Friday 12 October 2018

Teman yang Buruk

Catatan Mentoring Parenting bersama Bu Yeti Widiati, 1 Oktober 2018

Ditulis oleh Yunda Fitrian

*Bad Companion (Teman yang Buruk)*

*Karakter moral pada anak terbentuk usia 12 tahun. Pengaruh buruk dari teman secara umum *tidak dapat* mengubah karakter yang sudah terbentuk di rumah. Anak bereksperimen dan mengetes dengan berbagai cara, tapi tidak mungkin mengubah secara drastis karakteristik dan standar moralnya.

*Orangtua/ pengasuh berpengaruh paling  besar karena interaksi yang intens dan sering.

*Dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita akan mencoba berbagai nilai yang bertentangan dengan nilai yang pernah ditanamkan di keluarga. Namun jika nilai-nilai dalam keluarga ditanamkan dengan cara dan citra yang positif, suatu saat kita cenderung akan kembali pada nilai yang ditanamkan sejak dini oleh orang tua di rumah.


*Teman dan lingkungan tidak dapat mempengaruhi anak jika _interaksinya tidak intens, sangat jarang, dan anak sudah punya pegangan yang kuat terhadap nilai-nilai yang diyakini.

*Ketika seorang anak sering terlibat dalam masalah dengan anak tertentu, orang tua disarankan mengambil tindakan daripada berharap bahwa ini adalah masa anak untuk tumbuh.

*Seringkali anak sadar bahwa teman ada yang berpengaruh buruk namun tetap berhubungan karena:

1. Merasa mendapatkan perhatian istimewa dan kebersamaan. Alasan ini bisa timbul jika anak kurang kedekatan dan dukungan di rumah.

2. Kesenangan, ada kepuasan tersendiri saat bersama temannya.

3. Kesamaan minat khusus.

4. Status dan prestise. Ada anak yang berteman karena ingin ikut mendapatkan popularitas atau gengsi tertentu dari temannya.

5. Kebutuhan untuk berontak dan menunjukkan kebebasan dari orang tua. Ini bisa terjadi pada anak yang terlalu banyak dilarang.

6. Tidak percaya diri sehingga anak memilih berteman dengan seseorang yang terlihat lebih buruk atau punya kekurangan dibanding dirinya.

*Pertemanan yang buruk adalah akibat, bukan penyebab kenakalan. Ini terjadi karena kesamaan minat yang bermasalah.

*Pencegahan dapat dilakukan dengan:

1. Mengenali teman anak
Ajak dan buat teman-teman anak nyaman berada di rumah saat ada orang tua. Berkomunikasilah dengan orang tua dari teman-teman anak sehingga kita bisa tahu nilai-nilai di keluarga mereka. Dalam mengenali teman anak, pakailah cara yang halus dan bahasa yang bersahabat. Jangan terkesan kepo atau terlalu overprotektif.

2. Bertemu dengan beragam teman
Bantu anak untuk menemukan berbagai alternatif kegiatan yang memfasilitasi pertemanan.

3. Memberi penjelasan yang masuk akal dan sesuai tahap perkembangan anak saat menetapkan peraturan dalam berteman.

*Penanganan

Jika anak dekat dengan teman yang membawa pengaruh buruk, lakukan beberapa tindakan berikut:

1. Sampaikan kritik yang bijak dengan cara baik-baik. Gunakan kalimat tidak langsung, misalnya:

_Sepertinya kamu kalau bareng dia jadi dapat masalah. Menurut kamu gimana?_

Ini lebih tepat daripada langsung menyerang, melabel, dan melarang pertemanan tanpa si anak sadar alasan logisnya.

2. Mendukung keunikan anak.

Temukan potensi anak, bantu ia memperluas hubungan dengan teman lain baik yang memiliki potensi sama maupun berbeda. Bergabung dengan komunitas atau organisasi juga sangat baik bagi perkembangan sosialisasi anak.

3. Menggali kebutuhan.

Tentukan apa kebutuhan anak yang terpenuhi dari teman. Apakah kesenangan, prestise, petualangan, kepedulian, atau kepemilikan. Cari aktivitas pengganti yang sepadan dengan kebutuhan ini.

4. Percaya pada anak.

Ini adalah proses yang panjang dan tidak selalu mudah. Jika kita sudah menanamkan, mencontohkan, dan mendampingi anak untuk memegang nilai-nilai kebaikan, yakin Allah akan menjaganya. Beri anak kepercayaan agar ia mampu menjaga diri sendiri sesuai nilai yang kita yakini.

5. Memperkuat hubungan.

Perbanyak aktivitas bersama yang menyenangkan. Lebih banyak mendengarkan anak saat ngobrol. Bangun kedekatan dengan mencari kesamaan. Jadilah seseru teman-teman.

6. Mendukung hubungan yang lain.

Ambil tindakan untuk mengurangi hubungan anak dengan teman yang buruk. Temukan dan atur situasi agar anak bertemu dengan teman yang baik.

7. Menjadwalkan konseling.

Jangan ragu mengajak anak berkonsultasi jika merasa sudah kesulitan menangani masalah anak.

8. Menyediakan struktur dan batasan.

Tetapkan jadwal sealami mungkin untuk membatasi kesempatan anak berhubungan dengan temannya yang buruk. Jadwalkan lebih banyak bepergian bersama keluarga. Orang tua harus tegas jika anak sudah memperlihatkan perilaku antisosial (kekerasan atau pelanggaran hukum lainnya).

9. Membuat jarak.

Pisahkan anak dengan teman atau lingkungan buruk tersebut jika sudah berisiko besar menjerumuskan anak dalam perilaku antisosial. Pemisahan ini sendiri hakikatnya belum menyelesaikan masalah utama yaitu lemahnya kemampuan menolak pengaruh buruk, yang harus dikuatkan kembali pada diri anak.

_Jika teman yang buruk itu ada, pertanyaannya, sudahkah kita membekali anak dengan kemampuan menolak pengaruh buruk dari temannya?_

No comments:

Post a Comment