Monday 12 February 2018

Ketika Topeng Telah Terbuka_facebook Yunda Fitrian

Ketika Topeng Telah Terbuka
Setelah resmi dilamar Kak Edwin-begitu saya memanggilnya dulu-saya masih bertanya tanya dalam hati: kenapa ia memilih saya?
Saya tahu, tak sedikit perempuan yang bersimpati bahkan mungkin jatuh hati padanya. Walaupun yang naksir saya juga banyaak, ehem. #gakmaukalah.
Dengan gayanya yang luwes, hangat, dan supel, ia tentu punya banyak peluang untuk mencari perempuan yang lebih segala galanya dari saya. Apalagi jejaring beliau memang jauh lebih luas dari saya.
Ada perasaan minder dan ragu, apa bisa saya mengimbangi beliau? Dia yang level aktivitas dan gaulnya jauh di atas saya.
Rasa kagum akan rekam jejaknya sebagai anak baik sejak SMA juga membuat saya kian bertanya, apa saya pantas bersanding dengannya?
Mendekati hari H akad nikah, seorang sahabat mengirimi saya sebuah artikel. Isinya tentang bersiap menerima kekurangan pasangan. Kelak setelah bulan madu berakhir, suami istri akan mulai memunculkan sifat asli yang tidak terlihat sebelum menikah.
Sebesar apapun kekaguman seseorang pada pasangannya sebelum menikah, niscaya meluntur setelah masa bulan madu berakhir.
Sesempurna apapun terlihatnya seseorang sebelum menikah, kelak setelah menikah akan terlihat aib dan celanya.
Serajin apapun seorang Dilan berlaku romantis saat pedekate, kelak setelah nikah ia akan lebih rajin molor, Milea #apadah.
Setelah topeng kita terbuka, saat itulah komitmen pernikahan diuji.
Beberapa hari setelah akad nikah, saya merasa makin takjub dengan Kak Edwin. Ia seperti malaikat yang dikirim Allah untuk saya. Hatinya lembut, tutur katanya santun, pemikirannya visioner, bertanggung jawab dan humoris. Iya deh, ditambah ganteng (takut doi ngambek kalo ga diakui kegantengannya, wkwkkwk). Saya merasa dia begitu sempurna.
Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Ketakjuban saya berangsur memudar seiring waktu. Saya segera menemukan cela dari malaikat saya ini. Mulai dari kebiasaan kecil yang mengganggu, sampai perbedaan dalam memandang dan menyikapi berbagai masalah kehidupan.
Perasaan minder, khawatir tak mampu mengimbangi suami, sudah menguap ke udara. Berganti menjadi tanya mengapa suami saya seperti ini?
Ternyata,Kak Edwin pun merasakan hal yang sama. Iyalaah sama, kan kita jodoh #Ihiw.
Sebelum menikah, ia mengaku sempat merasa minder dengan sosok saya, yang di matanya sangat bersahaja, santun, lembut, cerdas tangguh, dan shalihah (ini pengakuan asli dari Kak Edwin lho, bukan karangan saya #pencitraan).
Ia sempat tak yakin, saya akan menerimanya. Sebab ia tahu ia juga punya 'saingan-saingan’ lain yang bisa jadi lebih masuk kriteria saya.
Setelah menikah, tepatnya beberapa minggu hidup berdua, ia mulai mengerutkan kening tanda berpikir keras.
Lho kok, Yunda tidak seperti yang saya pikir sebelumnya?Ternyata Yunda bisa mewek, ngambekan, jutek, bad mood dan lain sebagainya (malu ah kalo disebut semua kejelekannya, gagal nanti pencitraan saia).
Kami sama sama berada di fase mulai melihat watak asli pasangan. Dan kami harus berjuang untuk berdamai. Menurunkan standar ideal serta ekspektasi yang terlalu tinggi. Jika tidak, kami bisa bubar jalan.
Merasa salah pilih pasangan, menurut para ahli, adalah perasaan yang seringkali dialami setelah melewati masa bulan madu. Everybody Married The Wrong Person, tulis seorang psikolog dalam sebuah artikel, saat menggambarkan fenomena ini.
Kekecewaan terbesar biasanya dialami oleh mereka yang sebelum nikah menjadi secret admirer pasangannya. Merasa gak layak karena profil pasangan 'ketinggian', merasa si doi adalah sosok sempurna kayak di lagu Andra n the backbone (katauan dah generasi tuwir). Akhirnya gigit jari waktu nemu abcde sampai z sisi gelap pasangannya.
Alhamdulillah, masa terkaget kaget setengah kecewa itu sudah kami lewati. Melalui perjuangan yang tak singkat bernama berdamai dengan diri sendiri. Melalui airmata dan tawa tiap episode rumahtangga yang membuat kami terus belajar saling mengenal, saling menghargai, saling menerima.
Alhamdulillah, Allah memampukan kami melewati badai 5 tahun pertama. Pengalaman itu kami bagi di buku Yakin Dia Jodohmu? Maaf ya ini mah bukan iklan, cuma promosi 
Jadi buat para calon pengantin, yang masih ngerasa si dia adalah sosok penuh wibawa, anggun mempesona...aku mah apa atuh...remah remah rautan pensil warna...segeralah tegakkan kepala.
Daripada berlama lama dalam keminderan, lebih baik banyak belajar dan berkontribusi buat sesama. Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia! #kangenAlmamater.
Bersiaplah melihat wajah asli dibalik topeng nan mempesona.
Dan buat yang sudah jadi pengantin, ketika makin hari pasangan terasa makin bikin ilfil, cobalah untuk berdamai. Kalau bingung caranya gimana, baca aja buku Yakin Dia Jodohmu? InsyaAllah ketemu jawabannya.
Selamat hari Kamis, semoga hidup makin manis, berjibaku dalam perjuangan meraih kebaikan dengan optimis 
Special notes for my lovely sister Mulyati Solehah, enjoy your moment 

No comments:

Post a Comment