berbagi inspirasi : April 2015

Wednesday 15 April 2015

Make The World Better: Teaching Child to Manage Emotions

Konon kecerdasan intelektual (IQ) hanya memiliki andil 20 % terhadap kesuksesan seseorang. Porsi terbesar justru dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (EQ). Pada dasarnya, kecerdasan emosi ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu mengenali, mengelola, dan mengendalikan emosinya. Semua kemampuan ini sudah dapat diajarkan sejak dini pada anak. Tujuannya agar kelak anak tumbuh sebagai pribadi yang sehat mental dan fisik, sehingga mampu merasa bahagia serta membahagiakan orang lain. Jika para orang tua bisa mencetak anak seperti ini, niscaya dunia yang kita huni akan menjadi tempat yang lebih baik.
Berikut ciri dan cara agar anak cerdas emosi (Alhamdulillah kakak Faza sudah punya semua ciri ini, dede Nafsa masih belajar terus):
 bisa mengenali perasaannya. Ia tahu saat sedang sedih, senang, marah, dst. Anak bisa sampai tahap ini jika ortu bisa menjadi cermin bagi perasaannya. Tiap kali anak memperlihatkan emosi ttt, ortu tangkap dan namai perasaan tsb. Misal ketika anak cemberut dan merajuk, sebelum menasihati, tangkap, namai, dan terima dulu perasaannya: ooh kakak lagi kesal ya?
 mampu mengungkapkan perasaannya dg kata kata daripada dg amukan atau tangisan. Ajari anak untuk mengatakan apa yang ia mau dan rasakan. Tanamkan bahwa kita tidak bisa mengetahui dan memenuhi permintaannya jika ia tidak bicara: kalau ade nangis bunda gak ngerti, coba ade tenang dulu. Nanti kalau sudah tenang, ade bilang mau apa.
Saya dan suami membiasakan tidak menebak atau mengabulkan keinginan anak sebelum mereka bicara dg jelas apa yg mereka mau. Misalnya ketika melihat ayahnya makan kerupuk, kami tahu mereka curi curi pandang karena ngiler. Tapi sebelum mereka datang dan minta dg jelas, kami tidak akan langsung memberi. Walaupun ketika berada di situasi sosial, kami tetap mengajarkan anak utk menawarkan makanan pada orang lain ketika makan (tanpa nunggu orang ybs minta ;p).
 mau mencoba mengerti keadaan walau tidak sesuai keinginannya. Alhamdulillah anak kami tidak pernah tantrum karena minta sesuatu. Tantrum yang berulang disebabkan anak belajar bahwa cara itulah yang efektif utk mendapatkan apa yg ia mau. Makanya ketika anak nangis merajuk karena ingin sesuatu, saya akan bilang dg muka dan nada datar: seperti apapun kamu nangis, ibu gak akan kasih. Karena syarat dapetinnya bukan dg nangis. Terdengar kejam tapi ini namanya mendidik. Kalau sama anak yg paling kecil (21m) , ketika dia minta dg teriak dan ngamuk, saya gak kasih , lalu bilang: mintanya yang baik gimana? Baru deh dia respon dg merendahkan suaranya.
 bertanggung jawab. Mau membereskan mainan, membuang sampah bekas pakainya, dst,
 mau meminta maaf ketika diingatkan dan dijelaskan letak kesalahannya. Latih anak berempati: sayang, kalau kamu rebut seperti itu adik jadi marah, kalau mau pinjam, carikan dulu adik mainan pengganti,
 terbiasa mengucapkan terimakasih atas kebaikan atau pertolongan orang lain
 menggunakan kata 'tolong' saat minta bantuan. Cara mengajarkan terimakasih, maaf, dan tolong yg paling efektif adalah dg TELADAN. Jika ortu menggunakan 3 kata tsb pd siapapun, termasuk pada anak, niscaya dg mudah anak akan meniru.
 mengenali emosi orang lain serta berusaha memahaminya. Misal saat adik menangis ia bisa mengatakan, ` ade sedih ya? Yuk kita main biar ga sedih lagi'. Anak juga akan terlatih merespon seperti ini jika ortu terbiasa merespon emosi anak dg cara ini.
 tidak mudah takut atau gelisah
 bisa menjaga hubungan dengan orang lain, misalnya mau berbagi, bergantian, menunggu giliran, dan antre.
Sekali lagi, semua cara menumbuhkan kecerdasan emosi ini harus dimulai dengan teladan dr ortu. Jika ortu senang mengumbar kemarahan, airmata, dan emosi negatif lainnya, sulit bagi anak untuk belajar mengendalikan emosi karena tidak punya role model. So, balik lagi, ortunya dulu yg latihan mencerdaskan emosinya :D
Selamat mencerdaskan emosi anak bangsa, percayalah ini investasi yg sangat berharga. Wallahu alam bish shawab.
Bahan bacaan: Ummi edisi spesial golden age.

Monday 13 April 2015

Don't Judge Ikhwan by His Jenggot

Ya, it is the same with dont judge akhwat by her hijab. Juga sama dengan dont judge a person by his/ her social media. Because sometimes facebook is just fakebook. Intinya, jangan tertipu karungnya! Cari tahu tentang isinya, benar-benar kucing atau jangan jangan kambing! Cover memang semestinya merepresentasikan isi, tapi tidak selalu begitu, bukan? Ada saja cover-cover yang sekedar kulit pembungkus. Topeng yang kita pilih agar dianggap berisi sesuatu sesuai stereotip cover tersebut. Namanya juga sampul, tidak akan cukup detail menggambarkan isi keseluruhan yang berada di baliknya. Ngomong-ngomong soal sampul, saya pernah tuh kira-kira 10 tahun yang lalu, mendengar sebuah ucapan dari balik hijab musola SMA #eeaa. Waktu jaman saya jadi marbot musola SMA, saya memang hobi banget ke musola. Ada aja yang saya kerjain di sana. Tapi percaya deh, saya ga pernah ke musola buat tiduran kayak para abang2 di luar sana ;p Musola kami dulu dihijab rapat dengan gorden tebal. Namun ketebalan gorden itu tidak pernah mampu menyembunyikan suara-suara berbisik para ikhwan di seberang sana. Secara bisik2nya kayak orang orasi. Salah satunya, pengalaman hari itu. Entah mereka sedang ngobrol apa, tetiba sampai ke telinga saya ujaran beliau, ‘akhwat-akhwat itu cuma jilbabnya aja yang lebar, tapi ilmunya cetek’...jleb! nyes! Glek! GGRRRRR!!! Seketika itu kuping saya panas. Saya tahu siapa yang bicara, dan ingin rasanya menyahut nyaring dari balik tirai, ‘HEI BRO!! SOMBONG NIAN DIKAU!!!’. Tapi buat apa coba? Kalau dipikir2 memang sebagian akhwat waktu itu-termasuk saya, memang lebih banyak bermodal semangat daripada ilmu syariat. Tapi lalu apakah menjadi benar bagi dia untuk menggeneralisasi dan meng-underestimate kami?? Yah akhirnya saya diam saja nahan gondok. Dipikir-pikir, ambil hikmahnya saja. Saya-dan para akhwat yang shalihat lainnya-memang harus banyak belajar ilmu syar’i ya toh? Nah, masalah judging the cover ini jadi ribet manakala sampai ke wilayah mencari pasangan hidup. Beberapa kali saya sedih sesedih sedihnya karena mendengar cerita sedih tentang pernikahan para muslimah shalihah. Ketika pernikahan yang mereka  impikan ternyata tak lepas dari duri-duri rumah tangga. Salah satunya, karena terjebak cover si lelaki idaman. Semua yang telah terjadi memang takdir, atas sepengetahuan dan izin Allah. Tapi bukan berarti kita lantas diam berpasrah. Lalu menyerah dengan keadaan dan menjadi pihak yang lemah. Kita kuat, selama masih bersandar pada Allah. Selama yang kita lakukan masih dalam koridor syar’i dalam rangka taqwa. Kita wajib mencari hikmah, belajar dari pengalaman pahit agar kelak menemukan solusi yang manis. Bukan, ini bukan tentang membuka aib. Ada kalanya duri-duri rumah tangga itu harus diceritakan pada orang yang kita percaya. Bukan pada sembarang orang atau diumbar di sosial media. Apalagi pada seluruh keluarga. Tapi pada satu-dua orang yang bisa membantu kita melihat masalah dengan lebih jernih. Bahwa harapan itu masih ada. jalan keluar itu terbuka. Hanya kadang kita gelap mata. Curhatan beberapa muslimah shalihah itu bermuara pada satu benang merah bernama ASUMSI. Betapa seringnya kita mengasumsikan jenggot, amanah dakwah, tumpukan buku, dan hal-hal sampul lainnya merepresentasikan kepribadian seseorang. Kita membayangkan para pria yang terlihat shalih itu sudah mampu mengaplikasikan semua pengetahuan Islam mereka. Kita mengASUMSIkan bahwa mereka pasti penyayang, sabar, dan setia. Tentu kita tidak boleh berprasangka, tetapi kita WAJIB tabayun atau konfirmasi. Bukan sekadar percaya tanpa menggali. Apa yang menjadi pengetahuan dan standar perilaku belum tentu diwujudkan dalam tindakan, manakala iman ternyata masih goyah. Atau malah salah kaprah terhadap pengetahuan yang dimiliki. Sejujurnya, saya dan suami pun punya banyak ASUMSI yang tidak kami konfirmasi ketika proses menikah. Dan alhamdulillah BANYAK ASUMSI yang ternyata tidak tepat alias bikin kami nelen ludah. Daripada nelen lidah ntar gabisa ngomong ;p tapi ya, Alhamdulillah, semua asumsi yang salah kaprah itu masih berada di zona toleransi. Menjadi sebuah kepedihan ketika ternyata ASUMSI yang salah itu berada pada zona merah alias darurat rumah tangga. Gimana gak sedih kalau ternyata imam rumah tangga kita main tangan, selingkuh, atau punya gangguan kepribadian? Nauzubillahiminzalik. Girls, ini nyata. Tentu tak seorang pun dari kita yang berharap punya suami seperti itu bukan? Karena itulah kita wajib teliti sebelum berjanji. Konfirmasi setiap ASUMSI. Saya ingat seorang teman yang beberapa waktu lalu menanyakan tentang tes kepribadian untuk calon pasangan. Ia bertanya, apakah ada tes khusus untuk mengetahui kecocokan calon pasangan? Setahu saya belum ada, tapi itu bisa dilihat dari kepribadian calonnya. Cocokkah dengan dia? Selang beberapa waktu kemudian, saya tanyakan kembali teman tersebut tentang prosesnya. Ternyata beliau mengambil tes MBTI-salah satu tes kepribadian- setelah konseling dengan seorang psikolog. Kabar terakhir beliau tidak melanjutkan proses ke tahap yang lebih lanjut. Saya bukannya promosi alat tes psiklogis sih, tapi saya pikir itu salah satu cara cerdas untuk konfirmasi. Setidaknya bisa menghemat waktu, energi, plus dapat data yang valid reliabel tentang calon pasangan ;p selebihnya, gali sebaik mungkin dengan rentetan pertanyaan. Kalau perlu INTEROGASI calon dan semua orang terdekatnya..(ini asli bahasa yang LEBAY;p). Saya salut dan kasih ribuan jempol deh buat para akhwat kritis ini. monggo ditiru! Selain proses konfirmasi, ingat pula istikharah dan musyawarah. Kalau masih ada keraguan, please jangan MAKSA. Jangan abaikan tanda-tanda. Lihat bagaimana respon doi ketika berhadapan dengan masalah. Bagaimana track recordnya ketika bertemu godaan dunia. Bagaimana calon pasangan menyikapi konflik? Indikasi kekerasan bisa kita baca dari ceritanya tentang cara menangani konflik. Coba tanya pengalamannya, bukan seandainya. Bukan bertanya seandainya dalam rumah tangga nanti ada masalah...tapi tanya bagaimana antum menyikap masalah dengan si fulan, atau ade di rumah, dsb. Satu lagi, konon katanya karakter asli seseorang bisa dilihat ketika berada di alam bebas dimana dia harus survival. Coba cek aja, gimana pengalaman orang yg pernah bareng2 dia di situasi alam bebas, atau situasi konflik pribadi, organisasi, dsb. Terus, tambahan, perhatikan bagaimana ia biasa bersikap pada orang tua dan anak kecil. Konon (lagi) orang yang baik tidak dingin terhadap anak kecil dan tidak abai terhadap orang tua. So, girls... if you are falling in love, please stay ALERT. Give your brain enough time to think more critically. Let your heart, body, and soul peacefully decide the best choice. Jangan pernah takut menghadapi kenyataan sehingga mengabaikan tanda tanda yang bisa menyelamatkan masa depan kita. Jangan berASUMSI, lakukan KONFIRMASI. Wallahualam bish showab. Teriring doa untuk kebahagaiaan sejati kita semua.  

Saturday 11 April 2015

Putus Mata Rantai Generasi Senggol Bacok (Review Buku Neuroscience For Kids)

Review Buku Seri pendidikan karakter Neuroscience for Kids: Pengendalian Emosi Anak oleh Ratna Megawangi, dkk Indonesia Heritage Foundation (Agustus 2010)

Bangsa Indonesia yang dikenal ramah ini ternyata memiliki banyak PR, terutama dalam karakter manusianya. Akhir akhir ini kekerasan marak mewarnai peristiwa di sekitar kita. Kemarahan seolah menjadi pembenaran untuk melakukan kekerasan. Tak peduli apa akibatnya pada diri sendiri dan orang lain.

Kekerasan dilakukan mulai dari anak usia dini hingga orang dewasa. Pembunuhan akibat dendam maupun modus kriminal menjadi berita sehari hari di layar kaca. Mengerikan, tapi nyata.

Saya sering bertanya tanya mengapa begitu pendek pikiran manusia semacam itu. Hanya karena cemburu bisa membunuh pasangan. Karena kesal dengan tangisan, anak sendiri tega dibunuh. Dan beragam kenekatan lain yang menyeramkan. Kejahatan yang lebih rendah dari binatang.

Melalui buku ini, IHF menjawab pertanyaan saya. Buku ini juga menyajikan gaya bertutur melalui cerita kepada anak-anak. Karena sejatinya buku ini memang ditujukan untuk memahamkan anak tentang pengendalian emosi dengan mengenali cara otak bekerja.

Ya, ternyata kunci dari semua itu ada di otak manusia. Dengan memahami cara kerja otak, kita bisa mengendalikan diri dengan lebih baik.

Otak kita memiliki 3 bagian, yakni neokorteks (Kapten Neo), Limbik (Mosi), dan otak reptil (Si Reptil). Masing masing memiliki fungsi yang saling terkait, bekerja sebagai tim.
Neokorteks (Kapten Neo) adalah bagian yang membedakan manusia dengan hewan. Ini adalah tempat berpikir dan menganalisa. Ia mampu menciptakan ide, mengontrol diri, serta beradaptasi dalam menghadapi situasi. Mungkin karena itulah Allah menjadikan manusia khalifah di muka bumi. Jadi ingat surat At Tiin, Allah berkata bahwa manusia sudah diciptakan dalam bentuk sebaik baiknya.

Limbik merupakan bagian pertama yang menerima informasi dari anggota tubuh. Saat kulit disentuh, mata melihat, teinga mendengar, dan sebagainya. Limbik bekerja berdasarkan emosi (Si Mosi), baik yang positif maupun negatif. Emosi positif dikelola oleh lobus prefrontal kiri, sedangkan yang negatif oleh amygdala. Boleh intip surat An Najm:43.

Otak reptil (Si Reptil) adalah otak yang juga terdapat pada hewan. Oleh karena itu, manusia juga bisa berperilaku seperti hewan. Misalnya, seperti pelaku kriminal yang menyerang korbannya. Atau orang yang kabur setelah menabrak orang lain di jalan raya. Saya jadi ingat salah satu ayat yang setelah diintip sepertinya bisa menggambarkan bagian otak reptil. Silakan cek QS. Al A'raf:179; Al Furqan: 44.

Secara umum fungsi otak reptil adalah menyiapkan tubuh untuk menyerang, siaga, dan lari. Ia juga mengatur metabolisme seperti bernapas, dan gerakan alamiah untuk bertahan hidup. Contohnya, ketika melihat ular, seketika kita melompat atau lari menghindar.

Siapa yang memimpin tim kerja otak ini tergantung dari apa yang dipahami limbik. Sewaktu merasakan emosi positif, Mosi akan bekerja sama dengan Kapten Neo. Ia akan memberikan makanan yang membuat Kapten Neo kuat sehingga mampu memikirkan solusi terbaik.

Sebaliknya, saat merasakan emosi negatif, ia akan berteman dengan Si Reptil. Ia akan mengeluarkan racun yang merusak Kapten Neo. Akhirnya Kapten Neo melemah dan menjadi budak Si Reptil Kapten Jahat (intip QS. Al Fathir:8).

Manusia yang menjadikan neokorteks sebagai kapten akan menjadi bijaksana. Ketika menerima informasi dari limbik, ia berpikir dan menganalisa terlebih dahulu. Ia akan selalu mencari penyelesaian terbaik. Mungkin inilah mengapa dalam Alquran berulangkali Allah memerintahkan manusia untuk berpikir (QS Albaqarah: 44, AliImran: 65) dan memuji orang orang yang menggunakan akal sehatnya (Qs. Yusuf:111, ArRa'd: 19, Ibrahim: 52, Taha: 54, 128, ArRuum:28 dan banyak lagi).

Sebaliknya, manusia yang dikomandani oleh otak reptil, ia akan menjadi Kapten Jahat dan bersahabat dengan emosi negatif. Neokorteks hanya akan menjadi budak untuk merencanakan, menyembunyikan, serta mencari pembenaran dari kejahatan yang ia lakukan.

Bagaimana caranya agar Neo selalu menjadi kapten?
1. Berlatih mengubah emosi negatif menjadi emosi positif.
Tumbuh kembang emosi negatif di amygdala akan mendorong otak reptil untuk siaga. Ketika emosi negatif dirasakan, otak dan tubuh dibanjiri hormon kortisol yang dapat merusak sel-sel otak. Jika difoto, otak yang banyak menerima kortisol terlihat berlubang di bagian neokorteks.
Trik untuk mengubah emosi negatif dapat dilakukan sebagai berikut:
· Letakkan kedua tangan di tempat amygdala berada, yaitu pelipis kiri dan kanan, sedikit di depan kedua telinga.
· Pejamkan mata.
· Bayangkan hal-hal yang sebelumnya tidak kita sukai.
· Lalu perlahan-lahan ganti menjadi bayangan yang kita sukai. Contoh kita tidak suka melihat soal ujian. Ganti bayangan soal tersebut menjadi kertas surat yang indah berwarna warni. Wangi harum pun tercium dari kertas tersebut.
· Bayangkan hal tersebut sampai kita merasa senang dan damai.

2. Pilih informasi yang baik untuk otak.
Terus menerus mendapat informasi buruk seperti tayangan maupun permainan kekerasan akan merangsang mosi negatif dan si reptil untuk terus aktif. Lihat surat Al Hujurat: 11; AlBaqarah:38, relevan dengan ini.

3. Bermain dengan riang gembira.
Perasaan gembira akan membuat aliran informasi berada di jalur thalamus, yang menyebabkan neokorteks bekerja aktif memberi respon. Amygdala tidak bekerja, karena tidak ada informasi yang dikategorikan menakutkan, sehingga si reptil pun tidak siaga. Ia hanya mengatur metabolisme tubuh saja. lihat QS. AlBaqarah:62, 112, 274, 277, Ali Imran: 139, Al A'raf:35, Yunus: 62 dan 65,

4. Bersikap tenang.
Dalam keadaan tenang, lobus prefrontal kiri mampu mengurangi emosi negatif yang dipicu oleh amygdala. Dengan demikian, ia mampu mengendalikan emosi dan memikirkan tindakan terbaik yang bisa dilakukan. (Cekidot QS. Az Zumar: 23, Al Fath: 4)

5. Berlatih agar Kapten Neo bisa mengendalikan Mosi dan Reptil untuk bekerja sama dengan baik.
Saat ada yang berteriak pada kita, reaksi yang bisa timbul adalah rasa marah. Mungkin kita akan membalas teriak, atau bahkan menyerang si pelaku. Namun jika Kapten Neo terlatih, kita tidak akan beraksi demikian. Ia akan berpikir dahulu dari berbagai sudut pandang:
· Mungkin orang ini sedang kesal
· Apa untungnya jika saya balas berteriak?
· Lebih baik saya tanya dulu kenapa dia berteriak
· Kalau saya balas, nanti malah terjadi keributan
Kapten Neo dapat menenangkan Mosi Negatif sehingga berubah menjadi Mosi Positif. Cara ini dikenal dengan konsep STAR; Stop, Telaah, Aksi, dan Renungkan.
Setiap ingin memberi respon, kita harus STOP dulu. Beri jeda untuk memikirkan situasi yang terjadi dengan TELAH, apakah respon yang ingin kita pilih:
· Berguna, menguntungkankah bagi saya? Apa kerugiannya?
· Apakah menolong keadaan?
· Apakah tindakan itu benar?
· Adakah tindakan yang lebih baik?
· Apakah tidak menyakiti atau merugikan orang?

Setelah dipikirkan matang matang, barulah kita melakukan AKSI. Kita dapat memilih tindakan kita, karena kita adalah pemimpin bagi diri kita.
Selanjutnya, kita perlu RENUNGKAN:
· Apakah tindakan atau keputusan kita sudah benar?
· Bagaimana perasaan kita setelah bertindak, adakah rasa bersalah?
· Bagaimana memperbaikinya di masa depan?

Alhamdulillah, saya sudah menyampaikan. Semoga menjadi amal jariyah bagi yang ikut menyebarkan dan mempraktekkannya. Mari putuskan rantai generasi senggol bacok di Indonesia!

Wednesday 8 April 2015

Jejak 9 April

Sorry to say, saya tidak ingat kapan pertama kali persisnya saya bertemu dengan pria yang menjadi suami saya saat ini. Mungkin pertemuan pertama kami memang tidak berkesan. Setelah menelusuri memori masa remaja (eeaa), saya dapat mengira ngira momen pertama yg berkesan tentang suami, dan sayangnya kesan pertama itu sangat tidak menggoda ;p
Saya dan suami ditakdirkan bersekolah di SMA yang sama. Dengan izin Allah pula, kami bergabung di ekskul yang sama: KIR dan Rohis. Tapi dia lebih aktif di KIR bahkan menjabat ketua dan saya menjadi salah satu pengurusnya.
Suatu ketika, dalam kegiatan rutin mingguan, KIR mengadakan permainan post to post berjudul KIR Zone. Isinya seru dan unik2. Mulai dari memecahkan teka teki, melatih daya ingat, sampai masuk ruangan dengan mata tertutup lalu suruh nebak benda berdasarkan baunya (dasar anak esema aya2 wae).
Nah, di salah satu post itulah si kakak edwin bercokol. Dengan rambut kaku belah tengahnya ia menjayus tak karuan di depan adik2 kelas yg masuk pos. Dalam hati saya manyun ketemu kakak satu ini. Ya, begitulah tipikal saya waktu itu, males banget dotkom sama cowok yg gayanya suka ngebanyol ga jelas. Tipe saya tuh yg kalem, cakep, pinter, keliatan intelek gitu lah. Lah si kakak ini mah 180 derajat dari deskripsi cowok idaman saya.
Sialnya, di acara Latihan dasar kepemimpinan KIR, saya harus sekelompok dg si kakak tadi.gubraks. Awalnya underestimate dan males again kenapa hrs sekelompok sama senior yg macam gitu. Dia jadi ketua pula. Tapi krn saya lagi semangat2nya di SMA, okelah saya terima (dg terpaksa) jd anggotanya.
Hari LDP (di KIR namanya latihan dasar penelitian) tiba. Setelah pembukaan, kami diberi tugas berkenalan di kelompok. Aneh, si kak edwin beda banget dr waktu di Kirzone. Kali ini dia tampak serius jaga wibawa, ya mungkin krn jd ketua. Di sesi perkenalan itu saya terkejut mendengar ternyata saya lebih tua 2 bulan darinya. Entah mengapa sejak hari itu sampai seterusnya, saya selalu ingat tanggal kelahiran yg ia sebutkan: 9 April 1987.
Sesi post tengah malam tiba. Saya semakin merasa kak edwin beda dg kesan pertama dulu. Ternyata dia kakak yg baik, dan bisa memimpin dg baik. Tapi hanya sebatas itu perasaan saya, karena saat lulus SMP saya berjanji tidak mau gampang suka sama lawan jenis. So, berlalulah bayang2 kak edwin begitu saja.
Beberapa bulan kemudian, kak edwin terpilih jadi ketua KIR. Secara khusus ia meminta saya gabung di bidang IPA, setelah sebelumnya saya mendaftar di bidang jurnalistik. Alasannya sih, kt dia waktu itu, saya lbh dibutuhkan d bidang IPA (errr ga tau sih apa itu sebenernya modus doang biar bs nyapa saya, kikikik ge-er).
Maka setahun itu saya merasakan dipimpin oleh seorang kak edwin. Overall, dia hanya dapat poin CUKUP baik dari saya. Dia memang rendah hati, bijak, dan baik. Tetapi menurut saya, terlalu lembut utk jadi seorang pemimpin. Makanya saya ga rekomen waktu dia dicalonin jd ketua ini itu di kampus (qodarullah, ketemu lagi di kampus ui, satu fakultas pula).
Ada satu momen yg paling berkesan saat dia jadi ketua kir. Ceritanya hari itu para pengurus kir bersekongkol utk ngerjain kak edwin yg lagi ultah. Dibuatlah skenario bahwa para BPH ga puas dg teamwork ka edwin dan minta pleno hr itu. Sepulang sekolah kak edwin disidang sama kami anak kir. Saya sih ga ikut2 ngomong abis ga pinter akting. Ikut ngeramein aja dah.
Lumayan juga akting tmn2 pengurus yg marah ini dan itu. Saya lihat kak edwin mukanya kusut kayak jemuran belom disetrika. Tapi anehnya, saya tidak menangkap emosi marah di wajahnya. Hanya ada emosi sedih yang terpancar.
Setelah puas marah2, gantian kak edwin diberi kesempatan bicara. Intinya dia terima dan mau memperbaiki. Detik terakhir saat dia bicara, pintu kelas terbuka. Beberapa pengurus datang membawa kue sambil menyanyikan lagu ulangtahun (maap2 dah dulu msh jaman jahiliyah ;p). Kak edwin terlihat kaget, tapi seperti masih syok, wajahnya tidak terlihat senang dg surprise party tsb. Setelah potong kue kak edwin kabur. Mulanya para pengurus kir takut kak edwin marah beneran. Ternyata, setelah dikuntit tmn yg lain, dia cuma ambil wudhu ke musolah,,ngademin hati..
Begitulah. Akhirnya kesan positif saya bertambah. Tapi tidak pernah membuat saya menjadi pengagum buta si kakak kelas. Entah mengapa, selalu ada saja catatan ttg dia. Maksudnya, saya jadi ga pernah naksir karena masih lihat kekurangan kak edwin walaupun secara umum menganggapnya sebagai orang baik.
Ka edwin pun lulus. Ia mendapat predikat lulusan terbaik. Ia juga diterima di kampus ui. Setelah kak edwin jadi alumni, kami hampir tdk pernah bertemu lagi. Tapi ada satu momen yg saya ingat. Suatu siang kak edwin menelepon ke rumah. Saya kaget dan merasa aneh. Kenapa tiba2 menghub saya (skrg baru sadar jgn2 modus). Ia minta tlg saya membuatkan pamflet dan menyebarkan ke kls 3 ttg undangan bedah fakultas psikologi. Saya ingat sekali waktu itu dia bilang, nanti uang fotokopian pamfletnya diganti. Waktu itu saya nurut saja. Dan percaya ga percaya sodara2, sampe sekarang utang 2000 perak itu belom dibayar ;D
Singkat cerita, kami bertemu lagi di kampus. Ia sempat jadi ketua panitia acara jalan2 rohis utk mahasiwa baru. Sayangnya, terjadi musibah. Salah satu bis kami jatuh ke semacam jurang kecil dan membuat beberapa mahasiswa luka cukup parah. Kak edwin pun disidang di kampus. Saya lihat, dia tampak cukup tertekan tapi bisa menguasai diri. Saya sbg adik kelasnya hny menonton dr jauh. Tdk satu kata simpati atau dukungan pun yg saya sampaikan. Kasus itu akhirnya selesai dan alhamdulillah semua korban pulih tanpa kekurangan suatu apapun.
 Waktu bergulir lagi. Selanjutnya kak edwin membuat saya iri karena di semester 3 ia sudah dapat pekerjaan freelance jd pengajar BIP NF. Hal yg akhirnya saya dapatkan pula di semester 3. Saya ingat, suatu hari saya minta wejangan krn mau tes di NF Depok. Di depan perpus, di bawah tangga gedung D psiko yg ramai kami ngobrol. Beberapa patah kata saja. Seperlunya.
Ia juga digadang gadang menjadi ketua rohis kampus. Yang saya ingat, di hari H pemilihan, saya berkeras tidak memilihnya karena melihat track recordnya di rohis kampus kalah dengan calon yg satunya lagi. Catatan lainnya, menurut saya, lagi2 dia terlalu lembut utk jadi seorang ketua organisasi. Lagipula, kak edwn kebanyakan aktif di luar kampus gara2 ngajar dan merintis bisnis bimbelnya. So, akhirnya gagallah ka edwin ketua fusi psikologi ui :D
Kami jaraaang sekali komunikasi. Kalau berpapasan pun kadang sungkan utk saling sapa. Saya pun sibuk dg dunia saya, dia dg dunianya.
Sampai tibalah pemilu raya ketua bem ui. Saya syok ketika kak edwin mencalonkan diri. Lelaki selembut itu mau jadi ketua bem??? Saya tak habis pikir dan hampir saja golput. Walau akhirnya mencoblos nmr 2, tp hati masih ga sreg. Saat dia terpilih, dlm hati saya mendoakan smg ia diberi kekuatan. Krn politik kampus bukan dunia yg pas utk orang selembut dia,,menurut saya. Lagi2 saya hny menonton, tanpa sepatah kata pun memberi dukungan, selamat atau sekedar sapa.
Sampai akhirnya, hari itu tiba. Selepas shokat ashar di kosan, menjelang berangkat ngajar nf. Adik saya memberikan sepucuk surat. Dia tidak mau bilang dari siapa. Dan saya buru2 membawa surat itu naik angkot, tak sempat baca di kosan.
Karena penasaran, saya membacanya di angkot. Airmata saya menetes satu satu (malu juga waktu itu, kayak sinetron nangis d angkot). Seseorang meminta saya menjadi pendamping hidupnya. Utk bersama menjadi muslim tangguh membangun madrasah peradaban. Di akhir surat itu tertulis tanda tangan dan nama jelas: edwin nofsan naufal.
9 April 2009 ia datang memperkenalkan diri pada orang tua dan keluarga saya, menyampaikan niatnya menikahi saya.
9 April 2015 ia terlelap di kamar kami yang sederhana. Ditemani hela nafas dua bocah buah cinta. Ia telah menjadi belahan jiwa, penyempurna separuh agama saya. Ia telah menjadi pria dewasa, yg kelembutan dan keceriaannya menuntun saya membijaksana...
Terima kasih cinta, selamat hari lahir yg ke-28 tahun. Semoga Allah menyayangimu, menguatkan dan memberkahi setiap langkahmu..

#Banyak cerita di skip krn udah time limit ;p

Tuesday 7 April 2015

Cermat Merawat Bayi (2)

Perawatan tali pusat
Sebagian ibu, termasuk saya, biasanya ngeri melihat tali pusat. Supaya tidak salah menangani si tali pusat, ada baiknya bunda mencari info sahih seputar perawatannya. Info berikut saya ramu dari buku dr Apin dan majalah Ummi edisi Golden Age (baca juga beberapa postingan saya sebelumnya utk detail buku referensi). Selamat menyimak ;)
#hindari menarik tali pusat saat memandikan bayi. Pastikan tali pusat tetap kering.
#Setelah mandi, dahulukan perawatan tali pusat sebelum mengoles minyak telon, baby oil atau lotion bayi.
#Bungkus tali pusat dgn kasa steril. Boleh diolesi alkohol 70% boleh juga tidak. Yang pasti, jangan olesi dg obat luka atau semacamnya karena kandungan yodiumnya bisa masuk ke peredaran darah bayi dan mengganggu pertumbuhan kelenjar gondok.
#Jaga daerah sekitar tali pusat agar tidak terkena kain popok, air seni, dan tinja.
#tetap bungkus tali pusat dengan kasa steril hingga kering sempurna dan lepas dengan sendirinya. Tali pusat biasa puput dalam seminggu. Maksimal 4 minggu. Jadi tidak perlu panik jika talipusat masih enggan puput di pekan kedua atau ketiga. Tali pusat yg puput akan meninggalkan bekas kehitaman TANPA cairan/ luka.
#Jika tali pusat yg sudah puput tidak mengering dan masih luka selama 2 minggu, segera konsultasi ke dokter. Begitu pula jika keluar cairan kuning berbau busuk, atau dasar pusar berwarna sangat merah dan bayi selalu menangis jika daerah pusar tersentuh.
#Meletakkan koin logam di atas pusar tidak ada manfaatnya bahkan bisa mencetuskan infeksi. So, save the coin in your wallet mom ;)

Thursday 2 April 2015

Cermat Merawat Bayi (1)

Merawat bayi baru lahir bisa menjadi hal yang menyenangkan sekaligus menegangkan! Terutama pada bayi pertama di keluarga. Ada yang kebanjiran saran sampai tidak bisa membedakan mana yang mitos mana yang ilmiah. Sebagian lain have no idea karena mungkin tinggal jauh dari keluarga. Di era teknologi informasi ini, new mom bolehlah mengandalkan kerabat terpercaya bernama Mbah Google. Beliau siap membantu kapan pun dimana pun dengan jutaan referensi ;) tapi ingat mom, tetep harus kritis yaa menerima info beliau. Cek ricek muasal celoteh Si Mbah. Kalau tidak jelas, hati2 menyesatkan.
Nah, info berikut yang saya bagikan insyaaAllah ilmiah. Saya rangkum dr majalah Ummi edisi spesial Golden Age Oktober 2012. Narasumbernya Dr.dr.Rini Sekartini Sp.A(K). Plus komen2 dikit dr pengalaman saya. So, Check it out :)
Merawat Kulit Bayi
Wanti wanti pertama yg saya ingat dr RS adalah: jangan pakai bedak sebelum usia 3 bulan karena bisa berbahaya utk pernafasan.
Mandikan 2 kali sehari. Ingat jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di bak mandinya. Gunakan hanya sabun khusus bayi.
Ganti baju tiap kali basah, terutama karena keringat.
Gunakan baju yg nyaman, mudah menyerap keringat, tidak panas.
Boleh diberikan lotion.atau pelembab khusus bayi agar kulit tidak kering
Kesalahan umum dalam perawatan bayi
1. Memberi bedak pada paha bayi: jika masuk ke kemaluan bisa iritasi
2. Membedaki saat berkeringat: justru menyebabkan saluran keringat tertutup sehingga menjadi biang keringat.
3. Membersihkan Telinga sampai ke bagian dalam: malah membuat serumen yang bercampur kotoran terdorong masuk, jika terakumulasi akan mengeras dan mengganggu pendengaran karena menghalangi gendang telinga.

Ok sekian dulu bunda, insyaaAllah ada episode lainnya. Thanks for reading, enjoy your motherhood :)

Wednesday 1 April 2015

Tips Atasi Demam Anak

Orang tua biasanya khawatir jika suhu badan anak mulai teraba panas. Untuk mencegah suhu naik, kita akan memberikan obat penurun panas. Namun demikian, ternyata tidak semua harus ditangani dengan obat. Ingat, terlalu sering mengkonsumsi obat tidak baik untuk kondisi ginjal anak. Yuk kenali kondisi demam anak agar dapat mengambil langkah yang tepat..check it out :)
Definisi Demam
Demam pada anak adalah ketika suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius. Pengukuran akurat dengan termometer digital dan paling tepat dilakukan di lubang anus anak. Namun bila tidak memungkinkan, cukup letakkan termometer di ketiak anak.
Jangan mengandalkan punggung tangan untuk memperkirakan suhu tubuh anak karena pasti tidak akurat.
Demam sebenarnya merupakan pertanda bahwa tubuh anak sedang melawan virus. Maka tidak perlu buru buru memberikan obat penurun panas, tetapi lakukan pengamatan terus menerus. Jika anak tampak rewel, tidak nyaman, menangis kesakitan, atau malah lemas, harus segera diambil tindakan.
Tips jika anak demam
Jaga suhu ruangan tetap sejuk. Usahakan udara segar masuk.
Pakaikan anak baju berbahan tipis, pendek, dan nyaman. Pakaian tebal dan selimut hanya akan membuat panas sulit keluar.
Pastikan anak minum sebanyak mungkin. Masuk sedikit tetapi sering dengan cairan apapun termasuk oralit atau cairan elektrolit lainnya.
Kompres atau rendam anak di air hangat.
Jaga anak agar tidak beraktivitas fisik berlebihan yg dpt meningkatkan suhu tubuh.
Jika memutuskan memberi obat, pahami dosis obat sesuai berat badan dan cara pemberiannya.
Obat penurun panas yang aman saat ini adalh parasetamol/ asetaminofen. Bentuk cair dan drops yang beredar di pasaran memiliki konsentrasi yg berbeda. Jadi perhatikan betul cara penggunaannya.
Sementara ibuprofen hanya boleh diberikan pada anak di atas 6 bulan dan tidak boleh pada anak yang muntah berulang.
Ciri demam yg harus dibawa ke dokter segera
Anak tampak sakit berat, sulit dibangunkan, tidak dpt berinteraksi
Leher kaku disertai kejang, muntah berulang, diare, ruam kulit yg tidak lazim, nyeri tenggorok atau sakit kepala hebat
Anak usia di bawah 3 bulan dgn suhu di atas 38 derajat celcius
Demam mencapai 40 derajat celcius dan cenderung naik terus
Anak dg penyakit yg menekan kekebalan tubuhspt kanker, lupus, serta mengkonsumsi obat steroid
Anak tampak makin sakit ketika suhu tubuhnya sudah tidak demam
Demam menetap lebih dari 72 jam

Demikian rangkuman ttg demam dr Buku Orang tua Cermat, Anak Sehat karya dr. Arifianto SpA