berbagi inspirasi : May 2017

Friday 26 May 2017

Nice Home Work #2 Indikator Perempuan Profesional

Indikator Ibu (Yunda) Profesional

Setelah mencerna materi tentang pengertian Ibu Profesional, saya memperoleh kesimpulan bahwa rasa bangga dan bahagia dari diri sendiri serta keluarga terdekat adalah indikator keberhasilan seorang ibu bergelar profesional.
Ketika ibu menjadi percaya diri untuk melakukan apa yang ia yakini terbaik bagi diri dan keluarganya.
Saat suami dan anak bahagia dengan cara ibu berinteraksi dengan mereka. Tersemat pula rasa bangga manakala bergandeng mesra dengan sang ibu di hadapan orang lain.
Sesuai instruksi, saya berdiskusi dengan suami dan anak (yang bisa kasih jawaban baru si sulung yang kelas 1SD, si tengah cuma cengar cengir jawabnya gak mudeng dia, secara baru mau 4 tahun, hehehe).
Menurut si sulung, dia akan senang jika ibu setiap hari bermain bersamanya selama 1jam. Selain itu juga menemani menggambar dan mewarnai setidaknya sepekan sekali. Kalau masak tidak perlu lama lama. Alhamdulillah ya, jawabannya operasional sekali sesuai tahap perkembangan kognitifnya.
Berikut rangkuman indikator perempuan profesional untuk saya pribadi (tidak untuk yang lain karena tiap orang unik):
~individu
1. Menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan cara:
#Memiliki waktu belajar setiap hari minimal 2 jam dalam bentuk:
@membaca buku
@membaca terjemah Alquran
@belajar di komunitas baik online maupun offline
@refleksi diri, baik terkait pengalaman pribadi maupun orang lain
#Mengikuti seminar, workshop, dan sejenisnya sesuai bidang peminatan (psikologi, pendidikan, parenting, pernikahan) minimal 2 kali setahun
2. Meluangkan waktu minimal 1 jam/ hari untuk mengalirkan apa yang dipelajari dalam bentuk:
@menulis di dunia maya
@diskusi online maupun offline dengan keluarga atau kenalan
@mempraktekkan ilmu dalam berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan terdekat

3. Menjadi bermanfaat bagi lingkungan terdekat dengan cara:
@menulis buku inspiratif, minimal 5 buku sebelum usia 40 th
@memiliki taman bacaan untuk anak kelas menengah bawah, minimal 1 buah di rumah sendiri
@memiliki sekolah berkualitas juara untuk kaum dhuafa InsyaAllah sebelum usia 50 th
@mengisi seminar pra nikah, parenting, managemen keluarga, pendidikan anak dan remaja skala lokal sebelum usia 40 th dan nasional setelahnya

~ibu dan istri:
#meluangkan waktu khusus fokus hanya untuk anak dan suami:
1.bermain bersama anak minimal 1 jam setiap hari
2.menemani anak belajar minimal 30 menit tiap hari
3.jalan jalan atau kegiatan luar rumah lainnya hanya bersama anak minimal 1 kali per 2 pekan
4.mendengarkan cerita anak minimal 30 menit per hari

Suami:
1. Mendengarkan suami, diskusi bebas minimal 30 menit sebelum tidur setiap hari
2. Silaturahim online maupun offline ke keluarga suami minimal 1 kali/ pekan
3. Meluangkan waktu hanya bersama suami sesuai permintaannya minimal 1 kali per pekan
4. Menyiapkan makanan untuk suami setiap hari
5. Bertanya meminta pendapat suami untuk terus meningkatkan kualitas kebahagiaan keluarga minimal 2 kali per tahun (rapat keluarga)

Semoga indikator ini menjadi acuan untuk selalu bersungguh sungguh menjalankan peran sebagai perempuan, istri dan ibu. Hidup hanya sekali dan singkat. Tidak ada penyesalan jika sudah menjalankannya sepenuh hati, berjuang memberikan yang terbaik di tiap detiknya. So, help me God :)














Tuesday 16 May 2017

Nice Home Work 1 Matrikulasi IIP

Belajar Bercermin

Mendengarkan curhat  orang lain baik secara formal di sesi konseling maupun non formal dalam keseharian selalu mendatangkan inspirasi bagi saya. Selalu ada pelajaran baru dari orang yang saya temui dan dengarkan ceritanya.
Ada kepuasan tersendiri ketika bisa menjadi cermin yang membantu seseorang melihat diri (baca: masalahnya) sendiri dengan lebih objektif tanpa tersakiti. Ketika menjadi cermin, sayapun ikut melihat pantulan diri sendiri, atau bahasa sederhananya refleksi diri.
Itulah yang mendasari saya untuk menjatuhkan pilihan berkuliah di fakultas psikologi 12 tahun silam. Saya belum menjadi psikolog karena hanya menyelesaikan studi sampai jenjang sarjana. Mudah mudahan Allah menyambut ikhtiar dan doa saya, jika memang melanjutkan program profesi akan membuat saya lebih bermanfaat bagi sesama.

Kini setelah 8 tahun berkeluarga dan dianugerahi 3 orang putri, saya makin yakin bahwa ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia sejak usia dini hingga usia lanjut sangat bermanfaat untuk saya tekuni. Bagaimana mengenali diri sendiri, pasangan, dan anak adalah kunci menciptakan keharmonisan dan kebermanfaatan keluarga.

Sebagai Muslim saya sangat setuju bahwa untuk mengenali manusia seperti yang dilakukan.ilmu psikologi, sebetulnya kita juga perlu mengenal penciptanya. Saya tidak menafikan bahwa ilmu psikologi yang saat ini berkembang masih berkiblat ke Barat. Walaupun sebenarnya jika ditelusuri, ulama klasik Islam sudah lebih dulu mencetuskan konsep konsep psikologi. Oleh karena itu, saya perlu mengkonfirmasi kesesuaian setiap penelitian maupun teori psikologi-atau ilmu apapun- dengan keyakinan saya sebagai Muslim.

Islam sebagai agama yang sempurna dan mencakup semua aspek kehidupan sejatinya telah mengaplikasikan psikologi jauh sebelum para ilmuwan akhir zaman. InsyaAllah ke depannya saya ingin fokus dengan ilmu psikologi yang berlandaskan nilai nilai Islam.

Saya termasuk orang yang percaya bahwa belajar bisa dilakukan dimana dan kapan saja. Tiap orang yang kita temui pun bisa menjadi 'guru' kehidupan. Oleh karena itu, strategi belajar yang saya rencanakan adalah merekam pelajaran dari kehidupan sehari hari lewat tulisan. Saya sangat senang menulis dan berusaha untuk terus berbagi manfaat maupun inspirasi lewat tulisan secara konsisten, biasanya di media sosial.
Strategi lainnya adalah mengikuti kuliah online terkait psikologi dan pengembangan diri, seperti yang sedang saya jalani setahun terakhir di situs futurelearn. Mengikuti kelas matrikulasi Ibu Profesional juga salah satu usaha saya untuk mengembangkan diri. Walaupun untuk dua hal ini masih perlu menaklukkan tantangan manajemen waktu untuk menyelesaikannya. Alhamdulillah sebelumnya saya sudah menyelesaikan kuliah online komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis pada tahun 2014. Pengalaman ini menguatkan saya untuk mensugesti diri bahwa saya bisa menyelesaikan apa yang saya mulai.

Dengan dukungan suami, saya juga berusaha mengikuti workshop terkait keterampilan konseling. Suami pun terus mendorong saya untuk mengambil kuliah S2 walaupun yang satu ini belum terwujud.

Selain itu, saya juga perlu memperkaya wawasan keIslaman saya agar tidak timpang dengan ilmu psikologi yang ingin terus saya gali. Saya berniat untuk rutin membaca buku keislaman dan tafsir Alquran. Tidak ketinggalan meluangkan waktu untuk kajian keIslaman.

Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, ada beberapa hal yang saya niatkan. Pertama menaklukkan rasa malas dan pemakluman terhadap diri sendiri. Mengurus 3 putri kecil, 1 nenek lanjut usia, pekerjaan domestik dan taman baca di rumah, serta bekerja paruh waktu sebagai konselor sekolah kadang membuat saya mencari pemakluman dan pembenaran atas kelemahan dalam manajemen waktu. Semoga ke depannya saya bisa menjadi orang yang bersegera dalam majlis ilmu, terlepas dari segala pekerjaan yang harus dituntaskan.
Kedua, menjaga kebersihan hati. Terkadang ada desiran hati untuk membengkokkan niat, tadinya ikhlas menjadi ingin pujian, atau rasa ingin tahu menjadi perasaan 'saya juga sudah tahu'. Mudah mudahan saya bisa menjadi penuntut ilmu yang baik sehingga Allah ridho dengan ilmu yang dianugerahkanNya. Dengan ridho Allah ilmu menjadi manfaat di dunia dan akhirat, aamiin.