiati, Senyaring Tawa Ananda
Www.bidanku.com
[10/11 20.44] Yunda Fitrian: Sharing sedikit..anak saya yg tengah termasuk tipe yg suka tantrum di rumah.

Alhamdulillah ga ada yg tantrum di depan umum.

Nah kalau tantrumnya lagi kumat, saya biasa pakai tips2 d atas.

Plus pesan sponsor: maaf ya Ayah sama Ibu gak akan kasih permintaan anak yg ngamuk
[10/11 20.47] ‪+‬: Udh boleh nnya blum ya?
[10/11 20.49] ‪+‬: Mangga teh dewii...
[10/11 20.50] ‪+‬: MasyaAlloh, singkat tp jelas ya ka yunda..
[10/11 20.50] ‪+‬: Ada 8 tips yg bs kita praktekan
[10/11 20.53] ‪+‬: Sdikit sharing jg nih ka, sy jg saat ini jd pengajar d sebuah sekolah tingkat kanak2. Luar biasa pernah saya temukan anak tantrum. Tantrumnya sdh ekstrim, sampai guling2 d tanah, bahkan hampir jedotkan kepalanya. Lalu sebisa mungkin kami cegah tindakan berbahayanya.
Ada jg yg sampai menggigit tangannya sendiri sampai luka krn ingin sesuatu.
[10/11 20.54] ‪+‬: Tp bagi kami para guru sprtinya akan nihil jk hal2 yg kita terapkan utk meminimalisir tantrumnya tp d keluarga tdk d terapkan
[10/11 20.54] Yunda Fitrian: Ini pe er pengelolaan emosi di rumahnya banyak๐Ÿ˜ง๐Ÿค•
[10/11 20.55] ‪+‬: Masih d marahi atau selalu d turuti mamahnya.
Sekaligus mengawali pertanyaan yah ka, agar guru dan ortu sinergi utk membentuk karakter anak yg jauh dr tantrum kiatnya bgmn??
[10/11 20.56] Yunda Fitrian: Betul sekali.
Makanya sekarang orangtuanya mesti disekolahin dulu..bikin acara parenting wajib utk ortu๐Ÿ‘จ๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป
Ini yg aku ajukan d tempat kerja dan juga sudah banyak dilakukan sekolah2 bagus
[10/11 20.56] ‪+: Penanya:nurrita dewi
Angakatn:2006
Pertanyaan: yang agak susah itu kalau anak tantrum di tempat umum ya mbak, kadang karena faktor gak enak sama orang lain ortu jadi ikutan esmosi. Seperti kemarin ketika saya tahsin bawa si sulung, mungkin karena dia bosan, dia jadi ngambek ngajak pulang, saya lagi setoran. Jadi deh seisi kelas heboh. Sayanya jadi gak enak sama teman walau mereka memaklumi. kalau begitu gimana ya ngatasin nya, apa saya harus keluar saja dr kelas tahsin?menitipkan anak juga nggak mungkin. Jadi galau galau gimana gtu

[10/11 20.57] Yunda Fitrian: Sudah terjawab ya mba sri..bikin forum parenting dg ortu.
Di awal masuk sekolah buat surat pernyataan komitmen dan kesediaan ikut parenting dr sekolah
[10/11 20.58] ‪+‬: Hehe.. galauers ya teh dewi..
Mangga ka yunda..
[10/11 20.58] ‪+‬: Info, pertanyaan sesi 1, 3 penanya ya ukhties..
[10/11 20.59] ‪+‬: Siapa lagi ayok... acungkan tangan dulu ☝๐Ÿป Sambil menunggu ka yunda menjawab. Mangga acungkan tangan yg ingin bertanya. Dtampung dulu ☺
[10/11 21.00] Yunda Fitrian: Semangat mba dewi๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป
Perjuangan seorang ibu pembelajar ya๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป

Utk preventif k depannya bisa ikuti saran saya ya mba,  jelaskan anak situasi yg akan dihadapi dan perilaku yg diharapkan di tempat tahsin.
Jgn lupa bawakan amunisi berupa mainan dan snack.

Sebaiknya memang anaknya dibawa keluar ditenangkan dulu.

Krn selain anak makin ga nyaman krn dipaksa, teman2 juga walaupun maklum tp bisa jadi terganggu.
[10/11 21.01] ‪‬: Bgmn teh dewi? Ada yg masih mengganjal?
[10/11 21.02] ‪+‬: Sudah bu moderator
Mksh mba yunda jawabannya
[10/11 21.02] ‪+‬: Alhandulillah. Silahkan selanjutnya teh rasmi. ๐Ÿ˜Š
[10/11 21.06] ‪+‬: D belakang teh rasmi, ada yg ingin bertanya?
Anak tantrum itu pasti akan terjadi pada siapapun ya ka yunda.. tp mmg anak yg sdh dbiasakan mengelola emosinya akan menempatkan tempat yg sesuai ya.. ini pe er ya bund dan calon bunda..
[10/11 21.06] ‪+‬: Penanya : Rasminah
Angkatan : 2006
Pertanyaan :
Saya punya 3 orang anak,
Anak yang pertama usia 8 th.
suka marah, mbentak dan menggertak2an kakinya jika permintaan nya tidak dituruti, sulit utk diajak berbicara baik2.

Yang kedua usia 4 the jika bangun tidur siang pasti menangis dan sulit didiamkan. Harus digendong2 dulu, dan itu membutuhkan waktu yg agak lama. Sedangkan adiknya pasti pgn digendong juga, jika lihat si kakak digendong

Anak ke 3 terkadang menangis tdk mau digendong, dan blm dimengerti maunya spt apa. Jika ditinggalkan akan tambah menangis sejadi2 nya.

Apakah ada penyebab anak2 saya bisa spt  d itu? Mohon solusi dr kejadian2 anak2 saya tersebut.

Terimakasih sebelumnya.
Sambil curhat ๐Ÿ˜€
[10/11 21.08] ‪+‬: MasyaAlloh teh rasmi.. super... ๐Ÿ’ช๐Ÿผ

[10/11 21.08] Yunda Fitrian: Betul mba rizki
[10/11 21.08] ‪+‬: Ishbir ya teh..
Mangga ka yundaa
[10/11 21.09] Yunda Fitrian: Toss dulu ya mba, sama2 emak beranak 3
[10/11 21.09] Yunda Fitrian: Anak yg ke 2 dan 3 usia berapa mba?
[10/11 21.10] Yunda Fitrian: Utk yg sulung sudah bisa diajak bicara banyak mba.

Jadi kemungkinan ada miss dalam pengenalan dan pengelolaan emosi.

Masih sangat bisa diubah dr sekarang.
[10/11 21.12] Yunda Fitrian: Jadi utk si sulung, mba rasmi temukan 1 waktu yg santai dan nyaman, ajak bicara ttg tantrumnya.

Lewat cerita dan main peran, ajak anak mengelola emosinya.

Ketika tantrum terjadi, ingatkan dg tenang dan singkat:
Kakak maaf bunda tdk akan penuhi mau kakak jika belum tenang.

Dan selanjutnya gunakan tips di atas
[10/11 21.14] ‪+‬: Semuanya berbicara dg hati ya ka yunda.. ๐Ÿ‘๐Ÿป
[10/11 21.14] ‪+‬: Bgmn teh rasmi, ada yg masih mengganjal hati?
[10/11 21.14] ‪+‬: Ada titipan pertanyaan (akhir dari sesi 1 ya)

Penanya: ririn rahayu
Angkatan: 2006
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara yg baik untuk mengingatkan anak supaya mengerti kalau yang dilakukan itu hal yang berbahaya. Kadang seusia 2 tahun lebih 3 bulan masih belum paham apa yg disampaikan orangtuanya malah cenderung penasaran dan ingin dilakukan/dicoba.

2. Apa yg dilakukan orangtua saat anak sedang tantrum? Apakah dibiarkan saja atau bagaimana?

3. Bagaimana caranya agar menjadi orangtua yg sabar dalam menghadapi anak yg masih balita. Kadang disaat capek suka terbawa emosi.

4. Apa yang dilakukan orangtua saat si kaka cemburu dengan adiknya?
[10/11 21.15] Yunda Fitrian: Si sulung sudah bisa dikasih konsekuensi juga jika masih berulang tantrum.

Misalnya jika tantrum maka tidak dapat nonton kartun, dsb
[10/11 21.15] Yunda Fitrian: Utk yg usia 4 thn bisa diajarkan lwt cerita dan main peran juga mba
[10/11 21.18] Yunda Fitrian: 1. Pakai bahasa yg pas dg seusianya mba, pendek dan sederhana.
Usia 2 thn biasanya sudah cukup ngerti banyak kosakata.
Misal: de, ini kompor apinya panas. Ade bisa luka. Main di tempat lain ya.

Atau,

De ini gunting tajam, bisa luka jari ade kalau kurang hati hati.
Boleh pakai kalau dilihatin ibu ya
[10/11 21.18] Yunda Fitrian: 2. Lihat tips n trik di atas ya mba.
Tanya anak dg tenang, mau dipeluk atau dibiarkan?
Lalu kasih waktu, pilihan singkat, dst
[10/11 21.19] ‪+‬: Wah jd seru nih... kalau yg biasa membacakan buku kpd anak, sprtinya udah jd kegiatan yg sering dlakukan ya utk bermain peran.
betul sekali ketika bermain peran keceriaan anak semakin bertambah dan kalau sdh nyaman dg kita krn kita buat anak ceria mrk akan mendengarkan dg baik apa yg kita katakan.
Pengalaman d sekolah ๐Ÿ˜„๐Ÿ™๐Ÿป
[10/11 21.20] Yunda Fitrian: 3. Pasti mba, kan ortu manusia biasa ๐Ÿ˜‡

Yg pasti ketika kita emosi, jaga jarak dg anak.
Ngilang dulu sebentar drpd merespon dg emosi trus ujung2nya nyesel krn nyakitin anak
[10/11 21.21] Yunda Fitrian: 4. Ini pernah dibahas di kulwap kita sibling rivalry mba.
Tapi singkatnya, apresiasi si kakak lebih banyak, adil ketika ada konflik, sering2 main dg anak
[10/11 21.23] ‪+‬: Hmm... masyaAlloh banyak ilmu yg bisa d ambil. Smg jawabannya pas ya utk teh ririn..
[10/11 21.24] ‪+‬: Baiklaaahhh...
[10/11 21.30] ‪+‬: Titip pertanyaan

Pertanyaan:
Mba, kalau anak saya malah beda, (umur 3 th) anak sy suka bgt nonton video d hp/laptop, ketika lg d stop penggunaannya dia lgsg "iiiihhhh.... bunda" terus nangis. kalau lg ngambek pgn sesuatu kalau g dturuti nangis kejer, kalau d lembutin jadi manja makin kejer. ga mempan. Jadi mau g mau lama nangisnya g berhenti2 saya kasih apa yg dia mau.
Gmn ya? Apalagi skrg udah ketergantungan gandget.
[10/11 21.31] ‪+‬: Mangga ka yunda diantos
[10/11 21.35] Yunda Fitrian: Harus tegas dan tega mba๐Ÿ˜Š

Kasih batasan yg jelas utk gadget.

Anak balita maksimal 1 jam mba sehari.

Banyak mudharatnya kasih gadget ke anak.

Mba tegasin dg nada datar, maaf main hp harus izin bunda. Kalau sudah izin kasih waktu, misal 10 menit.
Habis itu mau nangis kejerr sampe tetangga pada dateng, tetep mba harus umpetin gagdetnya๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ•ต๐Ÿป๐Ÿ•ต๐Ÿป‍♀

Kalau ngga, ya kecanduan dan tinggal tunggu efek negatifnya baik fisik maupun psikis.

Saya d sekolah udah bnyk nemu korban gadget mba, sedih deh๐Ÿค•
[10/11 21.35] ‪+‬: Masih ditunggu 1 pertanyaan lagi ukhties... teulangkung ๐Ÿ˜˜
[10/11 21.37] Yunda Fitrian: Ohiya, utk mengalihkan gagdet memang kita harus kasih alternatif mainan.

Bisa mainan edukatif, clay, pasir ajaib, boneka, buku pop up, atau mainan tradisional spt congklak juga bisa..

Jadi anak ga mati gaya๐Ÿ‘ถ๐Ÿป๐Ÿ‘ง๐Ÿป

Dan sebaik baik mainan anak adalah ada orangtua yang mau bermain bersamanya๐Ÿ‘ง๐Ÿป๐Ÿ‘ถ๐Ÿป๐Ÿ‘จ๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป๐Ÿ˜
[10/11 21.38] ‪+‬: Ya Alloh... ๐Ÿ˜ญ
Ada virus masa kini ya. Gadget.
Baiklah ummi, bubda, tth, ukhti...
Bgmn, masih ada yg ingin d diskusikan?
Akan d beri waktu utk penutupan diskusi oleh ka yunda 10 menit sebelum pkl 22.00 ya..
[10/11 21.38] ‪+‬: Masih teh 1 penanya lagi mangga
[10/11 21.41] ‪+‬: Setelah 1 pertanyaan terakhir, siap2 ya ka yunda utk closing statement ☺๐Ÿ‘๐Ÿป
[10/11 21.41] Yunda Fitrian: Mau tanya ttg tantrum orang dewasa juga boleh๐Ÿ˜…
[10/11 21.42] ‪+‬: Wah betuuuuuuuul.
[10/11 21.42] ‪+‬: Tuh kan moderatornya jd pengen nanya nih.. ๐Ÿ˜…
[10/11 21.42] Yunda Fitrian: Boleeh๐Ÿ˜†
[10/11 21.42] ‪+3‬: Kita tunggu pertanyaan dr teh nihlah yah.
[10/11 21.43] Yunda Fitrian: Hati hati yaa jangan sampai kita masih tantrum atau membesarkan orang dewasa tantrum dari rumah kita๐Ÿ˜ง๐Ÿ˜ต
[10/11 21.43] ‪+4‬: Penanya: nihlah
Angkatan; 2007
Pertanyaan:
Anak sy 2,4thn teh, mulai kenal tantrum kmrn2. Penyababnya soal2 egosentris. Kyk minta ditemenin main terus, yg ibunya gk boleh ngerjain ini itu. Kalo gk diturutin nangis gk jelas, yg ujung2nya kmna mna jd salah.nah, usia dy mungkin ya. Kalau udh ngambek diomongin gk masuk, apalgi dikasi pilihan.. Itu gmn teh, kalau gk respon ama kita? Fokusnya ama ngambeknya aja
[10/11 21.45] ‪+‬: Mangga ka yunda
[10/11 21.45] ‪+‬: Ooh tantrum dewasa juga ada yah bu?
Mau tau ciri"nya ☺
[10/11 21.45] ‪+‬: Oia, soal membingkai egosentris juga teh, bgmn itu teh? Biar gk keterusan egois ampe udah gede ๐Ÿ˜‚
[10/11 21.47] ‪+‬: Wah teh mihelvania ini pertanyaan atau sekaligus pgn djelasin jg? ๐Ÿ˜„ baiklah.. mungkin ka yunda sblm d tutup menjawab dr pertanyaan dr teh nihlah dan teh mihel (apakah sama ciri2 tantrum pd anak dan tantrum yg terjadi pada org dewasa?)
[10/11 21.48] ‪+‬: Baiklah pertanyaan d cukupkan ya..๐Ÿ˜˜๐Ÿ‘๐Ÿป
[10/11 21.48] Yunda Fitrian: Sejak usia setahun anak biasanya sudah ngerti apa yg kita sampaikan mba asal sederhana dan singkat.

Jadi utk anak mba nihlah, bisa jadi tantrumnya krn memang merasa kurang diperhatikan๐Ÿ˜Š

Coba lebih banyak main sama anak mba. Kurangin jawaban nanti ketika dia minta main.

Waktu main cuma sebentar mba, tau2 nanti udah ga mau main sama ortu.

Coba diperhatikan lebih cermat lagi sumber tantrumnya.

Semoga berhasil mba๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ•ต๐Ÿป‍♀
[10/11 21.49] ‪+‬: Hehee afwan teh.. Aku langsung keppooo.  Materinya bagus siih๐Ÿ˜ฌ
Teh namaku Helmi Elvania, hehee punten di alay"in๐Ÿ˜†
[10/11 21.49] Yunda Fitrian: Sama kayak anak kecil...
Mau ini itu tapi ga bisa dg ngobrol jelas.

Bisanya dg marah, kekerasan, atau ngambek ga jelas.
[10/11 21.51] Yunda Fitrian: Ini tugas semua ortu mba๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ‘จ๐Ÿป๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป

Sampai 7 thn masih boleh egois.

Setelah usia 7, mulai diajarkan berbagi dan empati
[10/11 21.51] ‪+‬: Kayanya... lebih sulit menangani yg sdh kolot ya ka yundaa... hehe ๐Ÿ˜…
[10/11 21.51] Yunda Fitrian: ๐Ÿ˜†pastinya
[10/11 21.51]: Mungkin tantrum org dewasa bs d diskusikan lbh lanjut d panel berikutnya yah...
[10/11 21.51]‬: Alhamdulillah... barokalloh...
Kita sdh sampai d penghujung acara diskusi malam kulwap ini.
[10/11 21.52] ‪: Oke, nuhun jawabannya teh
[10/11 21.52] ‪: Mangga ka yunda closing statement utk kamiii
[10/11 21.53] ‬: Jazakillah khoir ibu penjelasannya.. Dpt ilmu baruu๐Ÿ˜
[10/11 21.54] Yunda Fitrian: Alhamdulillah semoga bermanfaat ya diskusi malam ini.

Sbg ortu atau calon ortu, tugas kita mengenalkan dan mengajarkan anak mengelola emosi.

Sebab sebagian besar masalah berawal dari respon emosi yang tidak tepat.

Dg menjadi orang tua tegas, konsisten, kita telah menjadi ortu penyayang yang sebenarnya.

Semangat๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ‰๐Ÿ˜
Wallahualam bish shawab, jazakumullahkhairankatsir

Game day 10 Komunikasi Produktif


Sepulang sekolah si sulung bertanya lagi tentang program imunisasi sekolah yang akan diadakan pekan ini.
Ia masih tidak mau diimunisasi, katanya belum siap.
Padahal September lalu saat ada imunisasi Rubella di Posyandu ia sudah membuktikan sendiri bahwa ketakutannya itu tidak beralasan. Sebab ternyata sakitnya hanya sedikit, begitu ujarnya.

Kali ini saya mendengar alasan tambahan, "Kalau mendadak gini kakak gak mau, gak siap!" ujarnya merengek.
Saya menjawab, "Kak, mendadak itu artinya hari ini kakak dikasih tahu terus hari ini langsung disuntik. Kalau ini kan udah dari minggu lalu dikasih taunya".
"Iya tapi terlalu deket waktunya, kakak gak mau!" ia berkeras.
""OK..kalau gitu menurut kakak harusnya waktunya kapan?" saya menantangnya berlogika.
"Yaa nanti.." tampaknya ia belum paham.
"Nanti kelas 3 ada imunisasi lagi, kakak siap gak? kan itu masih jauh?" pancing saya.
"Mmmh..iya nanti kelas 3 kakak siap, itu kan masih lama!" jawabnya terdengar berusaha meyakinkan diri sendiri. Pancingan saya kena. Setahu saya, ia juga anak yang tepat janji, sebagaimana saya selalu berusaha tepat janji pada ia dan adik adiknya.

"Bener ya, kakak udah janji lho, nanti kelas 3 ibu ingetin ya!"

Begitulah. Saya berusaha jadi orangtua yang fleksibel untuk hal-hal yang memang bisa dinego. Seperti imunisasi ini karena sifatnya booster, saya berani buka ruang negosiasi. Pun jika pilihannya sesuatu yang agak prinsip misalnya sholat yang masih suka ia tunda tunda, saya berusaha tidak menjadi diktator. Kecuali, sebelumnya kami sudah membuat kesepakatan.

Kalau sudah sepakat, saya bisa tega dan tanpa tapi. Kebiasaan gadget dan TV sudah menjadi saksi dari ketegasan saya. Makanya Alhamdulillah, jadwal mematikan TV tidak pernah membuat saya harus tarik urat.

Semoga saja apa yang saya lakukan masuk kategori komunikasi produktif.

Sejujurnya melakukan komunikasi produktif itu sangat butuh komitmen dan konsistensi. 
Seringkali ketika suatu respon saya lontarkan, saya sadar ada respon lain yang lebih produktif harusnya dapat saya berikan.
Tapi itulah, saya manusia biasa, ibu yang tak sempurna.

Saya tidak ingin membebani diri dengan tuntutan dan penyesalan yang justru tidak produktif terhadap pengasuhan.
Saya memilih untuk memaafkan diri sendiri dan minta maaf, lalu memperbaiki keadaan. Memberikan konsekuensi alami akibat perbuatan saya.

Misalnya jika saya masih kelepasan nada agak tinggi, saya lantas minta maaf dan berkata lembut. Menegaskan kembali bahwa apa yang saya lakukan itu buruk dan saya minta ampun kepada Allah, berjanji tak mengulangi lagi.

Maka komunikasi produktif adalah pembiasaan yang tak kenal henti. Tak selesai meski catatan ini sudah memasuki hari kesepuluh. Semoga tetap terpatri menjadi kenangan manis para buah hati.

Tuesday 21 November 2017

Game day 9 Komunikasi Produktif

Game day 9
Hari Ahad lalu kami sekeluarga besar punya agenda jalan jalan ke Kebun Raya Bogor.
Agenda ini sudah direncanakan jauh jauh hari agar semua keluarga bisa ikut. Saya pun sudah woro woro pada suami dan anak anak.

Sudah sejak saya infokan, si sulung terlihat kurang bersemangat. Alasannya, ia tidak suka pergi terlalu jauh karena pulangnya pasti capek. Apalagi besoknya sekolah.
Tiap kali pembahasan itu muncul, saya biasanya hanya menjawab ooh gitu kak..kan sekali sekali aja.

Lalu pembahasan tidak berlanjut lagi meski si sulung terlihat belum puas dengan jawaban saya.
Akhirnya malam ahad tiba. Si sulung merengek lagi tidak mau ikut ke Kebun Raya.
Saya sebetulnya agak emosi, tapi berusaha memahami bahwa merespon keluhannya dengan emosi tidak akan menyelesaikan masalah.

Maka saya memutuskan berdialog.
Si sulung: “bu, kakak sebetulnya gak mau ikut ke Kebun raya..nanti pulangnya pasti capek ..besoknya terlambat sekolah..” (wajah merengut).
Saya: oh gitu..terus menurut kakak gimana supaya gak terlalu capek dan terlambat?
Si sulung: ya Gak usah pergi
Saya: kan kita udah janjian mau dateng. Uyut (nenek saya yg tinggal bersama kami) udah seneng banget mau pergi. Yang lain juga rumahnya lebih jauh dari kita, lebih capek juga.
Coba kita cari cara supaya gak terlalu capek gimana?
Si sulung: Pulangnya jangan malem malem
Saya: iya betul, insyaallah kita pulangnya sore ya, terus apa lagi?
Si sulung: istirahat
Saya: iya, kita Harus cukup istirahat supaya gak kecapekan. Pulang langsung bobo, gimana?
Lagipula kalau kita mikirnya jauh, capek, nanti pas di sana kita beneran kecapekan jadi gak seneng. Padahal di sana bagus lho banyak pohon, lapangan luas, ada bunga bangkai sama istana presiden
Si sulung diam saja. Saya mengajaknya tidur.

Keesokan harinya Alhamdulillah ia tidak mengeluh lagi, justru bersemangat karena semobil dengan sepupunya.

Selama di lokasi pun ia tampak bersemangat, minta foto di sana sini, tidak mengeluh sedikitpun meski saat pulang saya lihat jalannya sudah gontai. Ia hanya menempel di tubuh saya sambil tetap tersenyum. Alhamdulillah..

Di mobil saat perjalanan pulang, ia dan adiknya masih semangat bermain. Saya tanya bagaimana perasaannya jalan jalan hari ini? Ia menjawab senang.

Keesokan paginya, ia tetap mau sekolah meskipun saya tawarkan istirahat di rumah jika lelah sebab kami baru sampai rumah pukul 9 malam.
Alhamdulillah, proud of you, Faza :)

Friday 17 November 2017

Game day 8 Komunikasi Produktif

Game day 8

Sepulang sekolah, seperti biasa saya bertanya tentang apa yang seru hari ini.
Seringkali si sulung menjawab biasa saja, seolah tidak ada yang menarik di sekolah.

Mungkin memang sudah saatnya saya ganti pertanyaan. Supaya jawaban standar biasa aja itu tidak terdengar lagi.

Kemarin, ketika ia menjawab biasa saja, saya mencoba menggali jawabannya.

“Ooh biasa aja ya Kak. Hmm apakah hari ini anak cowok pada jail lucu lucuan?”

“Hehe iyaa", katanya sambil nyengir seperti mengingat peristiwa yang membuatnya tertawa geli.

Ia memang beberapa kali cerita tentang anak anak lelaki yang berulah lucu di sekolah.

“Mereka jail apa hari ini?”, saya pikir penggalian saya sudah cukup memancing cerita darinya.

“Hehehe...Ada deh...”, ujarnya santai membuat saya makin penasaran.
“Nanti bulan Februari kakak ceritain”, katanya sambil menahan tawa.

Sepertinya merasa berhasil ngeles dari pertanyaan saya.
“Ooh gitu kaak..lama amat ibu keburu bulukan nungguin kakak cerita”, kami tertawa bersama.

Saya sudah berhenti jadi ortu yang kelewat kepo, tapi tetap suka usaha supaya si sulung cerita.
Saya sedang belajar menghargai privasi si sulung, meski tetap sebagai ibu memantau dengan lebih elegan. Main cantik gitulah.

Kadang saya jadi iseng membalas perlakuan si sulung dengan cara ngeles yang sama.
Seperti hari itu, setelah ia menutup kepo saya dengan berkata ada deh, saya menunggu saja ia bertanya dan saya jawab dengan jawabannya.

“Bu, origami kakak dimana?”
“ada deh..nanti bulan Februari ibu kasih tau..”
Si sulung tertawa geli. Dan memaksa saya menjawab pertanyaannya.

Saya tertawa dan bertanya bagaimana perasaannya jika mendapat jawaban seperti itu?
Saya pun memasukkan poin empati dalam percakapan kami. Sore itu kami kembali belajar cara berkomunikasi produktif. Bicara dengan saling menempatkan diri pada posisi orang lain.

Thursday 16 November 2017

Game day 7 Komunikasi Produktif

Game day 7

Sewaktu masih paruh waktu sebagai guru BK SD, saya sering menyampaikan pada ortu bahwa anak terlambat akar masalahnya ada di ortu.
Dan sekarang saya yang berada di posisi ortu, membuktikan sendiri ucapan saya.

Kemarin malam saya baru sampai di rumah jam8, setelah mengisi seminar bersama suami di kampus UIN.

Tiga bidadari ditemani oma dan uyutnya menunggu kami di pinggir pagar rumah. Rupanya, kami pulang terlalu malam Untuk ukuran anak usia dini.

Mereka tidak mau tidur sebelum bertemu ayah ibunya. Maklum kami memang lebih banyak waktu bersama ketimbang berpisah.

Si sulung berkata begitu saya berdiri di hadapannya, “Ibu, kakak belum tidur nih, kakak takut terlambat besok”.
Oke, dia sudah memprediksi apa yang akan terjadi jika tidur di atas jam8.
Saat itu saya hanya meminta maaf dan meyakinkan dia bisa tepat waktu Besok.

Pagi tiba dan benar saja ia tidak bangun jam5 seperti 2 hari ini.
Saya belum sempat membangunkannya pula karena sibuk dengan deadline jualan buku.

Tapi tiba tiba setengah enam lewat si sulung menghampiri saya dan berkata, “ibu, kakak mau siap siap!”’

Saya terkejut sekaligus senang dengan tekadnya. Segera saya mengapresiasi dan memotivasi dengan kalimat jelas, “Oh iya kakak pasti bisa berangkat tepat waktu!”

Alhamdulillah, ia bisa siap siap lebih cepat dan akhirnya berangkat tepat waktu.

Semoga Kami bisa terus berkolaborasi untuk mempertahankan kebiasaan baik Ini, aamiin.

Monday 13 November 2017

Game day 6 Komunikasi Produktif

Game day 6 Komunikasi Produktif

Alhamdulillah hari ini si sulung bisa bangun jam5 pagi, tanpa saya bangunkan!
Jadi hiburan banget karena saya lagi ngedrop, tepar tiduran aja dari semalam.

Mungkin karena melihat si sulung yang semangat, saya pun punya energi tambahan untuk mulai bergerak.
Saya berusaha memujinya dengan pujian spesifik dan jelas.
Sebelum saya memuji, tiba tiba ia berkata, “Kakak seneng deh bisa bangun pagi!”

Segera saya respon dengan pujian saya, “wah apalagi ibu kak. Ibu seneng banget kakak bisa bangun jam5, bangun sendiri lagi! Siap siapnya juga cepet,  alhamdulilah. Besok pasti kakak bisa bangun dan berangkat tepat waktu kayak hari ini!”.

Diiringi doa sungguh2 dalam hati agar semua itu terkabul dan menjadi kebiasaan yang melekat pada si sulung, aamiin.

Sunday 12 November 2017

Game Day 5 Komunikasi Produktif

Game day 5 Komunikasi Produktif

Saya termasuk orangtua yang ketat dalam masalah gadget.
Satu jam sehari sudah tidak bisa ditawar lagi.

Nah sudah beberapa kali bulan ini si sulung bernegosiasi. Minta nonton 2 kartun sehari karena alasannya bulan November kartunnya bagus bagus.

Biasanya saya tidak menanggapi serius.
Kemarin ia kembali melobi.
Baiklah, saya mendekatinya yang sedang makan siang.

Saya tegaskan tetap tidak dengan alasan mata dan otak jadi tidak sehat. Si sulung cemberut.
Dia masih berargumen.
Saya memilih diam.

Setelah sholat zuhur baru saya memanggilnya, memeluk dan minta maaf karena tidak bisa mengabulkan keinginannya.
Saya menawarkan pilihan lain.
Si sulung menangis dan ikut minta maaf.

Berkomunikasi produktif memang tidak mudah. Harus ada kerendahan hati untuk mau meminta maaf namun bukan berarti tidak konsisten dengan batasan yang menjadi prinsip.

Fleksibel ada tempatnya, seperti juga ketegasan dan kasih sayang.

Saturday 11 November 2017

Game day 4 Komunikasi Produktif

Saya masih mencari waktu untuk 'meluruskan' cerita si sulung kemarin.

Malam harinya setelah anak anak tidur, saya ngobrol dengan suami melaporkan kejadian siang itu. Suami sepakat kamu harus cari waktu dan cara yang tepat untuk ngobrol dengan si sulung.

Saya tahu sekali si sulung sangat gemar mendengarkan cerita yang saya karang dadakan. Biasanya ia meminta saya bercerita saat kami berkumpul, main bersama, dan menjelang tidur.

Siang itu sepulang ia sekolah, pas sekali adik adiknya terlelap tidur siang. Saya merasa ini waktu yang tepat untuk we time bersamanya, dengan misi meluruskan cerita si sulung tempo hari.

Saya peluk dan ciumi si sulung, menyatakan kangen dan mengajaknya istirahat di kamar. Saya segera menawarkan cerita. Matanya berbinar dan tersenyum sambil mengangguk cepat.

“Cerita misteri?” Katanya penasaran dan antusias. Dia memang suka sekali cerita misteri macam detektif. Saya pun mengiyakan.

 Saya mencoba terus memenuhi keinginan imajinasinya.
“Ada petualangannya?” Saya kembali mengiyakan. Saya juga mengambil tokoh kartun yang sedang ia sukai: my little ponny.

Saya mulai bercerita tentang ponny kecil yang kehilangan kertas tugasnya. Dan seterusnya sampai akhirnya cerita bersinggungan dengan kejadian pengalaman si sulung saat tidak tertib sholat kemarin.

Saya perhatikan air mukanya. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu, mungkin mulai sadar cerita ini menyindirnya.

Beberapa kali sebelumnya saya juga menggunakan teknik ini dan kadang si sulung berkomentar, ih itu mah kayak kakak. Tandanya saya kurang smooth dalam menggiring alur cerita.

Tapi kali ini si sulung terlihat masih asyik mendengarkan cerita saya tanpa komentar. Saya pun memasukkan dialog antar dua kuda pony yang bersahabat sebagai pesan moral cerita ini.

 Sambil saya Konfirmasi misi cerita pada si sulung, “menurut kakak gimana tuh si rainbow dush dan pinky pie?”

Ternyata si sulung dapat menangkap jelas pesan moral yang saya ungkap lewat dialog dua sahabat itu.


Alhamdulillah mission accomplished, si sulung bisa menangkap pesan tanpa saya harus menasihati panjang lebar, mengomel, atau membuat interaksi berbalut emosi tidak nyaman. Alhamdulillah :)

Thursday 9 November 2017

Day 3 Komunikasi Produktif

Game day 3
Baru ditulis karena badan rada ngedrop.

Kejadiannya kemarin.
Sepulang sekolah, si sulung bergabung dengan adik adiknya yang sedang main pasir ajaib.

Saya juga main bersama mereka sambil menyuapi camilan (kelakuan emak beranak kurus).

sebagaimana biasa, momen main bersama selalu membuat orangtua dan anak menjadi sahabat: tempat bercerita apa adanya tanpa takut dimarahi.

Si sulung bercerita tentang kejadian di sekolah. Bahwa saat sholat jamaah zuhur ia datang terlambat dan tidak menambah rakaat karena keburu batal gara gara menertawakan teman yang sedang melucu.

Rasanya gemes gemes gimanaa gitu pengen nasihatin bahwa perbuatannya tidak baik.

Tapi..saya menunggu dan ingat bahwa nasihat tidak akan efektif dalam situasi ini.
Maka saya menahan diri. Begitu sulit ternyata menahan diri dari menasihati anak sendiri.

Sampai saya memancing mancing dengan pertanyaan:

Ooh gitu, menurut kakak itu baik nggak?
Nggak, jawabnya.
Harusnya gimana kak?
Hmm solatnya yang tertib. Udah ah ibu jangan nasihatin deh kan kakak kan cuma gak bisa nahan ketawa! jawabnya mulai menangkap sinyal emak emak yang mau ceramah.

Saya pun memilih diam. Baiklah saya tidak ingin membuat suasana makin tidak nyaman. Terlebih, saya bisa kehilangan kepercayaan anak untuk bercerita.

Begitulah saya pun menunggu waktu yang tepat untuk berbincang tentang nilai nilai yang saya harapkan. Mungkin saat ia minta diceritakan menjelang tidur. Semoga.


Wednesday 8 November 2017

Day 2 Komunikasi Produktif Bunsay, IIP

Day 2 Komunikasi Produktif

Pagi ini sebelum berangkat si sulung yang duduk di kelas.2 SD baru ingat bahwa ia harus membawa 10 lembar kertas origami untuk pelajaran matematika.

Saya langsung saja menghela napas, terasa kepala ditambah 1 karung beras ukuran 5 kg.

Dimana harus mencarinya sepagi ini, dengan kondisi sudah mepet waktu berangkat sekolah pula. Mana hari ini ayahnya sudah berangkat sejak subuh dan saya yang harus mengantarnya di sela kehebohan pagi dengan 2 adik balitanya.

Sejurus lamanya saya mencoba mengelola hati.

Mengingat kembali komitmen untuk berkomunikasi produktif.
Saya pun mencoba EMPATI.

Jika saya berada di posisi s sulung, tentu kenyataan bahwa ada keperluan belajar yang dibutuhkan dan belum lengkap tentu tidak menyenangkan.
Apalagi ia setipe dengan saya, stres kalau kurang well prepared.

Baiklah, akan semakin tidak nyaman jika dalam situasi ini saya malah memarahi atau menyalahkannya.

Saya pun memberinya pengertian bahwa ia bisa meminjam punya teman atau membeli di koperasi sekolah dengan seizin guru. Saya bekali ia dengan uang 20ribu rupiah.
Riak pagi itu pun selesai.
Saya menunggu cerita apa yang akan  dibawanya pulang.

Singkat cerita waktu pulang tiba.
Setelah si sulung beristirahat dan tengah bermain dengan adik adiknya, saya kepo soal origami tadi.
“Tadi kakak sama teman teman minta ke Fulan", katanya.
“Oh..gitu. Terus kakak gak jadi beli di koperasi?”
“Hmm uangnya kakak jajanin semua bu..”

Saya kaget, tapi berusaha setenang mungkin sebab saya membaca intonasi suaranya yang ragu dan binar matanya yang mencari perlindungan.

“semua kak?”
“Iya tadi kakak beliin kentang goreng sama susu..soalnya laper..hmmm ibu gak marah kan?”
Ia tertunduk. Ia memang tidak biasa saya bawakan uang jajan. Hanya snack dari rumah dan katering sekolah.

Saya kembali berempati.

Pasti butuh keberanian untuk bicara apa adanya.

Ia bisa saja memilih bohong untuk melindungi diri. Tapi ia memutuskan berani jujur apa adanya.

Saya pun tersenyum dan berkata,
“Ibu senang kakak sudah jujur”, dalam hati saya membatin tetap harus menjelaskan tentang penggunaan uang, tapi tidak sekarang.
Si sulung terlihat lega.

Menjelang maghrib, dalam kondisi santai saya kembali mendekatinya dan menggali pengalaman tadi.

Saya ingatkan dia bahwa lain kali jika saya menitipkan uang dan uangnya untuk orang lain, ia mesti izin dulu pada saya sebelum menggunakannya.

Kecuali jika uang itu untuk keperluannya sendiri, ia boleh menceritakan setelah menggunakannya sebelum izin.

Si sulung mengangguk dan mengerti, berjanji untuk menggunakan uang dengan lebih hati hati.
Alhamdulillah tidak perlu ada drama hari ini.

#game level 1
#day2

Monday 6 November 2017

Game Day 1 Komunikasi Produktif

Game day 1
Komunikasi produktif
Bismillah

Ada satu tantangan mendidik anak sulung yang belum dapat kami atasi sebagai orangtua.
Tantangan itu bernama Mengajarkan Anak Bergegas.

Si sulung termasuk tipe anak yang slow motion, terutama saat bersiap berangkat sekolah di pagi hari.
Angka keterlambatan si sulung bisa dikatakan 70%. Dari 10 hari sekolah bisa telat 7 kali, begitu gambaran kasarnya.

Sebelumnya kami sudah pernah mencoba memetakan akar masalah sekaligus solusinya. Tapi memang kembali lagi, kami sebagai orangtua yang belum konsisten.

Lewat game 10 hari ini, saya berusaha melatih komunikasi produktif untuk kembali menghadapi tantangan slow motion si sulung di pagi hari.

Salah satu adegan slow motion si sulung adalah saat makan.
Luar biasa bengongnya, bisa sama lamanya dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah nasi di piringnya barangkali...

Seringkali saya tidak bisa menemaninya sarapan karena kesibukan dapur.
Tapi hari ini saya memutuskan sarapan bersamanya. Melakukan strategi FOKUS.

Dia tampak sedikit kaget melihat hal tidak biasa itu.
“Ibu mau sarapan bareng?”
“Iya Ibu mau sarapan bareng kakak"
Matanya berbinar.
“Ayo kak, sudah setengah 7, segera makan yuk"
Matanya berbinar ditambah bibir tersenyum, lalu ia berujar,
“Ayo Bu kita balapan! Kakak bisa cepet makannya!”

Episode makan selesai tanpa komentar komentar tidak produktif yang biasa saya lontarkan:
Ayo kak, cepet makannya, udah jam 7 belum sikat gigi,nyisir, blablabla jujuju yang biasanya bikin saya capek sendiri. Karena ujung ujungnya si sulung tetap slow motion.

Begitu pula selesai makan ketika ia masuk kamar untuk sikat gigi. Saya tahu akan memergokinya sedang bengong atau tiduran lagi.

Tepat ketika saya melongokkan kepala ke kamar, saya lihat ia sedang tiduran. Biasanya saya akan berkomentar tidak produktif seperti di episode makan.
Kali ini saya mencoba komunikasi produktif dengan OBSERVASI.

Saya masuk kamar lalu berujar,
“Ada seorang kakak yang sudah bangun pagi, mandinya cepet, sarapannya cepet..eh dia tiduran lagi...”
Ajaib, anak saya langsung bangun.

Segera saya tambahkan kalimat motivasi:
“Kakak pasti bisa datang tepat waktu!”
Ia bersegera mengambil sikat gigi.
Alhamdulillah hari ini si sulung bisa berangkat tepat waktu.Tanpa mulut saya berbusa mengingatkannya. Tanpa si ayah naikkan suara.
Kakak berangkat dengan senyum bahagia :D