Thursday 22 February 2018

Tantangan Hari ke-9 Mengamati Gaya Belajar Anak


Jumat lalu kami sekeluarga pergi menghadiri undangan pernikahan teman di Jakarta Selatan. Lokasi tepatnya di SMKN 57 Jakarta.

Selesai menikmati hidangan, kami memutuskan berkeliling lokasi sambil menunggu Ayah yang Jumatan di masjid dalam sekolah. Saat berkeliling, Nafsa tertarik pada lapangan olahraga dan mengajak kami ke sana.

Awalnya saya tidak tertarik dan mengira lapangan terkunci. Namun karena Nafsa ingin sekali, saya pun mengajak 3 bidadari ke sana.

Perhatian kami langsung tertuju pada sebuah kursi yang tinggi. Saya jelaskan pada anak anak bahwa itu adalah kursi wasit bulu tangkis atau voli.

Ide bersenang senang muncul. Saya menantang anak anak apakah berani naik kursi tersebut. Awalnya duo kakak ragu hingga saya yakinkan bahwa kursi itu aman karena saya bisa menjangkau mereka meski kursi lebih tinggi dari tubuh saya.

Nafsa yang langsung menjawab mau mencoba. Benar saja, dengan percaya diri ia sampai ke atas kursi dan duduk manis sendiri. Alhamdulillah, kami memberinya selamat. Nafsa tertawa senang dan tampak menikmati duduk di atas kursi tersebut.


Melihat adiknya berani, si sulung pun termotivasi untuk mencoba. Beda dengan Nafsa yang cepat sampai, si sulung sempat takut ketika menyadari posisinya sudah tinggi. Saya pun meyakinkan bahwa situasi aman, saya berada di dekatnya.

Beberapa menit kemudian ia pun yakin dan sampai di atas kursi.  Meskipun hanya berani beberapa saat saja lalu langsung turun kembali dengan sangat hati hati.


Kejadian ini kembali menambah bukti tentang gaya belajar dominan duo kakak. Si sulung dengan visualnya, si tengah dengan auditori kinestetiknya. Semoga bisa saling melengkapi yaa..


#level 4
#Kuliah_bunsay_iip

No comments:

Post a Comment