Sunday 19 April 2020

Ringkasan Materi E-Parenting bersama Ibu Yeti Widiati (1)

Ringkasan Materi E-Parenting bersama Ibu Yeti Widiati , psikolog.

Materi 1: Secure Attachment, Fondasi Dasar Perkembangan Anak

Pendahuluan: Pola asuh adalah pola interaksi orangtua/pengasuh dengan anak.

Hal yang mempengaruhi pola asuh:
Dari sisi orang tua:
*Karakter ortu
*latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya
*pola asuh yang diterima dari orangtua sebelumnya
*cara pandang orang tua terhadap anak
Dari sisi anak:
*Urutan kelahiran
*jenis kelamin
*sifat anak
*usia anak
*kondisi kesehatan/ fisik

4 jenis pola asuh berdasarkan tuntutan dan dukungan:

Ada tuntutan dan ada dukungan: otoritatif
Tidak ada tuntutan dan ada dukungan: permisif
Ada tuntutan dan tidak ada dukungan: otoriter
Tidak ada tuntutan dan tidak ada dukungan: neglect/pengabaian


Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis.
Kebutuhan fisik mencakup makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan tubuh lainnya.
Kebutuhan psikologis mencakup 5 hal mendasar, yaitu:

1. Secure attachment: kelekatan yang sehat antara ortu/ pengasuh dengan anak. Anak yang memiliki secure attachment tumbuh menjadi pribadi yang nyaman dengan dirinya, bisa menyesuaikan diri dengan situasi sosial, mampu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain

2. Autonomy: kesempatan untuk melakukan apa yang sudah mampu dilakukan sendiri.
Anak yang tercukupi kebutuhan autonomy-nya tumbuh menjadi anak mandiri, punya identitas dan berani menjadi diri sendiri, bisa membuat keputusan, mengambil pilihan dan bertanggung jawab terhadap setiap pilihannya.

3. Kebebasan mengungkapkan perasaan dan keinginan: anak diperbolehkan menyatakan apa yang ia rasa dan inginkan. Jika kebutuhan ini terpenuhi, anak tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengenali dan mengelola emosi maupun keinginannya.

4. Bermain dan berespon spontan: anak memiliki kesempatan untuk bergerak aktif, bermain secara alami. Jika kebutuhan ini terpenuhi, rasa ingin tahu, keinginan belajar, kemampuan bereksplorasi akan tumbuh dalam diri anak.

5. Batasan dan aturan: anak dibimbing untuk mengenal apa yang boleh dan tidak, apa itu baik dan buruk, mana yang berbahaya dan mana yang bermanfaat. Terpenuhinya kebutuhan ini akan membuat anak menjadi pribadi yang paham nilai dan norma, belajar empati, dan mampu mengendalikan diri sesuai dengan prinsip hidup yang diyakini.

Secure attachment

Landasan terbentuknya secure attachment adalah terbentuknya trust dari anak pada orang tua atau pengasuh. Masa kritis terbentuknya trust ini adalah di usia 0-2 tahun.

Semasa dalam kandungan, semua kebutuhan bayi terpenuhi secara langsung tanpa ia perlu berusaha. Saat lahir, bayi perlu berusaha mengikuti nalurinya untuk memenuhi kebutuhannya.

Trust terbentuk jika pengasuh/ ortu merespon dengan cepat dan tepat kebutuhan bayi. Ia belajar bahwa ada sosok yang bisa memberikan kebutuhan dan rasa aman. Sebaliknya, bayi akan marah dan cemas jika pengasuh/ ortu lama atau bahkan tidak merespon kebutuhannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, secure attachment akan terpenuhi jika anak merasakan:
1. Disayangi dengan cinta tanpa syarat, orang tua/ pengasuh menunjukkan cinta bukan karena capaian anak melainkan karena ia layak dicintai
2. Diterima apa adanya, orang tua/ pengasuh memberi anak bimbingan dengan kasih sayang ketika keliru atau salah, bukan menolak anak
3. Diperhatikan, orang tua/pengasuh menunjukkan ketertarikan saat berinteraksi
4. Dihargai, orangtua/pengasuh fokus pada proses usaha anak dan mengungkapkan penghargaan

Untuk membangun secure attachment ada 5 hal yang perlu diperhatikan:
1. Proximity: kedekatan jarak, ada jarak riil dan jarak imajiner. Jarak riil adalah jarak dalam kenyataan atau fakta. Jarak imajiner adalah jarak psikologis antara manusia.
Bisa saja ortu dan anak dekat dalam jarak riil tapi jauh dalam jarak imajiner, atau sebaliknya.

2. Frekuensi: seberapa sering ortu dan anak berinteraksi.
3. Responsif: seberapa cepat dan tepat ortu merespon perilaku anak.
4. Intensitas: kualitas interaksi yang kongruen dan melibatkan panca indera.
5. Emosi positif: seberapa nyaman perasaan yang tercipta saat berinteraksi.

Anak yang tidak memiliki secure attachment bisa jadi menunjukkan perilaku bermasalah dalam perkembangannya. Jika itu terjadi, maka orang tua/pengasuh perlu melakukan kilas balik, apa yang bisa dilakukan untuk membangun kembali secure attachment dalam hubungannya dengan anak.

No comments:

Post a Comment