Sunday 6 May 2018

Lima Cara Bijak Kelola Konflik Rumah Tangga




Conflict is an opportunity to learn to love our partner better over time (Dr Julie Gottman).

Konflik adalah menu wajib dalam pernikahan. Keberadaannya adalah keniscayaan. Kita tidak perlu mati-matian menghilangkan konflik dalam rumah tangga, yang diperlukan hanyalah mengelolanya agar menjadi sarana bertumbuh bersama.  

Berikut 5 cara bijak mengelola konflik dalam rumah tangga agar ikatan cinta makin perkasa:

  1.  Mengenali sumber konflik secara objektif

Apakah konflik berasal dari:
cara pandang kita dalam menyikapi masalah?
cara berkomunikasi yang tidak sehat?
pihak luar yang mengganggu stabilitas rumah tangga?
Atau kombinasi ketiganya?

Mengenali sumber konflik bisa dilakukan dengan *ngobrol* bersama, refleksi diri, sharing dengan orang yang dipercaya, hingga berkonsultasi pada para profesional. Momen seperti ini akan mendatangkan hikmah berharga bagi pasangan dalam menyikapi konflik yang sedang dihadapi.

2. Memperbaiki cara berkomunikasi

Pemicu konflik adalah perbedaan kebutuhan, harapan, keinginan, maupun standar perilaku yang tidak dikomunikasikan dengan tepat.

Misalnya, istri yang ingin sekali ngobrol dengan suami sementara sepulang kerja suami sudah lelah dan hanya ingin tidur saja. Jika istri mengkomunikasikan keinginannya dengan ngambek, cemberut pada suami sampai esok pagi, masalah tidak akan selesai. Justru menimbulkan masalah baru yakni suami yang tidak nyaman pulang ke rumah.

Memperbaiki cara berkomunikasi dapat dimulai dengan empati; menempatkan diri pada posisi orang lain. Istri empati pada suami yang lelah, suami pun empati pada istri yang butuh teman bicara.

Selain empati, ada pula teknik I Message untuk menyampaikan pesan dengan akurat sehingga dapat meminimalisir kesalahpahaman. Selengkapnya tentang I Message bisa dibaca juga di sini http://jejakyundafitrian.blogspot.com/2018/05/jumat-hangat-wag-ip-tangsel-i-message.html.

3. Mengelola emosi

Seringkali konflik yang awalnya kecil dan jelas menjadi besar dan meluas karena disikapi oleh emosi yang berlebihan. Misalnya, ketika bertengkar, suami atau istri memposting makian atau sindiran di medsos. Konflik yang harusnya diselesaikan di dalam, malah diumbar keluar. Solusi tak didapat, justru masalah bertambah berat.

Para ahli merumuskan STAR sebagai cara mengelola emosi. STAR adalah *Stop, Think, Act, Reflect*. Cara ini pun bisa dilatihkan pada anak-anak kita sejak dini. Selengkapnya tentang STAR bisa dilihat di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2015/04/putus-mata-rantai-generasi-senggol.html.

4. Rumus 991

Saat menemukan satu kekurangan pasangan, hadirkan 99 kelebihannya. Ketika hadir satu konflik yang menguras energi, ciptakan 99 hikmah yang menyejukkan hati.

Rumus ini sebetulnya adalah salah satu bentuk aplikasi dari konsep reframing dalam dunia psikologi. Reframing adalah membingkai ulang suatu kejadian sehingga terlihat berbeda dari sebelumnya, meskipun kejadian itu sendiri tidak berubah. Lebih lanjut tentang reframing bisa dibaca di http://jejakyundafitrian.blogspot.co.id/2018/05/bingkai-taqwa-komunikasi-positif-sesi.html.

Ketika menghadapi konflik, cara pandang kita akan sangat menentukan bagaimana kita merespon. Berpikir positif akan membuat ketegangan mereda, sebaliknya berpikiran negatif akan mengaburkan fakta menjadi lebih buruk dari keadaan sebenarnya.

5. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati

Hati manusia berada dalam kuasa-Nya. Dia-lah yang sebenar-benarnya mampu membolak-balikkan hati kita maupun pasangan. Dia pula yang mampu menghadirkan solusi dari semua masalah yang kita hadapi.

Jika kita melihat konflik sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati, niscaya Dia memberikan kekuatan dan jalan keluar dengan kasih-Nya yang tak bertepi. Doa, zikir, sholat, maupun ibadah lain sejatinya adalah cara agar manusia mampu menghadirkan ketenangan jiwa ketika berhadapan dengan konflik.

Referensi:

Neuroscience for Kids karya Ratna Megawangi
The Resilience Factor karya Reivich & Chatte
Yakin Dia Jodohmu? Karya Yunda Fitrian







No comments:

Post a Comment