berbagi inspirasi : 2020

Friday 11 December 2020

MiniPro Writing Is Healing

 Menulis adalah menyembuhkan Mini Project

.

Ide minipro ini asalnya bukan dari saya. Tapi dicetuskan Uni Dian Onasis, salah satu anggota calon warga juga. Nah karena bola panas udah dilempar pake sebut nama saya, yaudah saya tangkep aja pake wajan. Kalo pake tangan kan kebakar nanti # apasih😁😜

.

Selanjutnya karena saya nggak sering onlen saya langsung aja apa yang bisa dilakuin ya dilakuin. (Nyontek) bikin list siapa yang mau ikutan, bikin WAG khusus buat tim yang mau jalan bareng.

.

Alhamdulillah, senangnya karena para calon warga di tim ini kompak semua. Ide ide bermunculan dengan rencana minipro kami. Yang awalnya hanya satu ide berkembang jadi 3 ide dengan 14 anggota yang kemudian dibagi-bagi.

.

Begitulah lalu setelah diskusi, inilah minipro kelompok kami. Naga-naganya sih pada pengen beneran dieksekusi😁kita lihat saja nanti. Demikian sekilas inpo tentang minipro. Semoga bermanfaat bagi yang membaca dan kami yang mengerjakannya😁

.

#miniproject

#kampungkomunitas

#ibuprofesional




Minipro, Miniatur Berkomunitas

 Minipro miniatur berkomunitas

.

"Rumah bukan belenggu. Tak sepatutnya potensi seorang perempuan layu ketika ia menjadi ibu", saya ingat betul kalimat yang diucapkan Pak Dodik Mariyanto di sebuah acara Ibu Profesional, meski sudah bertahun silam.

.

Beliau bercerita tentang fenomena para perempuan yang cerdas, dinamis, aktif, namun begitu berumahtangga hilang kecemerlangannya. Sibuk mengurus pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Padahal sebenarnya, dari dalam rumah, kesempatan untuk berkarya bagi dunia tetap terbuka.

.

Pak Dodik dan Bu Septi telah membuktikan dalam rumah tangga mereka, bagaimana seorang ibu berkarya untuk dunia ketika ia bersungguh-sungguh menjalankan perannya. Saya nggak akan cerita tentang prestasi beliau berdua di sini, yang belum tahu dan penasaran biar diceritain om Gugel aja yak😁

.

Saya hanya ingin berbagi (dalam rangka menuntaskan tugas aliran rasa tiga🤭), bahwa saya berhutang inspirasi pada dua sosok ini. Pak Dodik dan Bu Septi telah menginspirasi saya tentang bagaimana memaknai peran sebagai ibu, yang sesungguhnya menjalankan misi dari Allah di bumi.

.

Tidak mungkin Allah menciptakan kita sia-sia. Termasuk ketika menjalankan peran sebagai ibu, dimanapun berada. Bergabung dengan Ibu Profesional, dengan izin Allah  telah membukakan hati saya untuk menjalani peran sebagai ibu tanpa merasa terbelenggu. Sebab berkarya dan berdaya adalah pilihan, bukan sebuah keberuntungan yang jatuh begitu saja dari langit.

.

Berkomunitas di Ibu Profesional memang telah menginspirasi warna warni hidup saya sebagai istri dan ibu. Tidak selalu sukacita, terkadang dalam perjalanan juga terselip rintangan yang menguji kesungguhan. 

.

Alhamdulillah, kebersamaan dengan sesama teman senasib di komunitas, membuat rintangan-rintangan bisa dilalui hingga hari ini. Miniproject yang ditugaskan di babak main 3 menurut saya adalah miniatur dari dinamika kehidupan berkomunitas di Ibu Profesional.

.

Bagaimana para anggota dengan latarbelakang berbeda, mau bekerjasama untuk satu tujuan. Berbagi pemikiran, perasaan, keinginan, dan kebutuhan untuk menyelesaikan satu target bersama. Perlu saling pengertian, inisiatif dan komunikasi positif.

.

Alhamdulillah minipro sudah kami selesaikan dengan baik. Semoga kami semua lulus dan bisa menjadi warga yang baik kelak, aamiin🤗💚. Sekian aliran rasa babak main tiga.

.

#aliranrasatiga

#babakmain3

#kampungkomunitas

#Ibuprofesional




Sunday 19 April 2020

Ringkasan Materi E-Parenting bersama Ibu Yeti Widiati (1)

Ringkasan Materi E-Parenting bersama Ibu Yeti Widiati , psikolog.

Materi 1: Secure Attachment, Fondasi Dasar Perkembangan Anak

Pendahuluan: Pola asuh adalah pola interaksi orangtua/pengasuh dengan anak.

Hal yang mempengaruhi pola asuh:
Dari sisi orang tua:
*Karakter ortu
*latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya
*pola asuh yang diterima dari orangtua sebelumnya
*cara pandang orang tua terhadap anak
Dari sisi anak:
*Urutan kelahiran
*jenis kelamin
*sifat anak
*usia anak
*kondisi kesehatan/ fisik

4 jenis pola asuh berdasarkan tuntutan dan dukungan:

Ada tuntutan dan ada dukungan: otoritatif
Tidak ada tuntutan dan ada dukungan: permisif
Ada tuntutan dan tidak ada dukungan: otoriter
Tidak ada tuntutan dan tidak ada dukungan: neglect/pengabaian


Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis.
Kebutuhan fisik mencakup makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan tubuh lainnya.
Kebutuhan psikologis mencakup 5 hal mendasar, yaitu:

1. Secure attachment: kelekatan yang sehat antara ortu/ pengasuh dengan anak. Anak yang memiliki secure attachment tumbuh menjadi pribadi yang nyaman dengan dirinya, bisa menyesuaikan diri dengan situasi sosial, mampu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain

2. Autonomy: kesempatan untuk melakukan apa yang sudah mampu dilakukan sendiri.
Anak yang tercukupi kebutuhan autonomy-nya tumbuh menjadi anak mandiri, punya identitas dan berani menjadi diri sendiri, bisa membuat keputusan, mengambil pilihan dan bertanggung jawab terhadap setiap pilihannya.

3. Kebebasan mengungkapkan perasaan dan keinginan: anak diperbolehkan menyatakan apa yang ia rasa dan inginkan. Jika kebutuhan ini terpenuhi, anak tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengenali dan mengelola emosi maupun keinginannya.

4. Bermain dan berespon spontan: anak memiliki kesempatan untuk bergerak aktif, bermain secara alami. Jika kebutuhan ini terpenuhi, rasa ingin tahu, keinginan belajar, kemampuan bereksplorasi akan tumbuh dalam diri anak.

5. Batasan dan aturan: anak dibimbing untuk mengenal apa yang boleh dan tidak, apa itu baik dan buruk, mana yang berbahaya dan mana yang bermanfaat. Terpenuhinya kebutuhan ini akan membuat anak menjadi pribadi yang paham nilai dan norma, belajar empati, dan mampu mengendalikan diri sesuai dengan prinsip hidup yang diyakini.

Secure attachment

Landasan terbentuknya secure attachment adalah terbentuknya trust dari anak pada orang tua atau pengasuh. Masa kritis terbentuknya trust ini adalah di usia 0-2 tahun.

Semasa dalam kandungan, semua kebutuhan bayi terpenuhi secara langsung tanpa ia perlu berusaha. Saat lahir, bayi perlu berusaha mengikuti nalurinya untuk memenuhi kebutuhannya.

Trust terbentuk jika pengasuh/ ortu merespon dengan cepat dan tepat kebutuhan bayi. Ia belajar bahwa ada sosok yang bisa memberikan kebutuhan dan rasa aman. Sebaliknya, bayi akan marah dan cemas jika pengasuh/ ortu lama atau bahkan tidak merespon kebutuhannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, secure attachment akan terpenuhi jika anak merasakan:
1. Disayangi dengan cinta tanpa syarat, orang tua/ pengasuh menunjukkan cinta bukan karena capaian anak melainkan karena ia layak dicintai
2. Diterima apa adanya, orang tua/ pengasuh memberi anak bimbingan dengan kasih sayang ketika keliru atau salah, bukan menolak anak
3. Diperhatikan, orang tua/pengasuh menunjukkan ketertarikan saat berinteraksi
4. Dihargai, orangtua/pengasuh fokus pada proses usaha anak dan mengungkapkan penghargaan

Untuk membangun secure attachment ada 5 hal yang perlu diperhatikan:
1. Proximity: kedekatan jarak, ada jarak riil dan jarak imajiner. Jarak riil adalah jarak dalam kenyataan atau fakta. Jarak imajiner adalah jarak psikologis antara manusia.
Bisa saja ortu dan anak dekat dalam jarak riil tapi jauh dalam jarak imajiner, atau sebaliknya.

2. Frekuensi: seberapa sering ortu dan anak berinteraksi.
3. Responsif: seberapa cepat dan tepat ortu merespon perilaku anak.
4. Intensitas: kualitas interaksi yang kongruen dan melibatkan panca indera.
5. Emosi positif: seberapa nyaman perasaan yang tercipta saat berinteraksi.

Anak yang tidak memiliki secure attachment bisa jadi menunjukkan perilaku bermasalah dalam perkembangannya. Jika itu terjadi, maka orang tua/pengasuh perlu melakukan kilas balik, apa yang bisa dilakukan untuk membangun kembali secure attachment dalam hubungannya dengan anak.

Friday 21 February 2020

Memenangkan Hati Anak dengan Bermain

*Playtime is special. Playing
together with your child is not only
fun, but a critical time to support
your baby or toddler’s healthy
development.*


Ajakan bermain dari anak adalah kesempatan istimewa bagi orangtua. Ada begitu banyak keuntungan yang tak dapat ditukar dengan apapun, ketika kita bermain dengan anak.

🎉 Bermain adalah sarana menabung kelekatan, kedekatan emosi, dan kenangan indah bersama anak.

Saya sangat percaya, prioritas kita sebagai orang tua adalah meninggalkan kenangan manis dalam ingatan anak. Dalam kenangan manis itulah, kita membungkus bekal berupa nilai-nilai kehidupan, keimanan, dan kebaikan yang akan terpatri dalam hati anak.

Selain itu, kelekatan yang baik antara anak dan orang tua akan sangat bermanfaat bagi kesehatan mental anak. Anak yang tumbuh dengan kelekatan baik, akan lebih tangguh, mudah bersosialisasi, dan bisa menjalani hubungan yang sehat dengan orang lain.


🎉 Bermain adalah sarana anak belajar menguasai berbagai keterampilan, seperti keterampilan sosial, bahasa, hingga berpikir.


Dalam kegiatan bermain, anak belajar bergantian, menyampaikan perasaan dan pikiran, hingga belajar memecahkan masalah. Bagi anak, bermain adalah pekerjaan serius yang menyenangkan dan menantang.

Orang tua yang asyik adalah teman bermain pertama dan terfavorit bagi anak. Jangan lewatkan kesempatan berharga untuk bermain dengan anak, kapanpun kita bisa.

SAAT IBU LELAH BERMAIN

Bagaimana jika kita sedang lelah, sakit, atau sangat sibuk sehingga tidak bisa bermain dengan anak?

Tentu semua kondisi itu manusiawi. Terpenting, bagaimana menyampaikannya pada anak dengan cara yang baik.

Jangan sampai anak merasa kapok dan terluka karena ditolak satu-satunya orang yang paling diharapkannya.

Berikut ini beberapa cara yang bisa diterapkan saat kita sedang kurang fit untuk bermain dengan anak:

🎈 Sampaikan batasan pada anak sebelum benar-benar ingin menyudahi permainan, misal sekali lagi ya, ini terakhir. Habis ini kita istirahat dulu.

🎈Beri penanda yang bisa dimengerti anak, misalnya kalau jarum panjang sudah ke angka 5, sudah dulu ya mainnya.

🎈Jelaskan kondisi dengan kata-kata sederhana. Misalnya, Ibu sekarang mau siapin makan siang dulu ya, jadi nggak bisa main bareng lagi.

🎈 Tawarkan kegiatan pengganti, misalnya sekarang kamu bisa main mobil-mobilan atau boneka dulu ya. Jika anak sudah cukup besar bisa ditawarkan untuk membantu kegiatan orangtua sesuai kemampuan anak.

🎈Jika anak marah atau menangis karena masih mau main, terima saja perasaannya. Buat ia merasa nyaman karena dimengerti. Sampaikan dengan kata-kata yang jelas bahwa kita menerima perasaannya. Misalnya, kamu sedih ya karena masih mau main sama Ibu? Nanti kita bisa main lagi kalau Ibu sudah selesai beres-beres.

Sejatinya, anak tidak butuh ditemani main sepanjang waktu. Ia perlu waktu bereksplorasi sendiri dalam bermain. Peran penting orang tua adalah mengawasi dan memastikan anak bermain dengan aman.

TERLIBAT DALAM PERMAINAN ANAK

Ketika tiba saatnya orang tua ikut bermain, hal yang perlu diperhatikan adalah TERLIBAT dan HADIR LAHIR BATIN atau bahasa kerennya mindfulness.

Jadi bukan hanya menemani anak main tapi mata masih sibuk ngecek HP. Atau badannya bersama anak tapi pikirannya melanglang buana.

Ciri orang tua yang terlibat dan hadir lahir batin dalam permainan bersama anak adalah:

😘 Mengikuti alur permainan yang berasal dari inisiatif anak

😘 Peka terhadap respon anak, apakah anak terlihat menikmati permainan atau enggan meneruskan?

😘 Mengamati perilaku anak saat bermain

😘 Berusaha berkomunikasi dengan bahasa anak dan mengkonfirmasi pikiran, perasaan anak lewat kata-kata sederhana

😘Fokus bermain tanpa disambi dengan kegiatan lain atau memegang smartphone


Kalau mau jujur, kitalah yang membutuhkan waktu bermain bersama anak. Sebab hanya itulah cara terbaik masuk ke dunia anak. Dengan bermain, kita bisa menyatakan cinta, mempersembahkan kenangan indah, dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan sebagai bekal hidupnya.

Yuk main lagi👶🏻👧🏻👩🏻


Yunda Fitrian

Thursday 30 January 2020

LUKA BATIN ANAK KITA

LUKA BATIN ANAK KITA
.
"Gimana cara supaya anak tidak menyimpan luka batin jika sudah terlanjur dibentak, dicubit dan dipukul? "
.
Pertanyaan yang sering saya dapat di acara healing maupun parenting.
.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir luka batin, meskipun kita tidak bisa memastikan apakah anak benar-benar sembuh dari luka tersebut. Pada akhirnya Allah-lah tempat kita meminta.
.
Langkah pertama, mohon ampun pada Allah. Akui bahwa kita telah khilaf menuruti hawa nafsu dan bisikan syaitan ketika marah. Mintalah pertolongan Allah agar selalu diberi kekuatan untuk mengasuh sesuai syariatNya.
.
Kedua, minta maaf pada anak dengan tulus. Minta maaf yang didengarnya saat sadar, bukan hanya saat anak tidur. Jelaskan bahwa tindakan kasar itu salah. Berjanjilah tidak akan mengulanginya. Minta anak mengingatkan kita, bersungguh-sungguhlah agar tidak mengulanginya.
.
Ketiga, bantu anak mengalirkan perasaan tidak nyaman yang pernah ia rasakan akibat kekerasan orang tua. Tanyakan apa yang anak pikirkan, rasakan, inginkan, dan butuhkan saat peristiwa itu terjadi. Dengar dan terima apa yang ia sampaikan. Cara ini baru bisa dilakukan setelah anak mampu lancar berbicara.
.
Keempat, perbanyak memeluk, menyatakan kasih sayang, bermain bersama, dan berkegiatan yang menyenangkan dengan anak. Perbaiki kesalahan kita dengan melakukan banyak kebaikan. Penuhi ingatan anak dengan jutaan kenangan indah, agar bukan kenangan buruk yang lebih berkesan ketika mengingat orang tua.
.
Kelima, doakan anak dengan kebaikan. Bukan hanya doa setelah sholat dengan suara lirih. Melainkan juga doa ketika berinteraksi dengan anak, dengan suara yang dapat ia dengar. Doa seperti itu adalah pernyataan cinta dan sugesti yang berkesan bagi anak.
.
Ingatan akan kekerasan yang dilakukan orang tua memang dapat membekas sepanjang usia. Meninggalkan luka dan menggerus cinta. Namun, tidak ada kata terlambat untuk bertaubat.
.
Di sisa usia kita, biar Allah menyaksikan bahwa kita berjuang untuk menjalankan amanah sebagai orang tua dengan sepenuh jiwa. Agar Allah ridho pada kita, dan menjadikan kita keluarga penghuni surga. Aamiin.
.
#transformom
#innerchildhealing