berbagi inspirasi : July 2017

Friday 28 July 2017

Nice Home Work #9 Bunda Sebagai Agen Perubahan

Nice Home Work #9

Bismillah, sampailah kita di NHW terakhir. Di garis finish (matrikulasi) ini, kami diberi tugas untuk merumuskan misi hidup seorang ibu dengan tema Bunda Sebagai Agen Perubahan.
Nah...bukan cuma mahasiswa aja kaan yang jadi agen perubahan. Seorang ibu ternyata juga agen perubahan yang sangat signifikan.
Ibu yang berubah akan menularkan perubahan pada anak anak (dan semoga) suaminya. Setelah keluarga itu berubah, lingkungan akan melihat perubahan mereka. Semakin kuat pengsruh keluarga tersebut, semakin besar peluang perubahan lingkungan bisa tercipta.
Pada NHW ini kami diminta untuk menulis rumusan Social venture atau gerakan sosial yang dihasilakan dari empati ditambah passion. Berikut rincian social venture versi Ibu (Yunda) Profesional, sesuai dengan misi spesifik hidup yang telah ditetapkan sebelumnya:

1. Minat hobi ketertarikan
#menulis
#konseling
#pernikahan, parenting, pendidikan

2. Skill hard n soft
#penulisan populer
#konseling terapi
#public speaking
#komunikasi efektif
#manajemen waktu
#persuasi

3. Isu sosial
#generasi BLAST (Bored-Lonely-Angry-Stress-Tired)
#fenomena perceraian
#pendidikan berkualitas tak terjangkau
#pendidikan tidak sinergis antara rumah dan sekolah

4. Masyarakat
#orangtua
#anak
#remaja
#dewasa muda
#calon pengantin
#guru
#suami istri

5. Ide sosial
#komunitas orangtua pembelajar
#seminar pra nikah dan parenting gratis
#sekolah gratis berkualitas juara untuk dhuafa
#blog dan artikel parenting di medsos
#lembaga konseling pernikahan dan keluarga yang terjangkau untuk menengah ke bawah

Masya Allah, beruntung sekali jika Allah mengizinkan saya mewujudkan yang tertulis di sini..Aamiin.

Friday 21 July 2017

Midnight thought-catatan fb yunda

Semester 5 kuliah menjadi salah satu 'tonggak bersejarah' buat saya. Saat itulah pertama kalinya saya memberanikan diri utk menjalani serangkaian proses yang bernama taaruf.
Mungkin karena terprovokasi isu pernikahan, juga karena tahap perkembangan usia yg memasuki masa mempersiapkan pernikahan. Karena sudah memegang prinsip tidak pacaran, maka saat ada yg pdekate pilihannya cuma 2: berproses serius dg cara yg syar'i a.k.a taarufan, atau menyudahi virus2 hati dg menutup jalur komunikasi.
Stlh seseorang itu menyatakan serius, saya yg waktu itu masih unyu2 pun lapor ke guru ngaji. Guru ngaji saya tampak agak binun krn beliau pun belum menikah. Tetapi krn beliau amanah, di follow up lah kabar tsb. Tukar cv pun terlaksana.
Saya pun mulai intens istikharah dan cari ilmu ttg pernikahan. Pas banget ada seminar pranikah. Klo ga salah di yarsi. Pembicaranya M Fauzil Adhim n Bu Kingkin Annida.
Saya bela-belain dtg pagi2 di hari ahad itu, sendirian. Ceritanya misi rahasia gituu.
 Rupanya memang tak ada kebetulan di sisi Allah. Seminar hari itu benar2 mencerahkan saya. Bahasan dr para pembicara benar jleb2 di hati. Membuat saya yg tadinya semangat 45 mau nikah dini mulai sadar dan bertanya: saya butuh atau sekedar ingin menikah? Saya siap dg segala konsekuensi atau hanya melihat satu sisi? Apa saya yakin orang ini yang paling tepat untuk menghabiskan sisa hidup? Saya bisa menanggung resiko hidup berumah tangga?
Dan tiba tiba saja semangat saya lenyap. Berganti kekhawatiran ini itu yg membuat keputusan nikah di semester 5 adalah pilihan yg gelap.
Saya pun melanjutkan istikharah sambil menunggu kabar dr guru ngaji. Semakin hari bayangan nikah makin gelap. Saya merasa belum siap, masih ada rentetan prioritas yg hrs saya selesaikan...
Meski demikian, saya merasa tidak pede utk menolak. Saya takut menyakiti. Saya khawatir salah kalau menolak pria baik2. Maka saya brdoa agar Allah membukakan jalan.
Dua pekan setelah bertukar cv, saya berbincang berdua saja dg guru ngaji. Dengan penuh kasih sayang dan kehati hatian (mba saya yg satu ini lembuut n ngemong sekali) beliau menyampaikan kabar dr guru ngaji si ikhwan. Dan jawabannya adalah.............
Stlh istikharah si ikhwan blm bs melanjutkan proses.
Perasaan saya saat itu campur aduk. Lega krn saya tidak perlu menolak (Krn artinya saya DITOLAK), sekaligus galau krn berarti pintu fitnah masih terbuka. Masih akan ada peluang terinfeksi virus merah jambu dan gangguan hati lainnya.
Hari itu saya pulang dg berbagai lintasan perasaan dan pemikiran. Namun semua bermuara pada sekelumit keyakinan:
Bahwa Allah Mahatahu yg terbaik untuk hambaNya. Memaksakan kehendak hny krn takut menolak atau tergesa gesa khawatir melewatkan 1 kesempatan utk menikah tidak akan mendatangkan manfaat. Saya sungguh beruntung krn Allah memberi jawaban istikharah yg tepat saat itu ( dan alhamdulillah hingga saat ini sy tak prnh kecewa mengikuti kemantapan hati stlh istikharah).
Bahwa Allah sesuai persangkaan hambaNya. Jika kita yakin Allah akan mendatangkan jodoh terbaik di waktu yg tepat, insyaallah itulah yg akan terjadi. Namun kedatangannya itu butuh ikhtiar, bahkan jihad. Karena sejatinya menikah adalah jihad. Untuk memelihara kesucian diri serta membangun madrasah peradaban.
Begitulah. Setelah itu saya gagal fokus ke masalah jodoh. Baru di semester 8 berdatanganlah 8 tawarn nikah (heuheu mumet juga waktu itu). Dan ternyata jodoh saya di nomor 9. Tawaran dr kakak kelas yg telah 7 tahun beririsan lingkungan dg saya. Tawaran yg dr sekian bnyk tawaran lainnya, tidak bisa saya tolak. Tawaran yg saya yakini adalah pilihan jihad untuk saya, dan samasekali bukan pilihan yg mudah, hingga saat ini. Alhamdulillah saya merasa inilah yg terbaik untuk saya...
So, dear readers, be faithful to Allah..He will never let us down :)

Nice HomeWork #8 misi hidup dan produktivitas

Nice HomeWork #8

MISI HIDUP DAN PRODUKTIVITAS

Bunda, setelah di materi sesi #8 kita belajar tentang bagaimana pentingnya menemukan misi hidup untuk menunjang produktivitas keluarga. Maka saat ini kita akan lebih menggali bagaimana menerapkannya secara teknis sbb :

a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA: menulis
b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini :
1. Kita ingin menjadi apa ? (BE) The inspiring counselor
2. Kita ingin melakukan apa ? (DO) Berbagi inspirasi dari pengalaman sebagai Ibu dan konselor melalui lisan dan tulisan
3. Kita ingin memiliki apa? (HAVE)
Ilmu dan pengalaman yang bermanfaat
Sekolah gratis berkualitas juara untuk dhuafa,
lembaga konseling anak, perempuan, dan keluarga dengan harga terjangkau kalangan menengah bawah,
punya bisnis berbasis pemberdayaan kaum marginal
c. Perhatikan 3 aspek dimensi waktu di bawah ini dan isilah:
1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)
ibu terbaik di rumah, Be the inspiring counselor bagi keluarga dan bangsa.

2.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan ( strategic plan)
@menulis buku inspiratif, minimal 5 buku sebelum usia 40 th
@memiliki taman bacaan untuk anak kelas menengah bawah, minimal 1 buah di rumah sendiri
@memiliki sekolah berkualitas juara untuk kaum dhuafa InsyaAllah sebelum usia 50 th
@mengisi seminar pra nikah, parenting, managemen keluarga, pendidikan anak dan remaja skala lokal sebelum usia 40 th dan nasional setelahnya (10ribu jam)
@melayani konseling kasus anak/suami istri/pernikahan/ keluarga 10ribu jam sebelumusia 40 tahun

3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution)
@menyelesaikan buku kedua, dengan penjualan minimal 1000 eksemplar
@mengisi seminar dan bedah buku pernikahan/ parenting minimal 10 kali skala lokal
@menulis buku ketiga
@Konseling anak, pernikahan, keluarga minimal 20 jam
@menulis artikel rutin 2 pekanan
@membaca minimal 10 buku parenting nseling
@mengikuti minimal 3 seminar/ workshop
Bismillah, perkenankanlah ya Allah, berikan kebersihan niat dan kemantapan langkah untuk menjalaninya..aamiin.

Mulailah dengan PERUBAHAN, karena pilihannya hanya satu BERUBAH atau KALAH

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulsi IIP/

Friday 14 July 2017

Cinta Bersabarlah

mungkin rasa hati bisa disembunyikan, tapi kerling mata dan garis lengkung di bibir tak bisa dipaksa untuk berhenti mengagumi pesona.
kerinduan bolehlah ditahan, namun rona merah di pipi dan kegembiraan dalam nada suara, tak mampu dibendung untuk menyatakan asmara.
itulah cinta, sebelum menikah.
ada yang bersambut, ada yang terpatah.
ada yang berakhir indah, ada pula yang hanya menyisakan airmata, meninggalkan luka.
ada yang terjaga dalam rahasia, ada yang tersibak sengaja.
apapun kelanjutan kisahnya, sungguh akan jadi berbeda manakala memasuki gerbang rumah tangga.
saat janji suci terikrarkan, saat tak ada lagi jarak memisahkan,
tak ada dosa dalam tatapan,
justru pahala dalam kemesraan,
ketika ujian dan segala tantangan membadai dalam biduk dua insan,
dan harus dihadapi dengan keteguhan janji atas nama Tuhan...

itulah dimana cinta,
membuktikan KESEJATIANNYA...

maka cinta yang sejati,
tak hilang karena sejuta perbedaan, maupun kekecewaan
ia bertambah kuat
justru karena melewati malam2 kesedihan
dan hari-hari penuh rintangan

karena hanya dengan kepahitan,
akan terasa hakikat  manis  sesungguhnya

hanya dengan kehadiran airmata,
kita bisa menghargai derai tawa sebagai mutiara

selamat datang, cinta
singgahlah disini sementara,
sampai hari terakhir memanggil salah satu dari kita,
menuju keabadian surga

***
niatnya mau bikin tulisan, eh malah jadi puisi ;p
tak apalah. kita lanjutkan.
intinya saya mau bilang,saat sudah berumah tangga, definisi dan sinyal cinta akan jauuuuuh berubah drastis dari saat kita merasakannya dulu sebelum menikah.
misalnya, inilah cinta menurut saya sekarang:
cinta adalah...saat suami saya mencari tambang jam setengah enam pagi supaya istrinya bisa menjemur pakaian (karena tali yang mengikat bambu jemuran udah sekarat)
saat ia sigap memasak tengah malam, mempersembahkan pizza anak kosan hasil karyanya agar malam kami jadi romantis
saat ia menjemput saya sepulang kerja, di tengah hujan deras dan petir yang menyambar
saat ia mau membersihkan BAB dan BAK si kecil Faza karena saya sedang sakit, atau mengantuk ;p

dan saat-saat lainnya. dimana cinta berubah dari kata benda, menjadi kata kerja (pinjem istilahnya mas salim a fillah ;)).
seperti yang dicontohkan teladan kita, Rasululullah shallallahu'alayhi wasallam. ketika beliau menjahit sendiri sandal dan bajunya, karena tak mau merepotkan sang istri. ketika beliau minta izin untuk menegakkan salat malam, walau sedang sepembaringan dengan 'aisyah ra.
itulah cinta.

jadi...kalau masih berupa rasa-rasa abstrak dalam jiwa,
tak perlulah kita umbar
jadi status-status galau yang menginspirasi banyak orang untuk menggalau (?)
bukannya untuk berbuat kebaikan
kalau masih berupa percik-percik dalam hati,
jangan pertaruhkan seluruh rasa karena bisa jadi nanti bukan dia yang berhak atasnya
jangan cari-cari seribu cara untuk mendekat dan mengikatnya,
karena jangan-jangan, nanti hanya sesal yang kita dapat.
sesal karena ternyata dilukai,
atau sesal karena melukai,
atau sesal karena kelak orang yang kita nikahi,
punya kenangan istimewa dengan orang lain sebelum kita

maka,
rasa cinta..bersabarlah...menantinya..
walau tak terlihat tapi..kuyakin cinta itu  indah
(hehe setuju sama mas Noe n LETTO ;))

terakhir, mari kita semangati teman2 kita yang istiqomah menahan rasa dan menjaga hatinya::
HIDUP JOMBLO SHALIH/AH :D

semoga sabar dalam penantiannya,
menjaga kesucian cinta,
menahan diri dari kemurkaan Allah,
demi bertemu kesejatian cinta...

SMANGKA!!!

Nice Home Work #7

NiceHomeWork #7
TAHAPAN MENUJU BUNDA PRODUKTIF
Setelah melakukan online ST30, hasilnya sesuai dengan gambaran diri saya. Alhamdulillah sudah sesuai juga dengan jalur yang saya tekuni sejak kuliah.

Selanjutnya,berikut kuadran aktivitas saya:
Kuadran 1 : Aktivitas yang anda SUKA dan anda BISA
Konseling
Menulis
Membaca
Mengajar
Belajar
Public speaking
Menggambar
Jualan

Kuadran 2 : Aktivitas yang anda SUKA tetapi andaTIDAK BISA
Menjahit
Olahraga
Mengelola uang

Kuadran 3 : Aktivitas yang anda TIDAK SUKA tetapi anda BISA
Berbenah rumah
Menyetrika


Kuadran 4: Aktivitas yang anda TIDAK SUKA dan anda TIDAK BISA
Masak
Memperbaiki mesin

Bismillah, selamat kembali mengasah gergaji :D

Saturday 8 July 2017

Kalau Ibu Sudah Tiada

KALAU IBU SUDAH TIADA

"Ide Ibu bagus banget deh!", seru si anak tengah (4th) dengan mata berbinar di tengah hujan. Hari itu saya mengajaknya main hujan hujanan untuk pertama kalinya. Mendengar tawa riangnya diselingi kaki yang melompat lompat sambil sesekali berlarian membuat kesejukan hujan serasa sampai ke hati.

"Ibu foto ya buat kenang kenangan!" Ujar saya, ingin mengabadikan momen bahagia kami. Tetapi jawaban anak saya lantas mengubah kesejukan di hati saya menjadi gerimis. Ia berkata sambil masih tersenyum lebar, "Buat kenang kenangan kalo Ibu udah gak ada ya!". Nyesssss...!
***
Kalau kita sudah tidak ada, apa yang lebih banyak muncul dalam memori anak anak?

Apakah wajah menyeramkan dengan nada tinggi ketika menyuruh mereka membereskan mainan?

Atau gelak tawa saat kita melawak agar anak membereskan mainannya?

Apakah hanya gambaran ayah ibu yang fokus menatap layar HP saat bermain bersama anak?

Atau episode penuh canda saat ayah ibu kalah saat bermain cublak cublak suweng bersama?

Apakah bentakan demi bentakan yang berhamburan dari ingatan?

Atau kalimat kalimat nasihat lembut yang disampaikan dalam suasana syahdu berdua saja?

Apakah lebih banyak ingatan tentang betapa sakitnya ketika ayah memukul atau ibu mencubit? (Ah yang terakhir ini semoga tidak pernah kita lakukan...kalau pernah segeralah bertobat).

Atau memori anak penuh dengan momen pelukan hangat ayah bunda saat butuh dukungan?

Memori buruk, memori datar, atau memori indah yang ingin kita tinggalkan dalam pikiran anak anak kita?

Agar ketika mereka teringat orangtua yang sudah tiada, meluncur doa penuh keridhoan.

Ridho atas ketentuan Allah yang telah mentakdirkan mereka menjadi anak anak kita.

Bukan airmata hati yang terluka. Yang masih berdarah saat mengingat 'kekejaman' orangtua. Nauzubillah.

Jangan terlalu yakin bahwa anak anak akan senang mengingat kita. Jika kita tidak punya banyak momen indah bersama mereka...
***
"Saya kesal sekali Abah,tiap kali anak saya pulang dengan baju penuh lumpur sehabis main bola. Akhirnya daripada capek marah marah, saya larang dia main bola. Anak saya sedih, tapi buat saya masalah selesai. Setelah ikut seminar Abah saya baru sadar. Kenapa saya begitu kejam merebut kebahagiaan anak saya, hanya karena gak mau repot mencuci baju kotornya? Padahal baju kotor bisa bersih dengan deterjen, tapi hati yang luka gimana cara bersihinnya?"

Sepenggal kisah yang dituturkan Abah Ihsan di PSPA itu ikut menyentak hati saya. Betapa sering sebagai orangtua kita tidak mau repot, MALAS, dengan resiko bermain sehingga melarang anak ini dan itu. Gak boleh main pasir, tanah, cat, air, hujan...padahal harga deterjen gak semahal tarif listrik #eaa.
Waktu yang dihabiskan buat nyuci atau beberes bekas main yakin gak seberapa dengan kebahagiaan anak karena bisa main.
Bahkan otak mereka jadi berkembang dengan bermain. Belajar problem solving, berimajinasi, bersosialisasi, berpikir kritis, merencanakan...dan banyak lagi manfaat main yang kalau dibahas bisa jadi seminar seharga (beberapa) laptop! nah lho...

Maka pulang dari PSPA saya bertekad membiarkan anak bermain lebih banyak. Membebaskan anak melakukan apapun selama tidak masuk kategori MEMBAHAYAKAN DIRI & ORANG LAIN, serta MELANGGAR NORMA AGAMA & KESOPANAN.
Lompat lompat di kasur, manjat, main hujan, main bedak, main air, ngacak ngacak lemari baju...sok sok silakan. Asal dibereskan kembali begitu pesan saya. Tidak selalu mudah memang membuat mereka beberes seperti semula. Tapi sudah mau membereskan tanpa saya tarik urat saja sudah Alhamdulillah.

Saya juga berniat untuk terlibat lebih banyak dalam permainan mereka. Jadi monster monsteran, odong odong, bahkan jadi anak pas mereka main peran jadi ibu.
Harus disempatkan meskipun cucian piring dan lantai sudah duduk manis menanti kita. Ah, kalau terus mengutamakan mereka, anak anak kita gimana? Piring sama lantai gak bisa doain setelah kita meninggal.

Saya ingin kenangan masa kecil anak anak saya penuh kebahagiaan. Agar ketika saya tiada, hanya cinta yang melekat dalam kenangan mereka. Duh, kalo nulis begini jadi sadar, rasa rasanya masih jauuuh sekali usaha saya untuk membahagiakan mereka..

Sungguh tidak banyak yang bisa kita ingat dari seluruh perjalanan hidup kita bukan? Perjalanan itu sendiri terlalu singkat bahkan. Begitu pula ingatan dan perjalanan anak anak kita. Akankah kita penuhi perjalanan singkat ini dengan episode duka? Atau memilih berubah memenuhinya dengan episode bahagia?

Bukan memanjakannya serba boleh tanpa batasan. Bukan membayar rasa bersalah dengan memberikan kebebasan yang kebablasan.
Hanya membiarkan anak bermain lebih banyak. (Bukan gadget ya mak, pak...gadget mah membahayakan).
Hanya terlibat lebih banyak dalam permainan mereka. Agar kenangan masa kecil mereka penuh kebahagiaan. Agar ketika kita tiada, hanya cinta yang melekat dalam kenangan indah berbalut doa..
Yuk main sama sama...

Salam semangat untuk para orangtua pembelajar,
Yunda Fitrian

Nice Home Work #6 belajar menjadi manajer keluarga yang handal

Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan beramal shalih dan saling menasihati dalam kebenaran. Dan saling menasihati dalam kesabaran.
(Alquran, surat cinta Allah berjudul al ashr-waktu, ayat 1-3).
Sengaja saya kutip karena dahsyatnya tiga ayat ini dalam membicarakan waktu. SINGKAT, PADAT, DALAM, begitulah seharusnya seorang muslim menjalani hidupnya sebagai khalifah di bumi Allah.
Salah satu usaha saya untuk menjalankan peran tersebut adalah banyak belajar. Inilah bagian pembelajaran saya tentang waktu, yang terangkum dalam matrikulasi institusi ibu profesional :)

☘☘​NICE HOMEWORK #6☘☘

*BELAJAR MENJADI  MANAJER KELUARGA HANDAL*

Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting
 Jawab:
Paling penting:
1. Ritual ibadah (sholat wajib, sunnah, tilawah)
2. Waktu keluarga (main sama anak, menemani belajar, ngobrol dan melayani suami)
3. Waktu belajar (membaca dan menulis sesuai jurusan ilmu yang dipilih untuk didalami)

Tidak penting:
1. Beberes rumah, menyiapkan sekolah anak
2. Masak
3. Scrolling grup WA/ FB yang tidak berhubungan dengan misi pribadi


Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
Jawab: terkadang lebih banyak untuk kategori tidak penting bagian 1dan 2

Jadwal rutin harian:

06.00-07.30 rutinitas menyiapkan sarapan, sekolah anak, bumbu/ bahan makan siang malam
07.30-20.00 waktu keluarga (waktu dinamis 1)
20.00-21.30 rutinitas beberes rumah, menyiapkan bahan/ bumbu sarapan
21.30-01.30 tidur
01.30-03.30 waktu belajar (waktu dinamis 2)
03.30-05.30 ritual ibadah.
05.30-06.00 gadget time

Dalam kenyataan sehari hari, pada waktu keluarga pasti ada waktu rutinitas domestik seperti cuci piring karena saya tidak mungkin menumpuknya sampai malam. Juga diselingi waktu ritual ibadah sunnah dhuha dan sholat wajib.
Selain itu kemungkinan juga ada waktu untuk antar jemput anak yang kedua (TK) anak pertama sudah ikut jemputan (SD).
Dua kali dalam sepekan saya juga bekerja di jam keluarga, totalnya sekitar 16 jam per pekan. Ada pula aktivitas mengelola taman bacaan di dua hari lainnya dalam sepekan. Terakhir, waktu mengisi dan mengikuti kajian dua hari pula per pekan semua di waktu keluarga.
Oleh karena itu, waktu keluarga akan tetap terpotong namun saya bertekad FOKUS utama dan DOMINASI perhatian pada jam jam tersebut adalah KELUARGA. Semoga dapat terlaksana dengan baik. Aamiin :)