berbagi inspirasi : May 2018

Saturday 26 May 2018

Suami Ogah Ikut Seminar Parenting? Tujuh Tips Ini Bisa Luluhkan Hatinya!



Suami Ogah Ikut Seminar Parenting? Tujuh Tips Ini Bisa Luluhkan Hatinya!

“Saya mendidik anak dengan keras, seperti ayah mendidik saya. Tapi ada kalanya saat berada di kantor, saya menitikkan airmata menyesali kerasnya saya pada anak. Istri sayalah yang memperkenalkan ilmu parenting pada saya. Alhamdulillah, ia tidak pernah bosan mengajak saya belajar. Meskipun saya sangat lambat dan merasa begitu berat mengubah diri” ujar seorang bapak, memberi pengakuan dalam sebuah seminar parenting yang kami-saya dan suami-hadiri.

Saya ingat, awal-awal punya anak, saya juga sendirian datang ke seminar parenting, tanpa ditemani suami. Alhamdulillah beliau mengizinkan meski belum mau ikut serta.

Dalam pandangan suami, seminar parenting itu hanya acara untuk kaum ibu. Tak sepenuhnya salah.  Memang biasanya 99 % yang hadir kaum Hawa. Kaum  Adam biasanya hadir hanya dalam hitungan jari, itupun rata-rata hasil pemaksaan istri.

Kesulitan mengajak suami untuk hadir dalam seminar parenting sepertinya memang masalah sejuta emak. Butuh kegigihan layaknya pejoeang 45 melawan kumpeni. Gerilya siang malam. Kalau perlu bersiasat dan main ‘drama’.

 Bagi yang belum menikah, bahasan ini beserta solusinya sudah saya singgung di buku Yakin Dia Jodohmu? Bagi yang terlanjur sayang, eh terlanjur menikah terus menemui kesulitan mengajak suami belajar bersama, silakan intip sampai selesai tulisan ini J

Perjuangan mengajak suami belajar parenting terkadang menjadi boomerang dalam rumahtangga. Tak jarang memicu konflik dan memperlebar jurang perbedaan dalam mendidik anak. Istri merasa lelah karena usahanya tak kunjung berbuah. Suami gerah karena merasa istri cari-cari masalah.

Setelah merenungkan pengalaman diri, mendengar berbagai curhatan para istri, belajar di sana sini, saya mencoba meramu 7 tips main cantik agar suami luluh bersedia ikut seminar parenting tanpa pemaksaan J Silakan disimak J

Tips 1: pahami starting point (titik awal pijakan) suami. Setiap orang memiliki starting point yang berbeda untuk bergerak. Starting point ini bisa dilihat dari pengalaman dan pola pikir suami dalam pengasuhan anak.

Suami yang dibesarkan di keluarga keras, pola pikirnya pun skeptis, tentu tak bisa disamakan pendekatannya dengan suami yang latar belakang keluarga adem ayem, pola pikirnya open minded.

Dengan memahami starting point, kita tidak overexpectation, berharap terlalu tinggi. Tidak kecewa ketika suami belum menunjukkan ketertarikan belajar parenting. Terima dulu dan atur strategi baru. Jangan sampai frustrasi karena pembandingnya rumput tetangga, yang suaminya kok yaaa asyik banget diajak belajar sama-sama.

Letakkan segala sesuatu pada tempatnya. Letakkan harapan pada suami sesuai titik pijaknya. Bukan titik pijak kita, atau suami tetangga.

Tips 2: for things to change, I must change first. Sebelum menuntut suami peduli isu parenting, berusaha dulu menunjukkan manfaat belajar parenting. Praktekkan ilmu yang didapat di keluarga, jadilah agen perubahan.

Mulai dari diri sendiri, saat ini juga, dan yang terkecil. Ketika belajar bahwa suara tinggi itu buruk dampaknya untuk otak anak, kita duluan yang mempraktekkan bersuara lembut di keluarga.

Daripada sibuk menceramahi anak dan suami, usahakan dulu diri memberi bukti. Biarkan suami dan anak menyaksikan perubahan yang terjadi.

Bagaimana kalau kita kesulitan mengubah diri? Percayalah, jika kita bertekad, akan selalu ada jalan untuk memperbaiki diri. Tidak harus instan dan totalitas, yang penting terus berproses. Orang yang berusaha mengamalkan ilmu akan terlihat perubahannya jika ilmu tersebut memang berkah dan manfaat baginya.

Tips 3: hargai kebaikan dan perhatian suami pada anak, sekecil apapun. Konon, banyak suami tak mau lagi terlibat mengasuh anak karena selalu dikritik, tak dihargai.

Saat ia mau membantu memakaikan celana anak, istri marah karena memakaikan celananya terbalik. Ketika suami mau membantu menyuapi anak, dan hasilnya lebih berantakan dari saat anak makan sendiri, suami kembali kena semprot istri.

Saya pernah juga beberapa kali mendapati istri yang menjatuhkan harga diri suami di depan anak-anaknya. Saat suami menasihati anaknya, sang istri membantah dan menyatakan hal yang berlawanan (yang sebaliknya juga banyak sih, istri nasihatin anak suami malah belain). Pengalaman-pengalaman seperti ini seringkali membuat suami memilih mundur dan lepas tangan karena merasa usahanya sia-sia. Sang istri toh sudah terlalu perkasa.

Lelaki adalah makhluk yang memiliki gengsi tinggi. Semakin kita mengungkapkan penghargaan, semakin ia jatuh di pelukan. Semakin kita meremehkan, semakin jauh ia berkeliaran.

Percayalah ada 1001 usaha suami yang patut diapresiasi manakala mau melihat dengan mata baik sangka dan hati seluas samudera. Katakan dengan verbal penghargaan dan terimakasih atas usaha suami membersamai anak meski jauh dari sempurna.

Tips 4: banyak ngobrol dan berkegiatan bersama. Trik bikin obrolan asyik bagai pengantin baru sudah pernah saya tulis di sini: http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2018/03/malas-ngobrol-dengan-pasangan-ini-6.html , silakan dibaca lagi.

Kegiatan bersama biasanya akan asyik kalau istri mau coba mengikuti hobi suami. Tidak harus memaksakan diri untuk suka semua yang suami sukai. Pilih satu kegiatan saja yang kita bisa ikuti agar bisa masuk lebih jauh ke dunianya. Dengan berkegiatan bersama, pintu obrolan terbuka.

Saat itulah istri bisa mulai berbincang santai tentang harapan dan hasil belajarnya (di seminar atau komunitas parenting). Tentu saja, di awal jangan langsung bicara masalah dan curhat lainnya. Apalagi membandingkan suami dengan ayahnya Si Fulan dan Fulanah. Bisa kelar acara ngobrol ganti perang dunia ketiga :D

Bicara yang ringan dulu dan menggugah selera. Pastinya jauhkan juga urusan yang berhubungan dengan dompet. Biarkan langit rumahtangga bebas sejenak dari tagihan SPP sekolah anak dan hutang cicilan rumah :D

Tips 5: jadilah problem solver. Ketika anak punya masalah, istri bisa memberikan solusi berdasarkan hasil belajarnya. Minimal punya referensi informasi.

Alih-alih mencari siapa yang salah, lebih bijak mengajak suami mengenang kembali betapa bahagianya mereka  saat pertama kali bergelar orangtua.  Apakah kebahagiaan itu akan tersia-sia atau terus diperjuangkan bersama?

Posisikan diri sebagai survivor, bukan korban. Bahasakan bahwa suami punya kekuatan yang tak dimiliki istri, untuk melalui badai bersama-sama.  Dan bukankah anak ini adalah hasil ‘karya’ bersama pula?

Tips 6: kenalkan tokoh parenting laki-laki. Bagi saya ini penting. Sebab ketika yang bicara sesama lelaki, suami akan merasakan lebih banyak kesamaan sudut pandang dan pengalaman.

Titik balik suami saya sendiri ketika beliau mengikuti seminar Abah Ihsan bersama saya yang sedang hamil besar anak ketiga (bisa dihitung berapa tahun perjuangan saya sodara sodaraa).  Gaya Abah yang entertaining, membuat suami hepi dan gak berasa diceramahi tentang anak.

Dari situ Alhamdulillah lanjut ikut program workshop 2 harinya Abah (PSPA). Sampai sekarang,  kami makin sering pergi bareng ke seminar parenting, meski bukan Abah pengisinya. Malah kadang suami yang ngajak saya ke seminar parenting, atau dia pergi sendiri ketika saya belum bisa hadir.

Tidak harus Abah Ihsan kok. Ada Ustadz Bendri,  Ayah Irwan Rinaldi, Pak Dodik Mariyanto, Ustadz Budi Ashari, dan ayah-ayah lain yang mungkin bisa jadi jalan hidayah bagi para suami untuk menyadari perannya sebagai imam keluarga. Pastikan saja, kita sebagai istri tidak membandingkan suami dengan tokoh-tokoh tersebut, karena suami malah bisa jadi ilfil dan makin ogah belajar bersama.

Tips 7: berdoa dan lakukan amalan istimewa. Siapa yang mampu membolak-balik hati manusia jika bukan Allah, pemiliknya? Di bulan Ramadhan ini, tiap detiknya adalah waktu berdoa yang mustajab. Mari terus doakan suami agar mampu menjadi imam bagi keluarga, bahkan imam bagi lingkungan sekitarnya.

Bulan baik ini juga menjadi momentum yang paling tepat untuk memulai amalan istimewa dan berbagai kebiasaan baik lainnya. Bisa dengan amalan ibadah khusus yang sifatnya ritual, atau kebiasaan baik yang sifatnya muamalah. Untuk yang terakhir disebut, boleh dibaca lagi tulisan saya yang ini http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2018/04/kecil-kecil-cabe-rawit.html .

Alhamdulillah, selesai sudah saya berbagi ide untuk Ramadhan Berdaya kita. Tentu, belajar mendidik anak tidak harus dengan ikut seminar parenting. Namun ikut seminar parenting adalah satu titik tolak yang sangat berpeluang membuka pintu kesempatan belajar mendidik anak. Ada sensasi dan penghayatan yang lebih dalam ketika hadir langsung dan menyimak ilmu dalam seminar parenting, dibanding hanya membaca artikel, buku, atau streaming.

Berbahagialah para istri yang suaminya sudah alert masalah parenting ini, bahkan menjadi imam sejati yang memandu biduk rumahtangga tanpa istri harus bersusah payah menyadarkannya.

Bersyukurlah para istri yang suaminya selalu mengizinkan untuk terus belajar, meski ia sendiri belum mau bergabung. InsyaAllah akan ada waktunya ia tergerak karena melihat perjuangan istri.

Bersabarlah, terus berusaha bagi para istri yang suaminya jauh dari sosok imam keluarga, atau telah menjadi single parent karena berbagai sebab. Yakinlah Allah tak pernah menguji di luar batas kesanggupan hamba-Nya. Bukankah Maryam mendidik Isa Alayhissalam tanpa sosok ayah? Begitu pula di sekitar kita, ada banyak perempuan tangguh yang membesarkan anak-anaknya sendirian, dan mereka berhasil.

InsyaAllah ada pahala berlimpah atas setiap jerih payah dan airmata doa yang menyertai perjuangan para istri untuk mengajak suaminya belajar bersama.

Wallahu a’lam bish shawab. Semoga membawa manfaat bagi yang membaca, membagi, atau mempraktekkannya J

Salam Semangat Belajar,
Yunda FItrian, Penulis Buku Yakin Dia Jodohmu?





















Wednesday 23 May 2018

Tantangan Hari ke-10 Semua Anak Adalah Bintang


Di hari kesepuluh lalu, Si Sulung merasa tak enak badan. Ia sedang berjuang mempertahankan puasanya.

Ketika saya tawarkan melanjutkan project ia belum mau. Saat saya tanya ia tak menjawab kenapa.

Keesokan harinya ia juga tidak mau melanjutkan project. Saya lihat ia tak berbinar lagi, mungkin bosan atau merasa sudah puas dengan hasil kerja terakhirnya. Saya pun tak memaksa.

Hari itu saya membereskan buku-buku untuk disumbangkan. Si Sulung dengan sigap menyatakan ingin menyumbangkan juga buku-bukunya. Ia ikut memilah bersama saya. Saya lihat keinginan untuk berbagi sudah mulai berkembang dalam diri Si Sulung.

Keesokan harinya saat saya membungkus 14 paket sumbangan buku, Si Sulung sangat antusias ingin membantu. Saya pun memberi ia kepercayaan untuk menuliskan alamat saya di amplop paket.

Awalnya ia merasa tulisannya jelek karena tidak rapi. Setelah saya beri masukan untuk memperkecil tulisan Alhamdulillah ia terlihat puas dengan tulisannya yang menjadi lebih rapi.

Semoga Si Sulung bisa terus mengembangkan kecerdasan interpersonal, intrapersonal, spiritual dan change factor-nya. Sebab saya setuju, keempat kecerdasan ini adalah modal untuk menjadi pribadi matang nan tangguh.

#bunsay_iip
#semuaanakbintang
#gamelevel7

Thursday 17 May 2018

Tantangan Hari ke-9 Semua Anak Adalah Bintang


Hari kesembilan sekaligus hari pertama Ramadhan. Selepas mandi pagi, sambil mengepang rambutnya, saya mengajak ia mengobrol tentang puasa. Saya bertanya apakah ia tahu tujuan puasa? Si Sulung mengaku belum tahu.

Saya pun mencoba menjelaskan tujuan puasa sesuai ayatNya, yaitu agar kita bertaqwa. Sebelumnya saya mengibaratkan mengapa kami harus membahas tujuan puasa seperti jika kami naik ojek online, harus punya tujuan agar tak bingung di perjalanan.

Saya menjelaskan arti taqwa karena Si Sulung mengaku belum mengerti. Setelah dijelaskan, Si Sulung mampu menyampaikan kembali kesimpulannya bahwa puasa adalah latihan sabar.

Menjelang siang,  Si Sulung mengaku mulai lapar dan butuh kegiatan untuk mengalihkan rasa laparnya. Dia sendiri yang menyadari dan mengungkapkan hal tersebut pada saya.

Saya mengembalikan pilihan padanya, apa yang ia pikir sebagai alternatif solusi. Si Sulung meminta membuat kaos lagi :)

Karena saat itu kami sedang di rumah Oma dan tidak ada bahannya, Oma menawarkan membuat slime. Alhamdulillah, ide cemerlang Oma membuat ia berbinar dan sukses membuat Si Sulung ceria kembali.

Selesai membuat slime, Si Sulung sholat zuhur berjamaah dengan Oma. Kami pun pulang ke rumah dan Si Sulung kembali menagih membuat kaos. Saya kembali memfasilitasi sebatas memasak dan menuang air hangat.

Kali ini eksplorasi warna lebih banyak lagi ia lakukan. Hasilnya seperti di bawah ini. Sayangnya saya belum membeli kaos khusus ukuran badannya, jadi selama ini ia hanya menggunakan kaos kaos bekas yang sudah pudar warnanya. Semoga saya busegera membelikan kaos yang pas sebagai masterpiece karya Si Sulung berikutnya :)


Tantangan Hari ke-8 Semua Anak Adalah Bintang


Di hari kedelapan kemarin, Si Sulung kembali berinisiatif untuk mengulang ujicoba project tye dye.

Di percobaan kali ini, saya makin meminimalisir keterlibatan. Saya katakan padanya bahwa saya hanya akan membantu memasak dan menuang air panas. Menyiapkan peralatan hingga akhir proses semua dapat dilakukan Si Sulung secara mandiri.

Alhamdulillah ia dapat melakukan kegiatan hingga akhir dengan mandiri. Hanya saja untuk membuat pola gambar hati ia masih kesulitan dan minta bantuan saya.

Saya mengamati bagaimana Si Sulung mulai mengembangkan terus kecerdasan intrapersonalnya. Kemampuan manajemen diri, kemandirian, membuat keputusan, dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang ia buat. Semua terus terasah dalam project ini.


Percobaan kedua, Si Sulung mulai bereksplorasi dengan dua warna dan lebih mandiri


#bunsay_iip
#semuaAnakBintang
#gamelevel7

Monday 14 May 2018

Tantangan Hari ke-7 Semua Anak Adalah Bintang


Alhamdulillah akhirnya rencana ujicoba membuat kaos tye dye berhasil kami lakukan.

Kali ini kami hanya mengujicoba penggunaan pewarna tekstil (wanteks) pada kaos bekas.

Bukan hanya Si Sulung yang berbinar melakukan percobaan, melainkan dua bocah kecil lainnya. Tentu saja, air dan warna adalah perpaduan kesenangan bagi mereka.

Pada percobaan ini saya juga dikejutkan oleh Si Sulung. Ketika hendak membuang plastik sarung tangan, Si Sulung memilih menyimpan miliknya. Ia berkata, plastik perlu ribuan tahun untuk bisa hancur jadi penggunaannya harus dibatasi.  Jadilah kami sedikit berdiskusi tentang global warming.




Semoga percobaan berikutnya bisa lebih seru lagi :)


Sunday 13 May 2018

Tantangan Hari ke-6 Semua Anak Adalah Bintang

Hari ke-6 kami berniat melanjutkan rencana ujicoba wanteks yang tertunda.

Si Sulung masih bersemangat dan menanyakan kapan kami melanjutkan project.

Maka hari itu sebelum berangkat workshop saya mengajak si sulung mengerjakan ujicoba. Ia menyanggupi dan antusias.

Begitu saya menyalakan kompor...berkali kali tak bisa juga. Ternyata gas habis saudara2...dan sepagi itu tak ada yang jual..Rencana kami pun kembali tertunda.

Sampai hari ini, Senin dini hari. Si Sulung akan menjalani hari pertama evaluasi belajar di sekolah. InsyaAllah ia pulang jauh lebih cepat dari biasanya.

Saya akan menawarkan apakah ia ingin melakukan ujicoba wanteks atau fokus mempersiapkan ujian sekolah. Apapun itu saya akan menghargai dan tidak memaksakan kehendak saya :)

#gamelevel7
#bunsay_iip

Tantangan Hari ke-5 Semua Anak Adalah Bintang



Hari ke-5 sebetulnya kami berencana mengujicobakan pemakaian wanteks di baju bekas. Jadwal pelatihan saya hanya sampai pkl 12 hari itu, jadi saya janjikan Si Sulung mengerjakan project setelah saya pulang, sebelum sore hari.

Ternyata rencana tersebut harus saya tunda. Saya memutuskan mengantar mama ke rumah sakit karena memang lebih genting kondisinya.

Menunggu dokter di RS menghabiskan waktu sampai 3 jam karena ternyata dokternya ada operasi di Rs lain. Saya tidak itu dadakan atau tidak, yang jelas rencana saya dan Si Sulung mendadak batal.

Alhamdulillah ala kulli hal, mama selesai diperiksa dan mendapat kejelasan bahwa kondisinya hanya bisa lebih baik dengan operasi. Alhamdulillah pula Si Sulung sama sekali tidak ngambek, ia sangat pengertian.

Semoga project kami bisa terus berlanjut dan Allah mengangkat penyakit mama..aamiin.

#gamelevel7
#bunsay_iip

Tantangan Hari ke-4 Semua Anak Adalah Bintang



Di hari ke-4, bertepatan dengan hari pertama workshop montessori, saya menyempatkan diri membeli wanteks yang akan kami gunakan untuk project membuat kaos tye dye.

Alhamdulillah toko fotokopi dekat rumah menjual wanteks lengkap sampai 36 warna. Si Sulung tampak berbinar melihat saya membawa 14 wanteks beda warna.

Saya mengajak Si Sulung mengujicobakan project keesokan harinya. Ia pun setuju. Malam itu wanteks menjadi barang baru yang membuat penasaran ketiga bidadari.


#gamelevel7
#semuaAnakBintang
#bunsay_iip

Tantangan Hari ke-3 Semua Anak Adalah Bintang


Wuaah..akhirnya bisa lapor lagi setelah empat hari berjibaku dengan kelas montessori. Pergi pagi pulang sore meninggalkan 3 bidadari bersama Ayah Rumah Tangga (terimakasih banyak Ayah Edwin Baik Hati Super Sekali).

Saya tak sampai hati menitipkan si ayah untuk mengecek juga perjalanan project kami. Jadilah saya hanya bisa meluangkan sedikit waktu untuk meneruskan project.

Alhamdulillah Si Sulung masih semangat meski dia terdistraksi juga dengan kegiatan lain dan persiapan evaluasi akhir semester di sekolah.

Di hari ketiga beberapa waktu lalu, Si Sulung dengan semangat membuat poster sambut Ramadhan, dengan inisiatif sendiri.

Dalam waktu sekitar 2 jam poster sederhana itu ia selesaikan. Saya hanya diminta membantu membuat dua buah huruf, sisanya semua dikerjakan mandiri oleh Si Sulung. Semoga semangat Ramadhan bisa menjadi atmosfer kebahagiaan di rumah kami. Terus belajar dan bergerak untuk Ramadhan Berdaya. Aamiin.

#gamelevel7
#semua Anak Bintang
#bunsay_iip





Diswap Komunikasi Positif #3 Menuju Ramadhan Berdaya
WAG Belajar Parenting
Oleh Yunda Fitrian

Sebening Cermin: 6 Langkah Meluruskan Kesalahan Tanpa Kemarahan

((Bagian 1))

Suatu hari ada seorang pemuda belia mendatangi Rasulullah SAW.
Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!” katanya lantang membuat orang-orang di sekitar menghardiknya, “Diam kamu! Diam!
Rasulullah dengan wajah teduhnya berkata, “Mendekatlah.
Pemuda itu pun mendekat, duduk di samping Rasulullah, kemudian ia ditanya:
Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?
Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut si pemuda teringat ibu yang disayanginya.
Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai. Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?
Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” ujar si pemuda tegas, membayangkan kelak jika mempunyai anak perempuan yang dizinai orang.
Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai. Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?
Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” suara sang pemuda melemah, mulai melihat bayangannya di cermin hati.
Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai. Relakah engkau jika bibimu dizinai?
Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” Ia menggeleng pasti, menepis sendiri keinginan untuk berzina karena memahami betapa hina dan kejinya perbuatan itu.  
Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.
Rasulullah menutup dialognya dengan akhir yang sempurna. Beliau meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut, sambil melantunkan doa penuh kasih sayang “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.
Maka zina tak pernah lagi menarik bagi si pemuda, bahkan menjadi perbuatan yang paling dibencinya.

(dikisahkan dari HR Ahmad)

***

((Bagian 2))

Mengapa Sebening Cermin?

Apa yang terjadi jika dalam situasi di atas Rasulullah SAW menghardik sang pemuda?
Mungkin ia akan menjauh dari Rasulullah, bahkan membenci risalah yang dibawanya. Bisa jadi ia makin terdorong untuk mengikuti hawa nafsunya.
Situasi yang hampir serupa sebetulnya sering terjadi di keluarga kita. Ingatlah saat anak-anak kita:

·         Meminta sesuatu yang buruk
·         Menceritakan perbuatan ‘nakal’nya
·         Berbicara kalimat kurang baik
·         Bertanya arti kata-kata vulgar atau tidak baik yang didengar dari orang lain
·         Berkomentar dengan kata-kata tidak baik

Sebagian orangtua merespon dengan mata melotot, membentak, menyuruh anak diam lalu berceramah panjang lebar tentang kesopanan serta langsung menghukum anak saat itu juga.

Ada pula orangtua yang memilih berkomunikasi sebening cermin; meluruskan kesalahan anak tanpa menyakiti atau merendahkan.

Perbedaan respon orangtua akan menghadirkan respon berbeda pula dari anak.

Jika orangtua merespon dengan keras, mungkin anak tidak mengulangi lagi perilaku tersebut di depan orangtua,  tapi entah di belakangnya.

Mengapa?
Karena anak tidak paham apa yang dikomunikasikan orangtua. Anak hanya tahu orangtuanya marah jika ia melakukan perbuatan tertentu di hadapan orangtua.  Jika perbuatannya dilakukan di belakang orangtua, tidak ketahuan, maka ia tidak akan kena marah.

Kemarahan atas spontanitas anak hanya akan menjadikan anak patuh pada orangtua karena TAKUT. Bukan karena PEMAHAMAN akan sebuah nilai.

Maka tak heran ketika lepas dari pengawasan orangtua, anak merasa BEBAS tanpa ancaman.

Cara merespon yang kasar, cenderung menyalahkan, meremehkan, atau mengabaikan akan menjadikan anak semakin jauh dari nilai yang ingin ditanamkan orangtua.

Sementara cara merespon sebening cermin membuat anak tahu dimana kesalahannya, lalu tak mau mengulangi suatu perilaku buruk karena memahami dampak dari perilaku tersebut.

((Bagian 3))
STEP BY STEP REAL ACTION
Menjadi Orangtua Sebening Cermin

Salah satu contoh jelas menjadi sebening cermin sudah tergambar dari kisah Rasulullah dan pemuda yang minta izin berzina tadi.  Berikut 6 langkah mudah untuk menjadi sebening cermin:

1.       Berprasangka baik

Ketika anak melakukan atau berbicara kurang baik, siapkan 1001 prasangka baik. Bisa jadi anak belum paham apa yang ia lakukan atau katakan. Mungkin anak paham tapi belum tahu apa akibat buruknya bagi diri maupun orang lain. Atau ternyata anak tidak sengaja melakukannya, dan lain sebagainya.

Mengapa perlu berprasangka baik? Karena pada dasarnya anak masih dalam keadaan suci tanpa dosa selama ia belum baligh. Apa yang dilakukannya semata karena perkembangan otaknya yang belum matang sepenuhnya. Tugas orangtua-lah membimbing dengan kasih sayang, bukan mendakwa apalagi menghukum semena-mena.


2.       Dekatkan jarak

Jarak yang dekat akan memudahkan komunikasi positif antara anak dan orangtua. Daripada berteriak-teriak dari jarak beberapa meter, lebih bijak mendekat dan bicara dengan suara lembut.

Selain lebih efektif, akan terasa pula kenyamanan ketika bicara karena anak merasa dihargai privasinya. Jangan lakukan pembicaraan dengan anak diatas jarak 1,5 meter.

Sebaiknya, ajak anak bicara berdua, bahkan tak terlihat oleh saudara-saudaranya, agar ia tidak merasa dipermalukan.


3.       Lakukan klarifikasi

Sebelum merespon perilaku atau perkataan anak, lebih baik kita menanyakan apa yang ia pahami tentang perilaku atau kata tersebut.

Misalnya ketika anak cerita tentang pacaran, tanyakan dulu pacaran itu apa? Karena apa yang anak sampaikan belum tentu sama dengan yang kita pikirkan. Sebelum kita merespon terlalu jauh dan tidak efektif, gali dulu apa yang anak ketahui tentang hal tersebut.


4.       Tampilkan emosi datar

Sebisa mungkin tampilkan wajah yang terlihat datar, bebas dari kerutan di dahi, pupil yang membesar, atau alis yang bertaut. Berusahalah tampak biasa saja, apapun emosi yang dirasa.
Dahi yang berkerut, pupil yang membesar, alis yang bertaut lantas diiringi suara meninggi hanya akan membuat anak merasakan emosi tidak nyaman. Berikutnya ia akan menghindar untuk bercerita kembali karena khawatir orangtua tidak menerima pengalaman anak apa adanya.
Hal ini mungkin tidak mudah bagi sebagian orangtua yang ekspresif, namun bisa terus dilatih lewat keterampilan belajar jeda (kembali ke materi sebelumnya).

5.       Pantulkan kata-kata anak

Cermin yang bening memantulkan cahaya sehingga kita dapat melihat bayangan diri sebagaimana adanya. Orangtua yang bijak membantu anak merefkeksikan perilakunya dengan memantulkan pengalaman, perasaan, dan pikiran anak apa adanya. Bantu juga anak memandang masalah dari posisi orang lain (empati).
Cara merefleksikan pengalaman adalah dengan:
*memparafrase/ mengulang apa yang anak katakan dengan bahasa kita.
*menggali (probing) anak dengan kata terus, jadi gimana, habis itu…dan sebagainya. Beri waktu hingga anak menyelesaikan kalimatnya.
*menanyakan dampak perilaku/ perkataannya
*mengajak anak mencari solusi yang lebih baik

Contoh:
“Mama, tadi aku cubit Lala di sekolah, habis aku kesal dia berisik terus!”
“Oh gitu, kamu kesal sama Lala karena dia berisik terus?”
“Iya Ma! Jadi aku cubit aja!”
“hmm,,gitu ya. Kira-kira kalau kamu yang dicubit, gimana rasanya?”
“Ya sakit Ma, Lala aja nangis tapi aku tinggal aja abis aku kesal!”
“Oh kamu masih kesal setelah cubit Lala. Terus gimana perasaanmu lihat Lala nangis?”
“Ya sebetulnya kasihan, kan sakit cubitnya. Tapi gimana aku kesal banget!”
“Kasihan ya Lala, kesakitan dicubit. Kamu juga masih kesal. Kalau gitu sama-sama gak enak kan. Coba kita cari cara lain yuk biar sama-sama enak..gimana ya kira-kira?”

Beri anak waktu untuk berpikir. Jika anak tidak punya ide, orangtua bisa menawarkan idenya. Sifatnya penawaran dan minta pendapat anak. Ide bisa diberikan lewat cerita, pengalaman sendiri atau orang lain, maupun kisah-kisah teladan lainnya.

6.       Sugesti


Langkah terakhir, sugestikan pada anak bahwa ia pasti bisa berperilaku atau berbicara lebih baik. Sugesti bisa dilakukan dengan kata-kata positif, kalimat motivasi maupun dalam bentuk mendoakan di depan anak, seperti yang dicontohkan dalam kisah Rasulullah SAW di atas.

Memberi sugesti juga lebih baik jika dilakukan sambil menyentuh pundak, menatap mata anak lekat-lekat, mengusap kepala maupun punggung. Yakinkan anak bahwa orangtua percaya anak bisa memilih kebaikan.

Demikianlah langkah-langkah menjadi orangtua sebening cermin. InsyaAllah, dengan menjadi sebening cermin, komunikasi positif akan tumbuh subur di keluarga kita. Tinggal tunggu waktu bunga-bunga bermekaran dan menghasilakan manisnya buah kesungguhan. Aamiin.

Kisah pemuda di masa Rasulullah disarikan dari https://muslimah.or.id/5276-wahai-rasulullah-izinkan-aku-berzina.html











Wednesday 9 May 2018

Tantangan Hari ke-2 Semua Anak Adalah Bintang


Hari ini saya mengajak Si Sulung berdiskusi tentang project kami. Saya menawarkan membuat timeline kegiatan. Si Sulung setuju dan menentukan sendiri apa yang akan dilakukan.

Rencananya ia masih ingin menambah gambar desain sampai besok. Lalu kami akan mencoba praktek membuat baju tye dye seperti yang kami tonton di youtube. Setelah itu baru mencari bahan dan penjahit.

Kemudian saya menawarkan Si Sulung nonton video fashion show muslimah. Sambil menonton, saya menjelaskan tentang pakaian syari.

Selesai menonton video, saya mengajak Si Sulung membaca terjemahan Alquran surat Al Araf: 3. Saya menjelaskan sesuai ayat tersebut bahwa pakaian adalah nikmat dari Allah. Fungsinya menutup aurat dan berhias. Namun yang utama pakaian itu membuat kita bertaqwa, yaitu selalu berbuat baik dan rendah hati ketika memakainya.


Si Sulung dapat merefleksikan kembali apa yang saya sampaikan. Ia mengatakan bahwa Allah lah yang memberi ide pada manusia untuk membuat pakaian dan menyediakan bahan bakunya di alam.


Sebelumnya, sepulang sekolah hari ini, Si Sulung juga membuat jadwal kegiatan Ramadhan tanpa saya suruh. Alhamdulillah. Semoga Kakak Faza selalu semangat berbuat kebaikan.


#gamelevel7
#Kuliah_bunsay_iip
#semuaAnakAdalahBintang

Tuesday 8 May 2018

Tantangan Hari ke-1 Semua Anak Adalah Bintang


Setelah mendapat tugas game level 7, seperti biasa saya membriefing duo kakak. Ketika saya bertanya siapa yang mau ikut project dengan ibu, si sulung sigap menjawab mau. Si Tengah diam saja mungkin masih loading sama penjelasan saya :D

Saya menyampaikan pada Si Sulung bahwa saya melihat bintangnya ada di kegiatan membaca dan menulis. Jadi saya mengajaknya membuat project seputar baca tulis. Tapi Si Sulung cepat menyanggah, "Kan Kakak suka menggambar juga Bu! Kakak project nya mau menggambar desain baju aja!" ujarnya.

MasyaAllah, saya terkejut sekaligus senang dengan respon si sulung. Sebab artinya, ia sudah mengenali keinginan dan minatnya sendiri. Sebuah ciri cerdas intrapersonal. Alhamdulillah.

Saya segera mengapresiasi Si Sulung dan menyetujui idenya. Saat itu juga ia langsung berlari ke kamar dan membuat 3 gambar desain baju.

Sayangnya, saya belum bisa mendampinginya saat menggambar karena masih fokus menyuapi si bungsu yang sedang susah makan. Namun saya tetap mengapresiasi kerja keras dan kilat si sulung.

Kami sepakat akan membuat desain baju dan minta tolong Oma (ibu saya) untuk menjahitkan baju rancangan si sulung. Semoga saja terwujud. Aamiin.

Hari ini saya mengajak si sulung melihat proses pembuatan baju di youtube. Ia tertarik dengan video pembuatan baju motif tye dye.

Si Sulung juga mengatakan akan membuat rancangan baju untuk seluruh anggota keluarga. Alhamdulillah, tampaknya ia memang bersemangat dengan project ini. Semoga bisa kami lakukan hingga tuntas, aamiin :)

#gamelevel7
#bunsay_iip
#semuaanakadalahbintang

Resume Diswap Komunikasi Positif #2 Belajar Jeda

Resume Diswap Komunikasi Positif #2 Menuju Ramadhan Berdaya
Belajar Jeda: 5 Cara Jitu Kendalikan Amarah
Oleh Yunda Fitrian

((Bagian 1))



Kemarahan NW (30 tahun) terhadap GW, putranya, menggelegak. Ia murka mendapati anaknya yang berusia lima tahun itu lagi-lagi mengompol. Dalam kondisi marah, NW memukul GW dan mengikat tangannya dengan tali rafia.

Masih kesal karena anaknya tak henti menangis, ia menyemprotkan obat pembasmi nyamuk ke wajah GW. Terakhir NW menutup wajah sang anak dengan plastik kresek lalu meninggalkannya untuk membeli lauk ke luar kosan.

Ketika kembali, ia mendapati anaknya sudah tak bernyawa. Seolah baru menyadari akibat perbuatannya, NW menelepon ibunya dengan panik lalu memesan ojek online untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Pihak rumah sakit tak dapat menolong, GW dinyatakan sudah meninggal sebelum sampai ke RS.

 ((Bagian 2))

Saat emosi mengambil kendali, kita kehilangan akal sehat. Bagian terburuknya adalah melakukan sesuatu  yang akan kita sesali seumur hidup karena menuruti ledakan emosi sesaat.

Kemarahan yang memuncak adalah tunggangan terbaik syaitan.  Manusia yang sedang marah akan sangat mudah melakukan perbuatan syaitan karena hati nuraninya sedang gelap.

Emosi marah itu sendiri sejatinya tidak buruk. Marah ada untuk melindungi diri kita.

Seorang ayah harus marah ketika anaknya diganggu oleh lelaki jahat, misalnya. Seorang Muslim w ajib marah saat nama Allah direndahkan.

Maka marah hanya butuh dikelola, bukan dihilangkan. Bukan pula ditumpuk dalam diam hingga menggunungkan dendam. Saat jiwa sedang labil dan ada kesempatan, kemarahan itu berubah jadi amukan yang menyeramkan.

Emosi tidak sama dengan ekspresi emosi. Marah tidak sama dengan ungkapan marah. Emosi marah bisa diungkapkan dengan beragam cara yang tepat dan sehat.

Mengungkapkan emosi ibarat membuang sampah. Jika dibuang sembarangan akan mengundang penyakit bagi banyak orang. Jika disembunyikan lama-kelamaan akan mengganggu kesehatan diri sendiri.


((Bagian 3))

Islam yang sempurna mengajarkan umatnya mengendalikan kemarahan. Ayat Alquran, hadits, hingga rekam jejak hidup Rasulullah SAW banyak menyinggung tentang keutamaan mengendalikan marah.

Jika kita simak hadits tersebut, dapat disimpulkan kunci mengelola kemarahan adalah BELAJAR JEDA.

ߧᅠMengapa belajar jeda?

Sebab titik kritis puncak kemarahan sebetulnya hanya berlangsung beberapa menit saja. Jika kita gagal mengendalikannya, setan menunggangi lalu kita ikuti bisikannya, segala jenis kejahatan mampu kita lakukan seketika.

Setelah emosi tertumpah hingga habis, barulah manusia sadar akan perbuatannya. Ada yang saat itu juga kembali mengikuti nuraninya, ada pula yang kemudian melanjutkan keterlanjurannya berbuat kejahatan karena takut hukuman manusia.

Secara ilmiah, penjelasannya tergambar dari penelitian tentang otak manusia. Manusia memiliki 3 bagian otak, yaitu neokorteks sebagai pusat berpikir, limbik sebagai pusat emosi, dan reptil sebagai pusat survival. Lebih lanjut pernah saya bahas lengkapnya di sini http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2015/04/putus-mata-rantai-generasi-senggol.html

Ketika emosi memuncak, yang bekerja di otak adalah limbik dan reptil. Neokorteks kekurangan energi untuk bekerja. Ia butuh JEDA waktu untuk membaca situasi dan memilih respon yang sesuai dengan nilai yang ia yakini. Jika hal itu dapat dilakukan, ia akan mampu  bekerja kembali mengendalikan limbik dan reptil.


((Bagian 4))

STEP BY STEP
BELAJAR JEDA

ߧᅠBagaimana cara BERJEDA?

ߍᅠ1. LAKUKAN KEBALIKAN

Prinsip belajar jeda bisa kita temukan dalam berbagai hadits berikut:
“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi)

“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud)

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud)



Ilmu psikologi pun menemukan hal yang tak jauh berbeda. Mengendalikan emosi bisa dilakukan dengan melakukan KEBALIKAN dari yang kita rasakan.

Contoh, saat marah yang kita rasakan adalah dada terasa PANAS. Maka lakukan sesuatu yang membuat kita merasakan sensasi DINGIN, misalnya dengan berwudhu.

Napas sesak ketika marah karena SEMBARANGAN menarik dan menghembuskannya. Maka ciptakan KETERATURAN. Mulailah fokus menarik dan menghembuskan napas perlahan sampai terasa diri lebih tenang.

ߍ並ᅠ2. MENGHINDAR

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengindari objek kemarahan. Jika objek kemarahan kita adalah anak yang tantrum, sebelum kita ikut tantrum pergi sejenak menenangkan diri.
Sembunyilah sampai kita mampu menguasai diri. Lebih baik anak dibiarkan mengamuk sendiri daripada kita di sampingnya tapi hanya ikut ngamuk bersama.

ߍ並並3. ᅠLUAPKAN ENERGI

Jika cara ini belum dapat dilakukan, coba alirkan kemarahan dengan meluapkan energi marah dalam diri. Caranya lakukan suatu perbuatan yang melibatkan sensasi FISIK terhadap diri sendiri, bukan terhadap anak. Misalnya dengan memukul bantal, meninju air, atau berteriak dengan mulut dibekap kain tebal.

Pak Dodik Mariyanto, seorang praktisi parenting melakukan gigit lidah saat marah agar tak mampu melontarkan kata-kata buruk pada anaknya. Saya sendiri pernah menghancurkan gayung di kamar mandi karena sangat marah pada anak-anak. Setelah merasa lelah dan tenang, saya keluar kembali bertemu anak-anak tanpa ada lagi energi untuk marah.

Lakukan apapun yang tidak membahayakan diri, tidak dilihat anak, dan tidak menyalahi ajaran agama. Jangan sampai energi marah yang demikian besar kita lampiaskan pada anak-anak sampai membahayakan jiwa mereka.

ߍ並並並4.ᅠSUGESTI

Ketika lidah tak mampu lagi terbendung untuk berucap, ucapkanlah sugesti untuk meredakan kemarahan. Sebagaimana pernah diajarkan Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat:

“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi)


Jika dada masih terasa sesak dan ingin terus melontarkan kalimat kemarahan, ucapkanlah kalimat sugesti positif berupa doa pada anak kita, meskipun dengan nada tinggi. Itu lebih baik daripada mengeluarkan sumpah serapah.

Mungkin ada yang pernah mendengar kisah Ibunda dari Imam Masjidil Haram Syaikh Ahmad Sudais yang waktu kecil pernah dimarahi ibunya? Sudais kecil pernah disumpahi sang ibu yang memarahinya dengan berkata, ‘pergi kamu jadi imam di masjidil haram sana!”.


ߍ並並並並5. DIAM


“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)

Jangan pernah membahas apa yang membuat kita marah sebelum benar-benar tenang. Maka setelah rasa marah dialihkan dengan cara-cara di atas, ada baiknya kita DIAM dulu sampai siap mengungkapkan pesan kemarahan kita dengan bicara baik-baik.

Tatap dalam-dalam mata anak, niscaya kita mampu diam membeku melihat binar tanpa dosa yang penuh harap akan kasih sayang orangtua.


Diam, bukan berarti menumpuk kemarahan begitu saja. Sebab menumpuknya hanya akan mengundang masalah baru yang akan menjadi bom waktu.

Waktu DIAM tersebut kita gunakan untuk berpikir cara paling efektif menyampaikan pesan kemarahan.

Apakah harus disampaikan hari ini juga? Bagaimana kata-kata yang tepat untuk menyampaikannya?

Selain itu kita dapat memikirkan apa masalah yang kita hadapi sebenarnya.


Apakah masalah itu berasal dari diri kita sendiri atau dari luar? Apakah yang kita lakukan ketika menyikapinya membuat masalah selesai atau malah bertambah rumit?

Jika pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab, insyaAllah kita siap mengelola marah dengan lebih bijak. Menempatkannya sesuai fitrahnya sehingga marah tak akan meninggalkan luka jiwa. Inilah anak tangga kedua dari komunikasi positif di keluarga. Selamat Mencobaߒ﫰ﻰ﫰ﻢߏﻢߏᅧ



*Berita ibu membunuh anak dikutip dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/21/08372461/penyesalan-nw-ibu-yang-tega-bunuh-anaknya-karena-sering-ngompol
*Hadits dikutip dari https://rumaysho.com/16156-5-kiat-meredam-marah.html

((Sesi Diskusi))

Assalamualaykum kak.. Cempu nih.. Tanya sekarang aja ya.. Tkt nnt enggak sempet online.

1. Kalau baca materinya, memang tampak mudah untuk dipraktikan ya kak.. Tapi sering kali aku tuh kelepasan duluan. Sudah marah baru inget kalau harusnya enggak bersikap seperti itu. Sampai pernah aku tuh marah banget sama si kakak. Sejak saat itu si kakak memang nurut sih, tapi kelihatannya dia nurut karena takutߙᆴ Nyesel banget.. Gimana caranya ya kalau sudah terlanjur begitu?

Jawab

Idem Cempu, aku pun pernah begitu.
Yg pertama tentu minta maaf ke anak. Sampaikan dg jelas bahwa bunda minta maaf krn pernah teriak/ membentak (sebutkan perilaku marah yg dilakukan).

Jelaskan perilaku itu tidak baik dan bunda janj berusaha utk lebih baik lagi.

Minta tolong anak mengingatkan.

Tentu kita tdk serta merta bisa 100% berubah instan, krn kita bukan mie instanߍハ
Tapi perlahan dimulai dari intensitas emosi saat marah. Nada dikurangi tingginya, mata sebentar saja melotot nyaߤᅧ
Lalu kurangi frekuensi marah dg semakin memperbanyak toleransi thd perilaku anak.

Krn kalau dicermati perilaku yg memicu marah kebanyakan masih sesuai dg fitrah dan tahap perkembangan anak. Orang tualah yg lelah krn urusannya terlalu banyakߘᅧ[ 2⃣

[7/5 15.43] Oktarina: Aku pernah melakukan konsep jeda ini saat marah dengan anak yaitu dengan aku  masuk kamar mandi ߘハ[7/5 15.44] Oktarina: Niat hati mau meredam marah tapiii side effectnya si sulung jadi paranoid kalau aku mau ke kamar mandi
[7/5 15.45] Oktarina: Butuh waktu berbulan bulan untuk meyakinkan kalau aku ke kamar mandi ini mau buang hajat
[7/5 15.46] Oktarina: Alhasil setiap ga ada orang hanya kami bertiga kalau aku mandi pintu ga pernah dikunci dan terbuka sedikit untuk meyakinkan si sulung kalau aku ada
[7/5 15.46] Oktarina: Bagaimana ya teh baiknya ߙᅧ[7/5 15.50] Oktarina: Terus aku punya masalah dengan diriku sendiri yaitu susah sekali mengatur emosi ke anak anak kalau aku sedang ngambek dengan suami . Ketika ada masalah dengan suami, emosi negatif kadang ikut terbawa ke anak anak ߘﭰﭰᅧ
Jawab

Anak takut saat ibu 'menghilang' ke kamar mandi InsyaAllah masih wajarߘハ
Akan hilang seiring usia.

Kesel sama suami marah ke anak juga emak2 banget yaߘハ
Setelah sadar itu ga adil utk anak, kuncinya belajar jeda lagi. Lalu pastikan menyampaikan ganjalan ke suami di saat dan dg bahasa yg tepatߘᅧ[7/5 20.17] Yunda Fitrian: 3⃣

Alhamdulillah..jazakillah khoir teh atas materinya..

Gmn nih mengatasi anak yg GTM?

Ini bner2 bkin aq stress berat teh,, bkin badan aq gatel2,, aq klo stress berat ky gtu teh..persis ky skripsi dlu. Gatelnya parah banget,, trus waktu iitu ke dokter, kt dokter itu krn stress..

Zubair klo lg dtgnya GTMnya ampun2 teh, soalnya suka lama smpe 2-3 minggu..
Aq udh bkin/beli makanan yg dy suka, klo dy lg GTM, 1 hr itu bisa ada ayam goreng, tempe tepung, ikan, mi kuah baso, risol sayur telor, telor puyuh, bubur ayam ..
Tp g ada yg dy makan teh .
Sangking lamanya dy GTM, klo udh lewat 2 hr, aq maksa dy makan, aq jejelin ke mulut dy semua yg aq sediain itu.. smpe dy nangis2..

Dan aq sambil marah2, nangis2 kesel, teriak2.

Jawab

GTM memang bikin stres berat para mahmud yaa..Tapi kalau mau jujur terkadang yg bikin stres itu opini orang ttg anak kita yg keliatan kurus dan ga mau makan. Seolah kita ibu yg gagal.

Kalau mau empati, gmn perasaan anak saat makan yg seharusnya momen menyenangkan menjadi momen menegangkanߤハ
Makan itu kebutuhan naluriah jadi sebetulnya anak pasti makan ketika tubuhnya butuh.

Jadi ketika GTM yg pertama pastikan kita sbg ibu ttp menghadirkan momen menyenangkan saat makan, walaupun hati geram gemesߘハ
Selanjutnya ikhtiar terus dg mencoba bbg menu dan sharing ttg masalah gtm, bisa sama ahlinya atau sesama ibu. Juga pastikan gizi terpenuhi dg apapun yg sdg dia mau.

Gtm memang ada masanya, dan percayalah badai gtm pasti berlalu

 ߘᅧ[7/5 20.20] mb elis spt: Mau nanya sekalian,  kadang suka lost kontrol ߘᆴ  Apalagi anak ke 2 sepertinya suka sekali memancing si esmos ߘﭰ○  Bagaimana ya biar ga mudah terpenting?
[7/5 20.23] ‪+62 857-1665-0912‬: Utk masalah GTM anak yg memancing emosi IBuk2 ߤᅧ

Kadang kita org dewasa kalau sibuk skali dgn urusan kita sampai lupa makan dan gak kerasa lapar,,apakah anak juga bisa bgtu? Atau naluri nya pasti mencari makan meskipun dia asik bermain.
Jd kita gak perlu susah2 "merayu" sia anak utk makan, toh gak akan lupa makan.
[7/5 20.24] ‪+62 857-1665-0912‬: Jeda utk anak GTM sebaiknya brp lama biar Ibuknya gak kelamaan GTM (gerakan tahan marah) ߤᅧ[7/5 20.25] Yunda Fitrian: Iya mba, sebetulnya step by step di atas bisa mba elis pilih yg paling memudahkan.

Apakah dg step 1: fokus bernapas teratur misalnya, atau dg step 2 dst.

Yg paling praktis biasanya dg step 5, diam sambil menatap mata anak.

Krn biasanya kita ga akan tega melanjutkan marah kalau lihat mata anak.

Lalu barengi juga tiap sujud dg doa agar sukses mengendalikan diriߘᅧ[7/5 20.28] Yunda Fitrian: Iya mba, bisa jadi anak keasyikan main shg lupa makan. Tapi alarm kebutuhan makan tetap akan datang.

Tidak salah juga kita sbg ortu mengingatkan dan menawarkan makanan saat tiba waktunya.

Poin pentingnya jgn sampai anak merasa makan menjadi waktu yg menyeramkan dan akhirnya malah makin malas makan.
"
[7/5 20.31] Yunda Fitrian: Secara akuratnya mungkin yg di ranah gizi lebih paham ini mba..Tapi memang baiknya sehari tetap ada makanan masuk meski sedikit. Bisa dibantu juga dg minuman yg bernutrisi mungkin ya.

Tapi InsyaAllah fase gtm biasanya tidak sampai 1 bulan terus menerus ya.

Silakan dikoreksi yg punya ilmu atau info ttg iniߘᅧ[7/5 20.32] Yunda Fitrian: 6⃣

assalamu'alaikum
yunda mau bertanya, bagaimana cara nya jika anak sedang berebut hingga pukulan? kl kita jeda, pasti makin parah pukul2annya.
satu diangkat, yg satu iriߘ¢minta saran y
[7/5 20.37] Yunda Fitrian: Waalaikumsalam wrb.

Bisa dg mengeluarkan suara tegas dg kalimat pendek (STOP, mundur semua!) atau berhitung tray.
Kalau d rumahku biasa pakai hitungan, krn sebelumnya sudah ada kesepakatan.

Misal kalau ada yg memukul akan dpt peringatan sampai 3 kali. Kalau sudah 3 masih diulang, anak dpt konsekuensi dikeluarkan di halaman rumah sekian menit sesuai usianya.

Bisa juga dg tindak tegas langsung berdiri d tengah ߘᅧ[7/5 20.39] ‪+62 857-1737-7862‬: jazakillahi khairan yunda buat smua ilmunya...
aq slalu nyimak tapi belum bisa praktek yang betul...
banyak yg ingin ditanyain sebenernya karena masalah2 saling berkaitan...,
tapi mau nanya satu hal ini dulu, apakah mungkin batita bisa nurut dengan sekali kata jangan, kata jangan ini penting untuk mencegah bahaya atau kekacauan2 dalam rumah yang menambah kecapekan sang mama, karena biasanya sang mama gagal ga teriakin atau nyubit anak karena udah berkali2 bilang jangan..
apakah step2 berjeda bisa diterapkan kalau anak mau jatuhkan gelas beling atau membahayakan adik bayinya...
mohon pencerahannya....
[7/5 20.45] Yunda Fitrian: 7⃣

jazakillahi khairan yunda buat smua ilmunya...
aq slalu nyimak tapi belum bisa praktek yang betul...
banyak yg ingin ditanyain sebenernya karena masalah2 saling berkaitan...,
tapi mau nanya satu hal ini dulu, apakah mungkin batita bisa nurut dengan sekali kata jangan, kata jangan ini penting untuk mencegah bahaya atau kekacauan2 dalam rumah yang menambah kecapekan sang mama, karena biasanya sang mama gagal ga teriakin atau nyubit anak karena udah berkali2 bilang jangan..
apakah step2 berjeda bisa diterapkan kalau anak mau jatuhkan gelas beling atau membahayakan adik bayinya...
mohon pencerahannya....

Jawab

Kata jangan sangat bisa digunakan utk mencegah dg segera.
Tapi harus ada *alternatif* utk anak. Jgn main gelas beling, kalau gitu mama tukar langsung dg gelas plastik.

Perhatikan juga standar keselamatan anak: jauhkan benda2 berpotensi bahaya spt pecah belah, listrik, dsb dr jangkauan anak.

Sampai usia 7 th, anak belum matang pertumbuhan otaknya. Sekali melarang tidak akan langsung mengerti. Apalagi jika tidak dibarengi dg cara efektif lain spt mendongeng saat jelang tidur, mengenalkan bahaya dan tidak bahaya dg main peran bukan spontan saat marah.

Sebab saat melihat ortu marah, otak anak pun hanya bisa berpikir *melawan, kabur, atau mematung*.Mereka tidak paham perilaku apa yg diharapkan, hanya merasakan tdk nyaman dimarahi ortu.

Jadi mba det bisa terus berlatih jeda agar kelak anak mengerti perilaku yg diharapkan, bukan hanya takut pd kemarahan ortu tp tidak paham apa yg sebenarnya harus dilakukan.

Semangat terus belajar ya bunߘᅧ[7/5 20.46] Widi Nf: Ka, yun mslh mengganti mainan ko anakku ga mempan y?ߘハ[7/5 20.47] Widi Nf: Bahkan udh dibeliin dua2nya dgn barang yg sama ttp wae tuh  bocah rebutanߘハ[7/5 20.48] Yunda Fitrian: Krn di mata anak2 mainan sodara selr lebih kecee...kayak orang dewasa: rumput tetangga selalu lebih hijauߤﭰᅧ[7/5 20.50] Yunda Fitrian: Solusinya buat SOP mungkin dicoba wid.

Jadi siapa yg duluan ambil dia berhak mainkan.

Yg mau mainkan harus izin dg kata Pinjam.

Kalau tidak boleh, cari mainan lain.

Yg merebut dpt konsekuensi misalnya jatah nonton kartun dipotong setengah jam.

Atau konsekuensi lain yg merugikan tapi sesuai usia dan mudah bagi ortu menegakkannya
[7/5 20.51] Yunda Fitrian: Ttg konsekuensi mesti buka lapak khusus soalnya banyak bahasannya.

Kalau teman2 berminat boleh dibuat diswapnya kapan2

Ndet: iya juga ya...memang blm pernah kenalkan bahaya dan tidak bahaya saat dia lagi ga berbuat yang bahaya...cuma spontan marah kalau dia lagi salah...makasih jawabannya yunda...smoga bisa terus belajar dr yundaߘᅧ
[7/5 20.57] Yunda Fitrian: Kebenaran dr Allah kesalahan dr saya pribadi.

Mohon maaf jika ada kesalahanߙﻰᅧ
Terimakasih teman2 yg sudah menyimak, saya izin pamit..

Wassalamualaikumwrbߙﻰﻰᅧ





Sunday 6 May 2018

Jumat Hangat WAG IP Tangsel, I Message oleh Yunda Fitrian

 🍰 Apa Itu I Message?

Cara menyampaikan perasaan, pendapat, dan pemikiran berdasarkan fakta dari sudut pandang kita.

🍰 contoh:

Kita merasa kesal karena suami sering lembur dan makin kurang perhatian.

Tanpa I message kita mungkin akan berkata: kamu selingkuh ya?! Kok jadi gak betah di rumah?!

Efeknya: kita jadi menuduh, emosional, melabel, suami jadi merasa terpojok, terhakimi, dan akhirnya ikutan emosi karena harga dirinya terlukai.

Buat laki laki, harga diri ini penting banget untuk dipertahankan.

Kalau sudah tersinggung harga dirinya, lelaki bisa jadi defensif. Malas diajak bicara, marah besar, atau menghindar.
Jadi bukannya problem solved, malah tambah masalah baru😰😵


 Banyak konflik jadi krisis bukan karena akar masalahnya, tapi karena CARA merespon kita.
I Message bisa jadi solusi dalam merespon masalah.
 Contoh I Message dari kasus di atas:

Aku lihat sekarang kamu sering lembur, sedang ada apa di kantor?

Atau

Aku merasa akhir akhir ini kamu kurang perhatian sama anak anak..kamu lagi sibuk apa?
 Jadi intinya, alih alih langsung judging, kita coba lempar wacana dulu. Test the water kali ya🙅🏻‍♀👩🏻‍🍳
 Berdasarkan apa yang kita rasakan, lihat, dengar, atau pikirkan
Ke anak dan orang lain I Message juga bisa banget dipakai.

Misal anak kita bad mood melulu.

Daripada bilang: kamu jadi anak jutek banget sih!

Coba pakai I Message:

Mama lihat kamu beberapa hari ini marah marah, ada yang bisa mama bantu?

Atau...mama sedih lihat kamu marah marah terus dari kemarin, kenapa sih kak?

Ada yang mau coba?

Mengubah ucapan berikut ini jadi I Message:

😕 kamu jorok!
😕 kamu males!

Dan yang perlu diingat, I Message tidak berdiri sendiri dalam manajemen konflik.

Masih ada elemen penting lain seperti menenangkan diri (JEDA), empati, dan timing.

Semua dibahas lengkap di buku YDJ ❤❤😍

Sekian Jumat Hangat dari saya, mohon maaf atas kekurangan dan kepanjangan bahasan🙏🏻😅

Terimakasih perhatian dan kesempatannya teman teman🙏🏻🍰🍒🍓😇

I Message


        Teknik I message adalah menyampaikan pesan dengan menggunakan kata kata yang menjelaskan fakta daripada opini. Biasanya ungkapan yang dipakai adalah ‘saya merasa…’ daripada ‘kamu itu…’.
          Misalnya, ketika seorang suami sering lembur dan terlihat mulai kurang perhatian pada keluarga, istri tidak langsung mengatakan ‘kamu pasti selingkuh’. Melainkan mengungkapkan apa yang dirasakan dengan bahasa netral tanpa terkesan menuduh. Contoh, ‘saya merasa akhir akhir ini perhatian kamu berkurang karena terlalu sering lembur, apa yang terjadi sebenarnya?’.
Dengan I message, emosi apapun bisa disampaikan berdasarkan fakta sehingga dapat diterima secara logis. Orang yang mendengarkan tidak ikut terpancing emosi. Misalnya, emosi marah. Daripada bersuara tinggi, terdengar sengit langsung menuduh pasangan, kita dapat menenangkan diri, mencoba empati, lalu merangkai I message yang tepat untuk disampaikan. ‘Saya merasa kesal karena kamu masih menghubungi mantan kekasihmu’ lebih dapat diterima daripada langsung mengatakan ‘kamu pengkhianat’.
Agar teknik I message dapat diterapkan dengan lancar, kita bisa berlatih menggunakannya pada siapapun lawan bicara kita. Sebab teknik ini membutuhkan latihan agar menjadi kebiasaan. Selain itu, komunikasi akan lebih efektif dan menenangkan jika kita bisa menggunakan I message pada siapa saja.  
Selain cara cara yang telah disebutkan di atas, kita juga perlu berdamai dengan pengalaman buruk yang menyisakan emosi di masa lalu. Buang sampah emosi yang sudah menumpuk sejak lama agar tidak menjadi sumber penyakit dalam diri. Lihat bahasan innerchild dan unfinished bussiness? Berdamai dengan masa lalu untuk melangkah maju menyongsong masa depan yang lebih baik.
Selain itu, penting pula untuk memahami perbedaan lelaki dan perempuan dalam mengelola emosi. Perbedaan ini terjadi karena faktor biologis lelaki dan perempuan yang memang diciptakan berbeda oleh Tuhan untuk saling melengkapi. Perbedaan cara mengelola emosi adalah dampak dari perbedaan anatomi otak serta hormon reproduksi lelaki dan perempuan.

Lima Cara Bijak Kelola Konflik Rumah Tangga




Conflict is an opportunity to learn to love our partner better over time (Dr Julie Gottman).

Konflik adalah menu wajib dalam pernikahan. Keberadaannya adalah keniscayaan. Kita tidak perlu mati-matian menghilangkan konflik dalam rumah tangga, yang diperlukan hanyalah mengelolanya agar menjadi sarana bertumbuh bersama.  

Berikut 5 cara bijak mengelola konflik dalam rumah tangga agar ikatan cinta makin perkasa:

  1.  Mengenali sumber konflik secara objektif

Apakah konflik berasal dari:
cara pandang kita dalam menyikapi masalah?
cara berkomunikasi yang tidak sehat?
pihak luar yang mengganggu stabilitas rumah tangga?
Atau kombinasi ketiganya?

Mengenali sumber konflik bisa dilakukan dengan *ngobrol* bersama, refleksi diri, sharing dengan orang yang dipercaya, hingga berkonsultasi pada para profesional. Momen seperti ini akan mendatangkan hikmah berharga bagi pasangan dalam menyikapi konflik yang sedang dihadapi.

2. Memperbaiki cara berkomunikasi

Pemicu konflik adalah perbedaan kebutuhan, harapan, keinginan, maupun standar perilaku yang tidak dikomunikasikan dengan tepat.

Misalnya, istri yang ingin sekali ngobrol dengan suami sementara sepulang kerja suami sudah lelah dan hanya ingin tidur saja. Jika istri mengkomunikasikan keinginannya dengan ngambek, cemberut pada suami sampai esok pagi, masalah tidak akan selesai. Justru menimbulkan masalah baru yakni suami yang tidak nyaman pulang ke rumah.

Memperbaiki cara berkomunikasi dapat dimulai dengan empati; menempatkan diri pada posisi orang lain. Istri empati pada suami yang lelah, suami pun empati pada istri yang butuh teman bicara.

Selain empati, ada pula teknik I Message untuk menyampaikan pesan dengan akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahpahaman. Selengkapnya tentang I Message bisa dibaca juga di sini http://jejakyundafitrian.blogspot.com/2018/05/jumat-hangat-wag-ip-tangsel-i-message.html.

3. Mengelola emosi

Seringkali konflik yang awalnya kecil dan jelas menjadi besar dan meluas karena disikapi oleh emosi yang berlebihan. Misalnya, ketika bertengkar, suami atau istri memposting makian atau sindiran di medsos. Konflik yang harusnya diselesaikan di dalam, malah diumbar keluar. Solusi tak didapat, justru masalah bertambah berat.

Para ahli merumuskan STAR sebagai cara mengelola emosi. STAR adalah *Stop, Think, Act, Reflect*. Cara ini pun bisa dilatihkan pada anak-anak kita sejak dini. Selengkapnya tentang STAR bisa dilihat di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2015/04/putus-mata-rantai-generasi-senggol.html.

4. Rumus 991

Saat menemukan satu kekurangan pasangan, hadirkan 99 kelebihannya. Ketika hadir satu konflik yang menguras energi, ciptakan 99 hikmah yang menyejukkan hati.

Rumus ini sebetulnya adalah salah satu bentuk aplikasi dari konsep reframing dalam dunia psikologi. Reframing adalah membingkai ulang suatu kejadian sehingga terlihat berbeda dari sebelumnya, meskipun kejadian itu sendiri tidak berubah. Lebih lanjut tentang reframing bisa dibaca di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2018/05/bingkai-taqwa-komunikasi-positif-sesi.html.

Ketika menghadapi konflik, cara pandang kita akan sangat menentukan bagaimana kita merespon. Berpikir positif akan membuat ketegangan mereda, sebaliknya berpikiran negatif akan mengaburkan fakta menjadi lebih buruk dari keadaan sebenarnya.

5. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati

Hati manusia berada dalam kuasa-Nya. Dia-lah yang sebenar-benarnya mampu membolak-balikkan hati kita maupun pasangan. Dia pula yang mampu menghadirkan solusi dari semua masalah yang kita hadapi.

Jika kita melihat konflik sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati, niscaya Dia memberikan kekuatan dan jalan keluar dengan kasih-Nya yang tak bertepi. Doa, zikir, sholat, maupun ibadah lain sejatinya adalah cara agar manusia mampu menghadirkan ketenangan jiwa ketika berhadapan dengan konflik.

Referensi:

Neuroscience for Kids karya Ratna Megawangi
The Resilience Factor karya Reivich & Chatte
Yakin Dia Jodohmu? Karya Yunda Fitrian







7 Langkah Mengelola Stres dan Marah Menjadi Indah


Bagian 1 Diswap WAG Belajar Parenting, Maret 2018


🍧🍨🍦🍉 7 Langkah Mengelola Stres dan Marah Menjadi Indah❤⭐🏝

 oleh Yunda Fitrian



Mengapa kita STRES dan MARAH pada anak?

Mungkin ada beragam jawaban unik tergantung pengalaman masing masing kita dalam mengasuh anak.

Namun demikian, benang merah semua jawaban itu sama: karena kita manusia.

Sesederhana itu.

Kita adalah manusia yang bisa stres dan marah kapan saja.

Saat lelah, banyak masalah, dihimpit berbagai beban atau tuntutan, kita bisa stres.

Saat harapan tak tercapai, harga diri direndahkan, keinginan tak didengarkan, dibantah, dan dimusuhi, kita akan marah.

Wajar. Manusiawi.

Begitu pula anak kita. Mereka adalah manusia.

Mereka bisa bersalah, bertengkar, membangkang, berbohong, memukul, sebab mereka bukan malaikat. Mereka tak akan manis sepanjang waktu.

Kalau mau anak yang manis sepanjang waktu, beli Barbie saja 🧚🏻‍♀

Mereka bukan robot 👾 yang dikendalikan remote control. Mereka manusia yang bisa memilih.

Mereka bisa terluka, kecewa, bersedih hingga mendendam ketika mendapati orangtua yang stres dan marah sepanjang waktu. 👺


Maka mari kita samakan persepsi bahwa stres dan marah itu MANUSIAWI.

Kita tidak perlu ANTI, yang kita perlukan ANTI-SIPASI.🛡🛡🛡🛡🛡

Antisipasi agar:

😡Stres dan marahnya orangtua TIDAK MELUKAI fisik dan psikis anak anaknya.

😈Stres dan marah orangtua TIDAK DILAMPIASKAN pada anak.

😭Stres dan marah orangtua TIDAK MENGHANCURKAN keindahan masa kanak kanak.

☠Stres dan marah orangtua TIDAK menjadi TRAUMA yang menghantui sepanjang hidup anak-anaknya.

Maka untuk sampai pada antisipasi itu, kita butuh belajar dan berlatih CARA MENGELOLA stres dan marah.

💎💎💎💎

[14:42, 4/27/2018] Yunda Fitrian: Bagian 2

Mari fokus pada diri sendiri, bukan menyalahkan anak sebagai sumber stress dan marah kita.
Sebab kita pernah menjadi anak-anak, sementara anak-anak belum pernah menjadi orangtua.
Sebab otak anak-anak belum matang dalam mengelola informasi, sedangkan kita orangtua telah jauh melampaui kemampuan berpikir mereka.

Maka siapa yang harus memahami siapa?

Jangan sampai ada ‘anak’ yang membesarkan anak karena kita tak mampu bersikap sebagai orang dewasa.

Apapun perilaku anak yang membuat kita stress dan marah-marah, semestinya kita memegang KENDALI penuh dalam memilih respon terhadap mereka.🕹🕹🕹

Haruskah anak yang tidak bisa diam kita pukul agar diam?
Haruskah anak yang sering menangis kita bentak agar tangisnya berhenti?

Apapun perilaku anak yang menurut kita bermasalah, pilihan kita hanya dua:

Langkah 1 🛠Mengubah perilaku anak dan situasi yang dihadapi 

Langkah 2 🔬Mengubah sudut pandang atas perilaku anak atau situasi tertentu

Mana yang PERLU dan paling mungkin untuk dilakukan?

Agar dapat menemukan dengan tepat jawabannya, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan:

Apakah perilaku atau situasi tersebut:

a. 👶🏻FITRAH alamiah atau sesuai tahap perkembangan anak

 b.🧕🏻Tidak melanggar syariat dan norma

c. 👷🏻‍♀Tidak membahayakan diri maupun orang lain baik dalam jangka waktu singkat maupun lama

Perilaku yang jelas melanggar fitrah, tidak sesuai tahap perkembangan, melanggar syariat dan norma, membahayakan diri dan orang lain tentu yang diperlukan adalah langkah 1.

Sebaliknya, perilaku yang masih tergolong fitrah, sesuai tahap perkembangan, tidak melanggar syariat dan norma, tidak membahayakan diri dan orang lain, yang diperlukan adalah langkah 2.
[14:42, 4/27/2018] Yunda Fitrian: Bagian 3
SOLUSI dan APLIKASI


Karenanya, sebagai orangtua, yang kita butuhkan adalah:

1.📚Mengenali fitrah dan tahap perkembangan anak.

Sebagian kita keliru merespon perilaku anak karena tidak paham fitrah dan tahap perkembangan anak. 

Balita yang tidak bisa diam kita pukul padahal fitrah dan tahap perkembangan balita memang bergerak dan mengeksplorasi sekitarnya. Sangat wajar jika mereka tak henti bergerak dan bermain ke sana kemari.

Ingat kisah Rasulullah ketika seorang balita buang air kecil di baju beliau? 

Ketika sang ibu merenggut anak itu dengan kasar karena marah melihat anaknya mengencingi Rasulullah, beliau Shallallahu alayhi wasallam yang sangat memahami fitrah anak bersabda:

“Sesungguhnya baju yang kotor ini bisa dicuci dan dihilangkan kotorannya, namun siapa yang bisa menghilangkan kekeruhan jiwa seorang anak atas bentakan dan renggutan yang kasar yang telah dilakukan kepadanya.” (HR Muslim). 

Mengenali fitrah dan tahap perkembangan anak juga penting untuk membantu kita menentukan cara paig efektif agar anak mengerti mana perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan.

Bicara pada anak usai 7 tahun tentu beda dengan anak 3 tahun, dan seterusnya. Pengetahuan inilah yang akan membedakan sikap orangtua terhadap masalah perilaku anak.

2.⛔Melatih diri untuk jeda sebelum merespon.

Ketika dada rasa sesak dan panas melihat perilaku anak, menjauhlah dari anak. Jangan biarkan emosi marah meledak di depan anak.

 Rasulullah mengajarkan kita mengubah posisi, berwudhu, bertaawudz ketika marah agar ada jeda berpikir.

 Jangan sampai emosi sesaat menutup akal sehat. 
Ada banyak teknik yang bisa dipakai untuk melatih jeda. 

Kita bisa memilih yang paing mungkin untuk dilakukan. Saya sendiri biasanya dengan istighfar dan mendiamkan anak. 

Pernah pula saat amarah memuncak saya sembunyi ke kamar mandi dan menghantam air dengan gayung sampai gayung tersebut rusak. Setelah energi terkuras, tak sanggup lagi marah, baru keluar menemui anak-anak.

Seringkali, kesulitan kita untuk jeda berasal dari pengalaman masa lalu atau pola asuh orangtua kita.

 Dunia psikologi mengenal istilah inner child healing untuk membantu kita mengubah jejak masa lalu yang tidak menyenangkan. Bahasan ini tidak akan saya detailkan karena butuh ruang tersendiri 🙏🏻😊

3.🐣Menyampaikan pesan kemarahan dalam bentuk yang mudah dipahami anak dan tidak menyakiti.

Tiap kemarahan memiliki pesan yang sangat bisa tersampaikan dengan baik jika diungkapkan dalam situasi yang tepat. 

Orangtua sering berkata bahwa mereka marah pada anak karena sayang. Anak dengan keterbatasan pemahamannya tidak akan mempu menghubungkan kata sayang dengan bentakan, cubitan, atau pukulan orangtua.

Jika kita marah karena anak kasar pada adiknya, sampaikan pesan kemarahan tersebut lewat cerita menjelang tidur di malam hari.

 Masukkan nasihat dan pesan dalam dialog tokoh cerita. 
Pada anak yang lebih besar, di atas usia 5 tahun, sudah bisa dijelaskan dengan bahasa sederhana dan diajak berempati.

Misalnya, anak diajak bicara berdua lalu orangtua mengatakan Ayah/ Bunda sedih melihat kakak berteriak pada adik. Kalau ada yang teriak sama kakak, perasaan kakak gimana?

Nasihat yang sama, disampaikan dengan cara dan waktu berbeda, akan menghasilkan respon yang berbeda. Semakin tepat cara dan waktu menyampaikannya, semakin mungkin anak merespon sesuai maksud orangtua.

4. 📝Buat kesepakatan dan tegas menjatuhkan konsekuensi, sesuai tahapan usia anak.


Jika perilaku anak menganggu dan berulang, sudah saatnya kita membuat kesepakatan. Misal, anak berulangkali memukul anak tetangga ketika bermain. 

Ajak anak bicara dan buat konsekuensi. Prinsip pemberian konsekuensi ini punya lapak tersendiri yang tidak mungkin saya bahas detail di sini. Silakan sama-sama belajar dari berbagai sumber yang sahih.

5. ❤Empati; berada di posisi anak.

Sejenak bayangkan episode stres dan marah yang pernah kita tampilkan di hadapan anak. Kira kira, apa yang dirasakan anak saat itu? Apa yang ia pikirkan? Apa yang sebenarnya ia butuhkan?

Bukankah kita semua pernah menjadi anak anak? Mari kembali ke masa kanak kanak kita. 

Adakah episode dimana kita menjadi sosok tak berdaya, merasa ketakutan, tak aman mencari perlindungan, sebab orangtua sedang stres dan marah pada kita?

Bagaimana rasanya saat itu? Apakah kita mau, anak anak kita mengalami hal yang sama?

Apakah kita mau, emosi sesaat orangtua melukai jiwa anak selamanya?

 Apakah kita ingin, rasa sakit itu tinggal selamanya dalam hati anak, hanya karena luapan sesaat dari stres dan marah kita?

6. 🎤Berbagi dengan sesama orangtua yang terpercaya.

Jangan sembarang cerita perilaku buruk anak, di sembarang tempat.

 Jaga kemuliaan anak sebagaimana kita ingin dijaga oleh anak. Tutupi aib anak, tapi ceritakan pada orang yang tepat dan paham mengenai perilaku anak. Jangan sampai kita terus menerus menutupi perilaku bermasalah anak tanpa solusi.

Jika perilaku anak sudah mengganggu diri dan orang lain, tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, jangan ragu untuk berkonsultasi pada psikolog anak.  Terpenting, tetap berikan anak penerimaan dan kasih sayang tulus tanpa syarat.

7.🕋Menggantungkan harap pada Allah semata.

Bukan psikolog, ustadz, guru, atau ahli parenting manapun yang mampu membolak balik hati anak anak kita. Sehebat apapun usaha kita mendidik anak, Allah-lah yang memiliki jiwa mereka. Kita hanya dititipkanNya sementara.

Tugas kita adalah menjaga titipan tersebut dengan sebaik-baiknya. Agar kelak ia kembali kepada Allah dalam keadaan fitrah, seperti saat kita melahirkannya.

 Tugas kita adalah bersungguh sungguh belajar agar tak salah langkah dalam mengemban amanahNya.

Wallahua’lam bish shawab, kebenaran dari Allah dan kekeliruan dari saya pribadi. Teman teman dapat mendalami pembahasan ini dari berbagai referensi yang saya gunakan:

Buku Fitrah Based Education, Harry Santosa
Buku Senyaring Tawa Ananda, Yeti Widiati
Yuk Jadi Orangtua Shalih, Ihsan Baihaqi
Mendidik Anak Disiplin dan Tetap Bahagia, Ihsan Baihaqi
Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita, Muhammad Badri