Saturday 15 September 2018

Resume Diswap Siap Berbagi Sisa Hidup: Berdamai dengan Diri dan Masa Lalu Menuju Pernikahan Bahagia

[25/4 08.30] Yunda Fitrian: ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบSiap Berbagi Sisa Hidup: Berdamai dengan Diri dan Masa Lalu Menuju Pernikahan Bahagia๐Ÿ‘ฐ๐Ÿป๐Ÿง‘๐Ÿป
Oleh Yunda Fitrian, penulis buku Yakin Dia Jodohmu?
Bagian 1

Di Buku Yakin Dia Jodohmu? Saya mengutip sebuah kisah nyata pernikahan seumur jagung karena kasus CLBK, Cinta Lama Bersemi Kembali. Ceritanya saat itu ada sepasang anak muda yang memutuskan menikah meskipun sebelumnya tidak saling kenal. Mereka bertemu dengan difasilitasi oleh kenalan yang sudah menikah.

Dua pekan setelah menikah, sang suami tidak juga mau menyentuh istrinya, apalagi sampai berhubungan layaknya suami istri. Sang istri mulanya memaklumi hal itu mungkin karena mereka baru kenal sehingga masih canggung untuk bermesraan. Tetapi lama kelamaan ia mulai cemas. Khawatir ada yang salah dengan mereka.

Sang istri memutuskan mengajak bicara suaminya baik-baik tentang hubungan mereka yang tak seperti suami istri. Ketika sang istri mengkonfirmasi, jawaban sang suami membuatnya hampir mati berdiri.

Sang suami menjawab ia tidak ingin menyentuh sang istri sebelum jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia mengaku sudah menikah dengan mantan pacarnya, beberapa saat setelah melamar sang istri. Alasannya, sang mantan pacar tidak mau berpisah dengannya. Sementara untuk membatalkan lamaran dengan sang istri ia pun tak tega. 

Orang bilang, menikah itu membuka lembaran baru kehidupan. Berdamai dengan masa lalu masing-masing untuk menyongsong masa depan. Sayangnya, sebagian orang menganggap berdamai dengan masa lalu adalah sekadar melupakan atau memendamnya dalam diam.

Masa lalu dibiarkan menjadi urusan yang tak terselesaikan. Menggantung begitu saja, melayang-layang bagai virus yang siap menyerang saat daya tahan tubuh sedang kurang asupan. Suatu saat virus masa lalu pun menjadi boomerang yang membuat pernikahan tumbang.

Ada beberapa isu di masa lalu yang perlu kita selesaikan agar kelak tak membayangi kebahagiaan pernikahan, di antaranya:
๐ŸŽฏ Perceraian maupun ketidakharmonisan pernikahan orangtua
๐ŸŽฏ Perselingkuhan oleh orangtua, mantan, atau diri sendiri
๐ŸŽฏ Pola pengasuhan negatif yang mengandung kekerasan fisik maupun psikis
๐ŸŽฏ Pelecehan seksual
๐ŸŽฏ Bencana alam, kematian, atau kejadian traumatis lainnya
[25/4 08.30] Yunda Fitrian: Tentang Innerchild dan Unfinished Business

((Bagian 2))

Dunia psikologi mengenal istilah _inner child dan unfinished bussines_. Kedua istilah ini merujuk pada masa lalu seseorang yang mempengaruhi perilaku hari ini.

Inner child adalah sosok kanak kanak yang terbentuk dari kehidupan masa kecil seseorang. Sosok itu menetap dalam diri seseorang dan bisa muncul merespon kejadian saat ini.

Inner child tidak harus berupa anak kecil yang trauma, tetapi bisa juga sosok anak yang ceria. Tergantung pengalaman yang terpicu saat sebuah stimulus diterima.


Inner child yang trauma bisa menyebabkan orang dewasa berespon seperti kanak kanak yang egois, pemarah, manja, atau pemurung. Sebaliknya innerchild yang ceria bisa memunculkan ide kreatif, kegembiraan, dan sisi spiritual dalam diri orang dewasa.

Jika fenomena innerchild umumnya terbentuk sebelum usia 8 tahun, unfinished business bisa terjadi di atas usia tersebut. Unfinished business adalah episode kehidupan masa lalu yang belum terselesaikan sehingga terbawa menjadi respon kehidupan hari ini.

Inner child dan unfinished business seringkali hadir dalam  bentuk respon yang tidak tepat dalam menghadapi stimulus atau masalah. Mereka biasanya cenderung berlebihan dalam menanggapi stimulus yang dipersepsikan mirip dengan luka masa lalunya.

Misalnya, orang berkomentar netral, ia merasa diserang lalu marah dan defense. Karena komentar tsb ternyata memicu memori trauma dalam dirinya sehingga respon yang diberikan fight (menyerang) atau flight (menghindar).

Sebagian orang tidak menyadari kehadiran kanak kanak yang terluka dalam dirinya. Si anak kecil yang marah, butuh perlindungan, kasih sayang, perhatian, menetap dalam tubuh orang dewasa. Sosok anak kecil itu terus saja mencari kebutuhan akan cinta dan rasa aman melalui berbagai cara.


 Maka jika ada orang dewasa atau lansia yang sikapnya seperti kanak kanak, pastilah ada kanak kanak yang terluka di dalam dirinya. Ada kebutuhan dasar di masa kecilnya yang belum terpenuhi.

Pada kasus kasus tertentu, anak kecil yang terluka ini bisa merongrong hidup si badan dewasa hingga selalu memilih respon yang salah dalam berperilaku.

 Akhirnya orang lain malas berurusan dengan orang ini karena selalu mau menang sendiri-egosentris, khas anak anak. Karena itulah, urusan masa kecil ini harus diselesaikan.

Kasus yang saya ceritakan di awal dapat menjadi contoh unfinished business. Sang lelaki tidak bisa melepaskan diri dari mantan pacar, tapi juga tidak mau jujur pada perempuan yang baru dilamarnya.

Unfinished business terhadap kenangan mantan juga harus diselesaikan sebelum menikah. Caranya? Saya nunggu ada yang tanya aja ya๐Ÿ˜†


Contoh kasus innerchild misalnya sebut saja pernikahan Ari dan Tasya.


Ari dibesarkan oleh orangtua yang temperamental. Sejak kecil ia belajar bahwa teriakan, pukulan, cacian adalah cara mendidik anak yang wajar dilakukan. Ari juga mengalami beberapa kekerasan fisik yang masih menghantuinya.

Lingkungan bermain menjadi tempat Ari melampiaskan kebutuhannya akan pengakuan. Ari tampil sebagai anak yang mudah bekerja sama dan ceria.


Namun demikian, semua teman teman sangat takut membuat Ari marah. Sebab jika marah, Ari bisa berubah menjadi monster mengerikan. Ia bisa berteriak, memukul, dan mencaci tanpa ampun. 

Sementara Tasya sebaliknya. Kedua orangtua Tasya penuh kehangatan dalam mendidik anak.


Tasya mendapat limpahan kasih sayang dari keduanya. Saat Tasya membuat kesalahan, orangtuanya menegur dengan cara yang bijak.

Tasya belajar bahwa semua masalah bisa diselesaikan baik baik. Semua kemarahan bisa disampaikan dengan tenang.

Sebelum menikah, Tasya tidak pernah melihat gelagat buruk dari Ari. Menurutnya, Ari adalah pria yang baik, mudah bergaul, dan ceria.

Setelah menikah, baru Tasya menyadari ada yang salah dengan Ari. Di sinilah sosok kanak kanak Ari mulai muncul dan menuntut untuk diakui.  Jika penat dengan pekerjaan kantor, Ari sering marah marah di rumah.

Semua yang dilakukan Tasya salah. Apapun yang dikatakan Tasya akan direspon Ari sebagai kalimat yang memojokkan, seolah Tasya menyalahkan Ari atas segala sesuatu. Tasya merasa Ari berlebihan dan bersikap seperti anak kecil.
[25/4 08.31] Yunda Fitrian: STEP BY STEP SELF HEALING

((Bagian 3))

Siap Berbagi Sisa Hidup: Berdamai dengan Diri dan Masa Lalu Menuju Pernikahan Bahagia
Oleh Yunda Fitrian, penulis buku Yakin Dia Jodohmu?
Bagian 2

Nah, sekarang masing-masing silakan bertanya pada dirinya sendiri. Cukup jawab dalam hati, sejujur mungkin.

๐Ÿš Adakah kejadian masa lalu yang sampai saat ini masih sering menimbulkan rasa tidak nyaman saat mengingatnya?

Jika ya, mungkin kamu memiliki innerchild atau unfinished business yang perlu diselesaikan.

๐Ÿš Jika tidak, pernahkah kamu merasa salah merespon seseorang, berlebihan dalam bersikap sehingga masalah membesar karena emosi sesaat?

Jika ya, mungkin kamu memiliki innerchild atau unfinished business yang belum kamu sadari.

Pertanyaan kedua bisa kamu ajukan pada teman baik atau orang terdekatmu, karena bisa jadi jawabanmu berbeda dengan jawaban mereka.

Setelah pertanyaan di atas terjawab, kamu bisa mengidentifikasi, apakah kamu memang perlu berdamai dengan innerchild dan unfinished business dalam diri?

Kalau perlu, kamu bisa lanjut mempraktekkan beberapa langkah berikut ini.

Kalau merasa tidak perlu, karena sepertinya semua baik-baik saja, Alhamdulillah. Mungkin bahasan ini bisa kamu gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan.

Tips berdamai dengan innerchild dan unfinished business:

๐Ÿฆ‹ Pertama, terima. Pasti ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Selalu ada sisi terang dari sebuah masa lalu yang kelam. Apa yang sudah terjadi kemarin, tidak bisa kita ubah. Namun kita masih punya hari esok yang bisa diubah sejak hari ini.

Tidak usah menutupi luka itu, tetapi terimalah agar ia mampu mengering seiring waktu. Jangan menolak rasa sakit itu, terimalah dan katakan padanya, aku terima rasa sakit ini karena aku manusia biasa. Seiring airmata yang mengalir, aku lepaskan rasa sakit ini dari diriku.

๐Ÿฆ‹ Kedua, cari ilmu dan inspirasi! Gimana ya bersikap tenang ketika ada yang membuat emosi jiwa? Biar gak terburu-buru berespon terus akhirnya nyesel.. ilmu tentang mengelola emosi ini perlu bahasan tersendiri sih. Tapi intinya belajarlah berjeda sebelum merespon. Ada komentar atau kejadian apapun, cerna dulu. Jangan pernah biarkan emosi mengambil kendali. Rugi, pasti.

๐Ÿฆ‹ Ketiga, cari role model.

Manusia butuh contoh. Lihat contoh dari keseharian orang baik di lingkungan kita. Jadi lebih natural dan familiar. Oh Si Fulan kalau marah itu cukup dengan diam ya..kalau gak suka bisa ngomong baik-baik ya..tiru, contek yang begitu..halal!

๐Ÿฆ‹ Keempat, latihan. Practice makes perfect.

 Terus melatih diri untuk mengaplikasikan niat baik dan pengetahuan kita. Hari ini masih gampang ngambek, sehari bisa 5 kali ngambek. Besok ngambeknya dikurangi jadi 3 kali aja sehari๐Ÿ‘ถ๐Ÿป


๐Ÿฆ‹ Kelima, fokus pada pencapaian yang lebih besar dalam hidup. Banyak bergaul dengan orang orang yang produktif, ikut berbagai komunitas positif.

Sampai kapan kita akan menghabiskan energi untuk terjebak di masa lalu?

Fokuslah pada apa yang bisa dilakukan hari ini untuk masa depan yang lebih baik. Itu lebih bermanfaat daripada terpenjara dalam pola pikir negatif hasil trauma masa lalu.

๐Ÿฆ‹ Keenam, undang si anak kecil dan selesaikan masalahnya.

 Seems too abstract to do, tapi ada caranya. Salah sekiannya saya pelajari di workshop healing innerchild within tahun lalu. Ini juga perlu bahasan khusus, jadi belum bisa saya detailkan di sini yaa. Kalau ada yang tanya InsyaAllah dijawab ๐Ÿ˜‡

Jika kamu merasa sudah sangat terganggu dengan masa lalu, cobalah berkonsultasi pada psikolog atau konselor professional lainnya.

๐Ÿฆ‹Ketujuh, laa haula walaa quwwata illa billlah. Percayakan pada Allah. Perbanyak doa dalam sujud.

Selalu mencari hikmah dan minta bimbinganNya. Jika sudah menyerahkan semua pada Allah, biasanya timbul ketenangan hati untuk memaafkan masa lalu. Berdamai dengan diri sendiri, melepaskan harapan-harapan yang terlalu tinggi. Menggantinya dengan ikhtiar dan tawakal pada Allah semata.

Nah, setelah berdamai dengan diri sendiri, insyaAllah kamu akan lebih siap berbagi sisa hidup dengan orang lain. Konflik dalam rumahtangga akan bisa direspon dengan lebih jernih, tidak menjadi besar karena emosi sesaat  yang kurang tepat. Kamu akan menjadi orang dewasa yang sebenarnya, tanpa sosok anak kecil terluka dalam diri.


 Selamat berdamai dengan diri sendiri, memaknai masa lalu sebagai bagian dari kepingan puzzle kehidupan yang penuh warna warni. Wallahu 'alam bish shawab.

[25/4 20.07] Yunda Fitrian: 1⃣

Assalamualaikum.
Aku mau nanya.

Aku lihat mamahku kekanak-kanakan banget ka. Mudah ngeluh, dan selalu posting d fb status2 yg kaya anak abg labil gt.
Saya jadi kesel. Apa yg mesti saya lakukan

Jawab
Alhamdulillah sbg anak kamu cukup dewasa ya, bisa menilai perilaku mama dg bijak.

Memang perilaku curhat d sosmed dg cara spt itu bisa dibilang kekanakan dan cenderung memperpanjang masalah.

Sbg anak, kamu bisa ajak mama bicara baik2, dr hati ke hati. Mungkin mama spt itu krn tidak ada teman cerita yg mau tulus mendengarkan.

Selebihnya doakan mama, dan lebih sering ngobrol atau ajak mama jalan bareng. Supaya kamu bisa lebih dekat dg mama dan akhirnya bs paham kenapa mama spt itu. Mungkin sejak kecil mama dibesarkan dg keluhan.

Bonusnya, mama jadi merasa kamu lebih perhatian dan pengertian, hingga tak perlu lagi curhat d fb๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป
[25/4 20.09] Yunda Fitrian: 2⃣

Salam kenal ka yunda. ka aku mau nnya, saya udh berpisah dgn mantan saya sudah lama sekali, saya sudah mencoba cleansing dan ikhlas kan dr bayang2 masa lalu bersama dia. Memang waktu tu ada luka yg membuat kita berpisah. Saya sudah sampai block no. Wa nya dan menghapus no mernya dan kenang2annya. Ka apa yg harus saya lakukan pdhal sy sudah melakukan cleansing..? Adakah cara lain ka. Terima kasih ka

Jawab

Ciri berdamai dg masa lalu adalah ketika ingat kejadian atau seseorang di masa lalu, tidak ada emosi negatif lagi yg muncul.

Yg ada hanya perasaan lapang dan netral melihat masa lalu tsb.

Kalau kamu merasa masih tersakiti saat ingat dia, berarti bisa jadi unfinished business.

Coba step by step self healing yg sudah saya tulis ya..dan terpenting tidak usah berusaha lupa. Tapi berusaha lah agar ingatan yg muncul ttg nya menjadi hikmah dlm hidupmu๐Ÿ‘๐Ÿป๐Ÿ‘๐Ÿป
[25/4 20.11] Yunda Fitrian: 3⃣


Jadi gini teh, saya termasuk anak pertama dari 5 bersaudara, dan dikeluarga saya itu (maaf sebelumnya) didikannya sangat keras sekali, keras dalam arti kalau misalkan sudah emosi itu pasti meledak-ledak. Alhamdulillah, tidak pernah sampai main kekerasan. Jadi, hanya karena kurang bisa menahan kesabaran aja teh.  sebenernya saya takut kalau sifat seperti nempel di saya teh, saya sempet berfikir "jodoh adalah cerminan diri" dan gimana jodoh saya nanti kalau sifat keluarga yang seperti itu ada yang nempel.๐Ÿ˜” Untuk menghilangkan rasa takut itu dan belajar melatih kesabaran, saya sering ikut kajian-kajian keagamaan, terus banyak baca buku tentang islami-islami gitu teh.
Nah, yang mau saya tanyain itu walaupun saya sering ikut kajian-kajian keagamaan atau baca buku islami, saya masih tetep gak bisa ngilangin itu teh, kadang suka lepas kontrol gitu kalau udah emosi. ๐Ÿ˜” Saya takut sifat itu tetep nempel sampai saya berumah tangga nanti.
Itu aja teh, makasih sebelumnya☺
Wassalamu'alaikum☺

Jawab

Alhamdulillah kalau sudah ada kesadaran utk terus memperbaiki diri.

Usaha yg sudah dilakukan juga benar. Langkah berikutnya berlatih, cari role model, dst spt step by step yg sudah saya tulis.

Masalah akan bertemu jodoh yg serupa cerminan diri, wallahualam. Terus saja meminta yg terbaik pada Allah.

Beberapa teman yg saya kenal justru spt Ary dan Tasya yg saya tulis sbg contoh. Jadi justru bertemu dg jodoh yg melengkapi kekurangannya. Orang yg berasal dari keluarga dg pola asuh negatif bertemu dg yg berasal dr pola asuh positif.
[25/4 20.12] Yunda Fitrian: 4⃣

Assalamualaikum kak dwi

Mohon maaf mengganggu waktunya. Saya ingin bertanya kak kepada kak yunda

Saya percaya setiap orang ketika berinteraksi di luar ranah domestik semisal keluarga atau persahabatan akan melakukan dramaturgi. Maksudnya, seseorang berusaha untuk menampilkan perilaku yang lebih baik ketika berada di luar rumah dibanding perilaku ketika di dalam rumah.

Kendati demikian, terkadang ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain

Yang ingin saya tanyakan
1. Saya pernah mencoba meminta maaf atas kesalahan saya pada beberapa orang. Beberapa di antara mereka tidak memaafkan saya dan masih membenci serta menjauhi saya. Apakah urusan ini sudah dinilai selesai?, jujur saja saya masih terasa terbebani karena orang lain tidak memaafkan saya

2. Salah satu keinginan saya adalah memaafkan diri saya sendiri atas kesalahan masa lalu. Tapi rasanya sulit sekali. Saya masih terngiang kesalahan saya di masa lalu baik kesalahan saya sendiri maupun kesalahan kepada orang lain.

Apa tanda kita sudah berhasil memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan masa lalu?

Terimakasih kak atas atensinya

Jawab

1. Selama kamu masih terbebani dg ingatan itu, ada rasa tidak nyaman ketika mengingatnya, artinya belum sepenuhnya berdamai dg masa lalu tsb.

Urusan yg selesai itu lebih ke persepsi diri kita sendiri. Meskipun orang lain menganggap itu belum selesai, tapi kita sudah merasa lapang/ caseclosed, tidak ada beban ketika mengingatnya, berarti kita sudah selesai dg masa lalu tsb.

Jadi masalahnya bukan mereka mau menyatakan telah memaafkan atau tidak, tapi apakah kamu bersedia memaafkan dirimu sendiri?

Kalau kembali ke konsep Islam, setelah kita menyesal, minta maaf, memperbaiki kesalahan, mohon ampun pada Allah, maka setelahnya pasrahkan pada Allah. Semua langkah kewajiban thd sesama Muslim sudah dijalankan dg poin2 tsb.

2. Ciri berdamai adalah tidak ada lagi beban, tidak terasa sakit, marah, atau sedih berlebihan ketika mengingat episode masa lalu tsb.

Yang ada hanya melihat hikmah dan terus memperbaiki diri agar tidak mengulangi kesalahan tsb.

Maafkan diri sendiri, agar hati lebih lapang dan energi fokus pada 'membayar kesalahan' dg berbagi kebaikan.
[25/4 20.13] Yunda Fitrian: 5⃣

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh ka Vina, saya salah satu peserta WAG single mulia, ingin bertanya
1. Bagaimana caranya berdamai dgn masa lalu? Kadang jika mengunjungi suatu tempat, bisa teringat seseorang di masa lalu, dan cukup mengganggu pikiran. Dulu sdh ingin menyelesaikan masalah dgn org tsb, namun org itu merasa tidak ada masalah yg harus d selesaikan, apa yg harus saya lakukan, padahal saya sdh mengikhlaskannya.
2. Undang anak kecil dan selesaikan masalahnya, itu bagaimana ya ka?
Terima kasih banyak, jazakillah khairan

Maaf kaa jika baru kirim pertanyaan nya

Jawab
1. Ada teknik empty chair dan terapi menulis.

Empty chair: tulis nama orang tsb dan letakkan di sebuah kursi kosong, d hadapan kita.

Bayangkan ia ada di hadapan, hadirkan sampai benar2 terasa kembali semua kenangan bersamanya.

Lalu ungkapkan dg jelas apa yg tak sempat diungkapkan.

Sampaikan semua sampai terasa lega. Pastikan kamu melakukannya tanpa dilihat orang lain ya๐Ÿ˜Ž

Terapi menulis: tulis surat ke orang tsb yg isinya mencurahkan apa yg kamu rasa, pikir, ingin, dan butuhkan dari orang tsb.

Setelah tulis, baca ulang, ungkapkan secara langsung kamu telah menerima dan mengizinkan semua perasaan ini untuk terlepas dari pundakmu, menjadikannya hikmah utk menjalani hari ini dan masa depan.

2. Cara undang anak kecil:

a. Innerchild dialogue:

bernapas teratur, fokus pada napas sendiri. Sambil tarik dan hembus napas, rasakan tubuh rileks, teruskan sampai terasa nyaman.

Hadirkan kenangan masa kecil yg ingin diikhlaskan. Rasakan kembali perasaan saat itu, lihat sosok kecil itu, dengar suaranya, pastikan semua yg terinderai saat kejadian itu, dirasakan kembali.

Lalu mulailah dialog dg menulis d selembar kertas.

Tangan kanan sbg diri kita saat ini.

Tangan kiri sbg si anak kecil yg ingin kita temui.

Bagi yg kidal sebaliknya.

Mulailah tangan kanan menyapa sosok kecil itu. Tuliskan seolah sedang chat.

Pasrahkan tangan kiri bergerak menulis jawaban, serahkan tangan tsb pada si anak kecil.

Lakukan dialog yg membuat si anak kecil mampu menyatakan *perasaan, pikiran, keinginan, kebutuhan, dan perlakuan yg diharapkan*

Setelah itu, tangan kanan sbg sosok diri saat ini menanggapinya.

Mungkin awalnya terasa canggung, tapi jika kita fokus pasti bisa dilakukan.

Alhamdulillah ketika workshop innerchild healing kami semua mampu dialog dg anak kecil dlm diri kami.

b. Innerchild drawing:

Prinsipnya sama dg atas, tangan kiri menggambar peristiwa yg tidak menyenangkan. Tangan kanan membuat gambar yg menenangkan.

Lanjutkan dg dialog spt di atas.

c. Inner child poem: lanjutkan dg membuat puisi sbg penutup dialog

Semoga bisa dipraktekkan yaa๐Ÿ˜‡
[25/4 20.28] ‪+62 812-9435-1353‬: Assalamualaikum kak, saya mau bertanya.. terkait dengan berdamai dengan masa lalu. Ka, saya pernah pacaran selama 7 thn dan berakhir putus. Sdh 2 thn saya sendiri, dan skrg saya sdg berusaha untuk menerima org baru sbg calon suami saya. Tapi, entah kenapa saya secara tdk sadar suka membandingkannya dgn mantan saya. Saya takut jika terbawa sampai menikah. Mohon saran kak yunda, apa yg harus saya lakukan? Apakah saya termasuk org yg blm move on?
[25/4 20.36] Yunda Fitrian: Waalaikumsalam wrb

Betul, seringkali membandingkan ini terjadi pada orang yg punya mantan๐Ÿ˜ถ

Yg perlu disiapkan adalah *komitmen* utk menerima kondisi suami kelak.

Ketika pikiran membandingkan muncul, fokus pada kelebihan dan kebaikan pasangan.

Ini saya singgung juga d Buku YDJ๐Ÿ˜‡

Tentu saja kenangan 7th bersama tdk bisa dihapus. Berdamailah dg menerima kenangan itu sbg sarana belajar dan mencari hikmah, bukan membandingkan. Semangat๐Ÿ’ช๐Ÿป๐Ÿ’ช๐Ÿป


No comments:

Post a Comment