Friday 17 November 2017

Game day 8 Komunikasi Produktif

Game day 8

Sepulang sekolah, seperti biasa saya bertanya tentang apa yang seru hari ini.
Seringkali si sulung menjawab biasa saja, seolah tidak ada yang menarik di sekolah.

Mungkin memang sudah saatnya saya ganti pertanyaan. Supaya jawaban standar biasa aja itu tidak terdengar lagi.

Kemarin, ketika ia menjawab biasa saja, saya mencoba menggali jawabannya.

“Ooh biasa aja ya Kak. Hmm apakah hari ini anak cowok pada jail lucu lucuan?”

“Hehe iyaa", katanya sambil nyengir seperti mengingat peristiwa yang membuatnya tertawa geli.

Ia memang beberapa kali cerita tentang anak anak lelaki yang berulah lucu di sekolah.

“Mereka jail apa hari ini?”, saya pikir penggalian saya sudah cukup memancing cerita darinya.

“Hehehe...Ada deh...”, ujarnya santai membuat saya makin penasaran.
“Nanti bulan Februari kakak ceritain”, katanya sambil menahan tawa.

Sepertinya merasa berhasil ngeles dari pertanyaan saya.
“Ooh gitu kaak..lama amat ibu keburu bulukan nungguin kakak cerita”, kami tertawa bersama.

Saya sudah berhenti jadi ortu yang kelewat kepo, tapi tetap suka usaha supaya si sulung cerita.
Saya sedang belajar menghargai privasi si sulung, meski tetap sebagai ibu memantau dengan lebih elegan. Main cantik gitulah.

Kadang saya jadi iseng membalas perlakuan si sulung dengan cara ngeles yang sama.
Seperti hari itu, setelah ia menutup kepo saya dengan berkata ada deh, saya menunggu saja ia bertanya dan saya jawab dengan jawabannya.

“Bu, origami kakak dimana?”
“ada deh..nanti bulan Februari ibu kasih tau..”
Si sulung tertawa geli. Dan memaksa saya menjawab pertanyaannya.

Saya tertawa dan bertanya bagaimana perasaannya jika mendapat jawaban seperti itu?
Saya pun memasukkan poin empati dalam percakapan kami. Sore itu kami kembali belajar cara berkomunikasi produktif. Bicara dengan saling menempatkan diri pada posisi orang lain.

No comments:

Post a Comment