Monday 24 September 2012

Married Women Chat*



"Setelah menikah lebih dari 5 tahun, orang mulai berpikir; ‘pernikahan ini ternyata tidak menguntungkan buat saya’. Ini tidak akan terjadi jika masalah-masalah sebelum tahun ke-5 telah diselesaikan" kalimat itu terlontar di suatu siang saat kami para married women sedang menunggu waktu pulang kerja. Yang bicara barusan-sebut saja namanya Emi- adalah temanku yang usia pernikahannya telah mencapai masa ABG, 14 tahun. Aku dan teman satunya lagi, yang usia pernikahannya baru 2 tahun hanya bisa manggut-manggut.
Apa yang dikatakan Emy mengingatkanku pada kelas Psikologi Keluarga. Menurut teori psikologi, masa krisis pernikahan adalah 5 tahun. Setelahanya, pernikahan relatif lebih stabil. Tentu saja ini tidak berlaku umum. Sejumlah kecil kasus menunjukkan pernikahan yang berusia tanggung maupun sepuh sekalipun dapat kandas. Pernikahan orangtuaku sendiri kandas setelah 14 tahun. Ada pula yang sudah menikah 25 tahun akhirnya memutuskan bercerai. Menurut mereka, perceraian justru menjadi jalan yang bisa mengantar pada ketentraman dan kebahagiaan pribadi serta keluarga. Pada sebagian kasus, aku sepakat dengan ini. Mungkin karena itulah Allah membolehkan perceraian meski dibenci-Nya, karena ia bisa menjadi pintu darurat kala pernikahan hanya membawa mudharat.
Kelanggengan sebuah pernikahan memang misteri tersendiri bagi semua yang menjalaninya. Mungkin ada resep-resep tertentu yang menjadi bumbu wajib, seperti komunikasi yang sehat, saling percaya dan setia, serta doa. Selebihnya menurutku, adalah kuasa Allah atas hati setiap hamba-Nya.
Cinta yang berada di hati suami dan istri, sepenuhanya dalam genggaman Allah, karena Dia-lah Pemilik segala cinta. Dia pula Yang berkehendak membolak balik setiap hati.  Seorang teman bijak lainnya mengajarkanku sebuah doa yang indah untuk pernikahannya:
“ya Allah, aku titipkan mata, raga, hati, dan jiwa suamiku seluruhnya pada-Mu, karena Engkaulah pemiliknya, bukan diriku. Jagalah ia dalam penjagaan-Mu yang kokoh dan sempurna”
Sungguh sebuah doa yang rendah hati dan indah sekali. Pada hakikatnya, sekeras apapun seorang istri ‘membentengi’ suaminya dari godaan luar, tetap saja Allah yang memiliki benteng paling kokoh untuk setiap hamba-Nya.
Semua pasangan pastilah berharap pernikahannya langgeng sampai kakek nenek, sampai suatu pagi salah satu dari mereka mati, seperti lirik lagu Sheila on 7. Namun perjalanan menyatukan dua  jiwa dengan segala perbedaannya memang tak semudah menyanyikan lagu Saat Aku Lanjut Usia.
Ada contoh nyata pernikahan luar biasa yang dapat menginspirasi kita. Diantaranya kisah Bapak Eko Pratomo dan istri.  Bapak Eko Pratomo, seorang pengusaha sukses di bidang saham. Sejak melahirkan anak kedua, hampir 20 tahun yang lalu, istrinya menderita lumpuh sekujur tubuh. Sehari-hari Pak Eko merawat istrinya dengan penuh perhatian. Pak Eko marah dan menangis ketika anak-anaknya meminta beliau ‘menyerahkan’ urusan merawat sang istri pada anak-anaknya. Pak Eko tegas mengatakan bahwa apa yang selama ini ia lakukan adalah usaha untuk membalas cinta dan kebaikan sang istri. Subhanallah.
Semoga saja Allah menjaga hati kita dan pasangan agar senantiasa memiliki mawaddah-cinta- dan sakinah-ketenangan- dalam mahligai rumahtangga kita, aamiin.

*By Yunda Fitrian-a special gift for special firends :)

No comments:

Post a Comment