Friday 19 July 2019

Orangtua Alien

ALIEN VS THE PRETENDERS

“Ustadz, saya bingung. Anak gadis saya pacaran sama lelaki pemabuk dan gak bener..sekarang dia melawan, gak mau nurut untuk putusin pacarnya. Saya bingung, kok bisa bisanya dia lebih nurut sama lelaki itu daripada saya yang melahirkannya?!”

Sang ustadz tidak menjawab, melainkan balik bertanya, “ibu dan bapak selama ini ada dimana ketika putrinya sedih, sakit, bingung, atau butuh bantuan? Mungkin lelaki itulah yang selalu ada saat putri ibu membutuhkan perhatian dan pertolongan. Jadi jangan heran Ia lebih memilih lelaki itu”

Potongan dialog itu diceritakan suami saya sepulangnya beliau dari sebuah seminar parenting.

Sebuah dialog yang menyentak kami sebagai orang tua.

Kedekatan Hati memang tidak selalu berbanding lurus dengan banyaknya waktu atau kegiatan bersama. Melainkan pada Intensitas emosi yang menyertai, serta momentumnya.

Ada kalanya, kita merasa begitu dekat dan terpengaruh oleh seseorang meski waktu bersamanya hanya Bilangan Bulan, hari, bahkan jam.

Karena orang itu hadir di saat kita membutuhkan. Saat emosi kita begitu intens menyala. Saat momennya pas.
Misalnya saja, konon orang yang pergi haji akan merasa sangat erat persaudaraannya dengan sesama rombongan. Bahkan setelah di tanah air, jika bertemu setelah bertahun berpisah pun akan tetap merasa akrab.

Atau ingatkah kita bahu siapa yang pernah jadi sandaran ketika airmata luruh di masa remaja? Err berasa tuwir sih pas ngetik ini,hwkwk. Tapi bener kan, yang pernah ngalamin masa sulit pas remaja (atau di masa sulit apapun) pasti masih inget pernah curhat nangis2 sama siapa..hayooo.

Maka Parenting juga adalah tentang menciptakan momen bersama anak. Tentang menjadi orang yang diandalkan untuk merasa nyaman.

Momen bahagia ketika bermain bersama.
Atau momen lega, tentram, damai ketika datang membawa masalah.

Maka pertanyaan berikutnya, apa yang kita lakukan saat anak datang membawa masalah?
Atau lebih dulu yang harus dijawab, apakah kita tahu ketika anak sedang punya masalah?

Dalam kasus dialog tadi, kondisinya si anak sudah remaja.

Banyak cerita orang tua merasa tidak kenal lagi dengan anaknya yang beranjak remaja. Seolah anak berubah menjadi alien.

Nyatanya, orang tualah yang sejak kecil menjadi Alien bagi anak anaknya.

Alien, makhluk asing yang tidak tahu dunia anak. Tidak paham bahasa anak. Alien yang lupa bahwa dulunya dia adalah anak manusia.. (nah lho bisa jadi judul sinetron; alien yang tertukar, hwkwk).

Orang tua alien, saat anak balitanya coret coret tembok, langsung angkat suara tinggi, seolah di planetnya gak pernah ada kejadian begitu.

Padahal cukup ajak anak mencoret d tembok kamar atau kertas, beres. Memang fasenya mereka corat coret. Melatih jemarinya terampil menulis (atau mengetik layar #digitalnative).

Atau saat balitanya dikit dikit nangis, langsung disambit dengan teriakan dan label cengeng. Seolah di planetnya gak ada balita nangis.

Padahal cukup ditenangkan, lalu diajak cari solusi bareng. Yah namanya juga bocah, wajarlah nangis dikit dikit. yang penting anak diajarkan untuk belajar mengendalikan emosi.

Orang tua alien, menanggapi dingin celoteh balitanya. “He-eh" “iya" “oh bagus" “boleh" sambil matanya tak lepas memantau planetnya yang bernama gadget.

Sampai balita ini masuk sekolah, lalu beranjak dewasa, polanya tidak berubah.
Maka si remaja pun mulai belajar bahwa orangtuanya adalah alien. Asing di rumah sendiri.

Mencarilah ia sesama makhluk bumi: teman sebaya yang bisa memahaminya.
Ya kalau temannya baik alhamdulillah.
Kalau tidak?

Teman sebaya ini tidak hanya berwujud sesama remaja. Tapi bisa berupa sebuah geng, komunitas, acara dan dunia maya.
Tempat mereka merasa diterima dan dianggap ada, sebagai manusia.

Maka siapa yang mengandung, melahirkan, menyusui, menafkahi, tidak ada signifikansinya dalam hidup mereka.
Mereka kan tidak minta dikandung, dilahirkan, dinafkahi.

Tidak ada kenyamanan saat bercerita, karena ujung ujungnya pasti dimarahi.
Tidak ada kemauan untuk terbuka, karena akhirnya pasti disalahkan.

Jadi tidak aneh kan, ada anak yang lebih pilih pemabuk untuk melabuhkan hatinya? Karena si pemabuk ini punya banyak momen berarti dengan si anak.
Sementara orang tua?

Hhh, memang banyak yang harus kita pelajari sebagai orang tua. Bagaimana tidak, yang Allah titipkan pada kita ini wakilNya di muka bumi.

Dan sebagai penutup, lirik lagu ini tiba tiba mengalun di memori saya. Saya berikan teks lengkapnya copy paste dari mbah gugel..theme song kita para ortu untuk anak kita, seharusnya...

Oh,.why you look so sad?
Tears are in your eyes
Come on and come to me now, and don't be ashamed to cry,
Let me see you through, 'cause I've seen the dark side too.

When the night falls on you, you don't know what to do,
Nothing you confess could make me love you less,

I'll stand by you,
I'll stand by you, won't let nobody hurt you,
I'll stand by you

So if you're mad, get mad, don't hold it all inside,
Come on and talk to me now.

Hey there, what you got to hide?
I get angry too, well, I'm alive like you.
When you're standing at the cross roads,
And don't know which path to choose,
Let me come along, 'cause even if you're wrong

I'll stand by you,
I'll stand by you, won't let nobody hurt you,
I'll stand by you.

Baby, even to your darkest hour, and I'll never desert you,
I'll stand by you.

And when, when the night falls on you baby,
You're feeling all a lone, you're wandering on your own,

I'll stand by you.
I'll stand by you, won't let nobody hurt you,
I'll stand by you, baby even to your darkest hour,
And I'll never desert you,
I'll stand by you,
I'll stand by you.
I'll stand by you, won't let nobody hurt you,
I'll stand by you, baby even to your darkest hour,
And I'll never desert you
(I'll stand by you-the pretenders, pernah jadi ost dawson creek yak klo ga salah)

So, don't be alien
let's stand by our children,
Before someone else does...


(Notes FB Yunda Fitrian Maret 2017)

No comments:

Post a Comment