Wednesday 18 March 2015

Tentang Cintapedia


Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah impian untuk menjadi nyata. Manusia hanya bisa membuat rencana, sedangkan Allah lah yang mempunyai ketentuan.
Ada orang orang yang diberi kesempatan mencapai impian dalam waktu secepat kilat. Ada pula yang harus sabar meniti tangga impian seolah berkendara di atas punggung siput. Satu hal yang pasti, sebuah impian akan menjadi kenyataan atas izin Allah, jika manusia berteguh hati meyakini dan memperjuangkannya.
Seperti satu impian yang lama saya ikrarkan dalam doa dan langkah demi langkah perjuangan. Impian untuk bisa menginspirasi lewat tulisan. Menorehkan kebaikan di hati orang yang membaca kata demi kata yang terlahir dari tarian jemari saya.
Menulis buku sudah menjadi impian saya sejak kecil. Namun impian itu pasang surut seiring ritme kehidupan yang dinamis. Sempat pula mimpi itu tampak begitu jauh panggang dari api. Bahkan hampir terkubur oleh timbunan episode keseharian.
Saya lebih banyak gagal daripada berhasil menang lomba menulis. Naskah buku saya belum pernah diterima penerbit. Sampai akhirnya suatu malam-tengah malam buta-, saya menemukan sebuah iklan sekolah menulis online. Saya tertarik dan bertekad mengikuti, meski biayanya memang lumayan untuk kocek saya yang waktu itu baru saja melahirkan. Alhamdulillah saya punya tabungan dan suami mendukung.
Maka lembar demi lembar tulisan yang sudah sempat saya cicil mulai kembali saya garap. Tiap tengah malam saya mengetik. Seringkali diselingi tangis putri kedua saya yang minta ASI. Maka menulis sambil menggendong pun saya lakoni. Suami saya berbagi ide dan tulisan karena kami ingin membuat buku duet. Impian suami sejak awal menikah. Beliau pun rajin jadi koki dadakan yang sigap menyulap cemilan untuk penulis amatir ini.
Singkat cerita buku itu pun selesai di bawah bimbingan mentor sekolah online. Sayangnya, buku saya masih gagal tembus penerbit. Awalnya saya pasrah, akan mencoba kirim lagi ke penerbit lain. Suami saya beda, ia mulai mewacanakan self-publishing atau terbit mandiri. Kami pun berburu info sebanyak banyaknya tentang self publishing. Suami saya menyempatkan waktu untuk survey percetakan buku sampai malam hari.
Begitulah. When there is a will, there is a way. When there are effort and pray, there will be a good result. Buku perdana kami pun tercetak. Kami meluncurkannya tanggal 19 Oktober 2014 dalam acara Training Motivas EXIST di Auditorium FPsikologi UI. Tempat yang memberi kenangan manis pada Agustus 2009. Saat itu kami datang yudisium sebagai pengantin baru dengan disambut sorak sorai seisi auditorium dan diberi ucapan selamat langsung dari dekan yang sedang memberi sambutan.
Cetakan pertama buku kami sebanyak 400 eksemplar Alhamdulillah habis dalam waktu 4 bulan. Sebagian kecilnya, yakni 25 eksemplar kami hadiahkan pada orang orang terdekat. Karena masih cukup banyak permintaan, Bismilllah, kami pun rilis cetakan kedua Januari 2015 sebanyak 500 eksemplar. Alhamdulillah sampai saat ini sudah setengahnya terjual.
Ya, saya tahu masih jauh perjuangan yang harus ditempuh untuk mencapai puncak impian itu. Namun, jujur saja hati saya berbunga ketika di penghujung Februari 2015 setetes embun harapan lembut bergulir dalam catatan kehidupan.
Hari itu saya dan suami menghadiri undangan bedah buku kami di BSI Karawang. Ini kedatangan kedua kami ke Karawang. Bedah buku Cintapedia_curhat seru tentang cinta sejati dan jodoh terbaik yang pertama kali diselenggarakan di Stikes Kharisma Karawang. Saat itu hadir sekitar 70 peserta yang bersemangat dan ceria. Kami cukup puas dengan debut pertama tersebut. Apalagi bertemu dengan sahabat lama yang menjadi pemrakarsa acara.
Maka kesempatan kedua untuk berbagi inspirasi di Karawang kami persiapkan dengan lebih matang (btw kali ini pemrakarsanya suami sahabat saya tersebut, TOP lah neng Lies Nurliyani n kang Ridwan:)). Anak anak kami bawa namun kami drop di Saung Mang Adjo bersama mama dan nenek tercinta. Supaya kami fokus ketika berada di panggung bedah buku.
Sampai di lokasi tepat saat kami harus naik panggung (karena sempat nyasar-lagi:)). Panitia langsung menyambut dan mengantar kami ke ruangan. Di tengah perjalanan, segerombol remaja berseragam pramuka terhenti di tangga. Terdengar panitia memberi pengertian bahwa jika tetap mau ikut acara kemungkinan harus duduk di lantai karena kursi yang disiapkan habis. Mereka menjawab tetap mau masuk. Saya takjub ketika suami saya mengulang pesan dari panitia bahwa peserta hari itu membludak hingga hampir 400 orang. Subhanallah..,this is beyond our expectation!
Memasuki ruangan kami menyaksikan ratusan pasang mata menatap kami. Senyum mengembang sopan seolah melukiskan salam perkenalan. Tiga saf kursi peserta terisi penuh oleh remaja putri berseragam pramuka, hanya beberapa yang berbaju bebas. Satu saf paling kiri dipenuhi remaja putra.
Jujur saya agak gugup juga berhadapan dengan peserta sebanyak itu. Terakhir rekor saya menghadapi 150 peserta di launchung buku sepanggung dengan suami. Kali ini lebih dua kali lipatnya!
Bismillah, kami pun pelan melantunkan doa Nabi Musa Alayhissalam. Memohon agar Allah melapangkan dada, memudahkan urusan, menghilangkan kekakuan lidah kami sehingga peserta bisa terinspirasi.
Detik demi detik, kalimat demi kalimat, slide demi slide bergantian kami suguhkan. Riuh tawa bercampur respon antusias ratusan peserta membuat kami bertambah semangat. Namun suasana riang tersebut berganti hening saat suami menyampaikan kisah penutup dari buku Cintapedia. Sebagian besar peserta sampai menitikkan airmata.
Setelahnya, dibuka sesi tanya jawab yang sayangnya tidak bisa memberi kesempatan semua penanya karena keterbatasan waktu. Terakhir, saya membacakan puisi untuk menutup sesi bedah buku. Pertama kalinya puisi yang saya tulis untuk suami dibacakan di depan umum. Puisi itu adalah sisipan di buku Cintapedia, saya tulis 7 hari setelah akad nikah. Peserta menyimak sambil tersenyum masyuk mendengarkan. Beberapa peserta mengutip bait puisi saya di twitter mereka :)
Ternyata bagian paling sensasionalnya tiba di 60 menit terakhir pasca sesi ditutup. Seratus orang pembeli buku kami (banyak yg tidak kebagian krn kami hanya bawa 100 buku sesuai prediksi panitia) bergantian minta foto dan tandatangan. Ditambah permintaan foto bergantian dari panitia, dan sedikit wawancara media lokal. Lengkaplah hari itu pertama kalinya saya merasa mimpi jadi penulis terwujud :) Menandatangani buku tulisan sendiri dan berfoto bersama pembaca buku saya, ditambah diwawancarai ttg buku saya, sebelumnya hanya bayang bayang visualisasi impian yang menggetarkan hati. Suddenly it came true, alhamdulillah...
Segera akun facebook dan twitter saya disapa oleh banyak orang yang meminta pertemanan. Curhat via messenger pun bergantian saya layani. Alhamdulillah, senang rasanya bisa berbagi. Lebih dari itu, saya bahagia karena bisa membantu mereka mendapatkan pencerahan dgn izin Allah. Semoga silaturahim kami ke depan tetap terjalin.
Tentu, perjalanan saya masih jauh untuk menjadi selevel penulis2 idola saya. Setidaknya, sebuah tonggak telah terpancang. Perjuangan siap dilanjutkan. Semoga Allah berkenan memberi kekuatan dan keikhlasan untuk terus mengejar impian, menebar kebaikan, menginspirasi dalam kehidupan. Aamiin.
Salam cinta untuk Karawang :)

No comments:

Post a Comment