Tuesday 21 November 2017

Game day 9 Komunikasi Produktif

Game day 9
Hari Ahad lalu kami sekeluarga besar punya agenda jalan jalan ke Kebun Raya Bogor.
Agenda ini sudah direncanakan jauh jauh hari agar semua keluarga bisa ikut. Saya pun sudah woro woro pada suami dan anak anak.

Sudah sejak saya infokan, si sulung terlihat kurang bersemangat. Alasannya, ia tidak suka pergi terlalu jauh karena pulangnya pasti capek. Apalagi besoknya sekolah.
Tiap kali pembahasan itu muncul, saya biasanya hanya menjawab ooh gitu kak..kan sekali sekali aja.

Lalu pembahasan tidak berlanjut lagi meski si sulung terlihat belum puas dengan jawaban saya.
Akhirnya malam ahad tiba. Si sulung merengek lagi tidak mau ikut ke Kebun Raya.
Saya sebetulnya agak emosi, tapi berusaha memahami bahwa merespon keluhannya dengan emosi tidak akan menyelesaikan masalah.

Maka saya memutuskan berdialog.
Si sulung: “bu, kakak sebetulnya gak mau ikut ke Kebun raya..nanti pulangnya pasti capek ..besoknya terlambat sekolah..” (wajah merengut).
Saya: oh gitu..terus menurut kakak gimana supaya gak terlalu capek dan terlambat?
Si sulung: ya Gak usah pergi
Saya: kan kita udah janjian mau dateng. Uyut (nenek saya yg tinggal bersama kami) udah seneng banget mau pergi. Yang lain juga rumahnya lebih jauh dari kita, lebih capek juga.
Coba kita cari cara supaya gak terlalu capek gimana?
Si sulung: Pulangnya jangan malem malem
Saya: iya betul, insyaallah kita pulangnya sore ya, terus apa lagi?
Si sulung: istirahat
Saya: iya, kita Harus cukup istirahat supaya gak kecapekan. Pulang langsung bobo, gimana?
Lagipula kalau kita mikirnya jauh, capek, nanti pas di sana kita beneran kecapekan jadi gak seneng. Padahal di sana bagus lho banyak pohon, lapangan luas, ada bunga bangkai sama istana presiden
Si sulung diam saja. Saya mengajaknya tidur.

Keesokan harinya Alhamdulillah ia tidak mengeluh lagi, justru bersemangat karena semobil dengan sepupunya.

Selama di lokasi pun ia tampak bersemangat, minta foto di sana sini, tidak mengeluh sedikitpun meski saat pulang saya lihat jalannya sudah gontai. Ia hanya menempel di tubuh saya sambil tetap tersenyum. Alhamdulillah..

Di mobil saat perjalanan pulang, ia dan adiknya masih semangat bermain. Saya tanya bagaimana perasaannya jalan jalan hari ini? Ia menjawab senang.

Keesokan paginya, ia tetap mau sekolah meskipun saya tawarkan istirahat di rumah jika lelah sebab kami baru sampai rumah pukul 9 malam.
Alhamdulillah, proud of you, Faza :)

No comments:

Post a Comment